Food Estate, Program Ketahanan Pangan yang Sukses di Masa Pandemi

oleh -261 views
oleh

JAKARTA – Salah satu program utama Pemerintah adalah Food Estate yang berada di Kalimantan Tengah, Sumatera Utara dan Nusa Tenggara Timur. Program tersebut dirancang untuk mempersiapkan ketahanan pangan nasional dalam rangka merespon data yang dilansir oleh Food and Agriculture Organization (FAO). Dalam keterangannya, FAO telah memberikan peringatan dini kepada seluruh pemimpin negara mengenai kemungkinan buruk dampak pandemi Covid-19 terhadap ketahanan pangan.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) tak menampik jika ketahanan pangan nasional merupakan tujuan utama dari program Food Estate. Ketersediaan pangan memadai untuk seluruh rakyat menjadi fokus utama kementeriannya. “Hal ini sejalan dengan tujuan pembangunan pertanian nasional yaitu menyediakan pangan untuk seluruh rakyat, meningkatkan kesejahteraan petani dan menggenjot ekspor,” kata Mentan SYL.

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian, Ali Jamil menambahkan, program Food Estate yang dirancang sejak tahun lalu itu ditarget memiliki beberapa capaian hingga tahun 2024. “Ada beberapa target capaian yang ingin kita raih hingga tahun 2024 mendatang,” kata Ali.

Pertama, kata Ali, terlaksananya penataan ruang dan pengembangan infrastruktur wilayah untuk kawasan sentra produksi pangan yang berkelanjutan. “Kedua, meningkatnya produksi, indeks pertanaman dan produktivitas pangan melalui pertanian presisi,” papar Ali.

Capaian ketiga yang ingin disasar adalah terbangunnya sistem logistik, pengolahan dan nilai tambah, distribusi dan pemasaran berbasis digital. Keempat, terbangunnya korporasi petani yang mampu dan berdayaguna untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan petani. “Terakhir, meningkatnya daya dukung ekosistem hutan dan gambut untuk mendukung keberlanjutan kawasan sentra produksi pangan,” terang Ali.

Dikatakan Ali, pengembangan lahan rawa di Kalimantan Tengah sebagai wilayah pengembangan Food Estate memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan agro-ekosistem lainnya seperti lahan kering atau tadah hujan.

Setidaknya ada delapan keunggulan yang disebut Ali di antaranya ketersediaan lahan cukup luas, sumber daya air melimpah, topografi relatif datar, akses ke lahan dapat melalui sungai dan sudah banyak jalan darat, lebih tahan deraan iklim, rentang panen panjang khususnya padi, bahkan dapat mengisi masa paceklik di daerah bukan rawa, keanekaragaman hayati dan sumber plasma nutfah cukup kaya dan mempunyai potensi warisan budaya dan kearifan lokal yang mendukung.

“Sejak tahun 2020, progres kegiatan pengembangan Food Estate Kalteng dari aspek infrastruktur irigasi, Kementerian PUPR sudah mulai melakukan rehabilitasi infrastruktur irigasi pada luasan 2.000 hektar di wilayah Kecamatan Dadahup,” tutur Ali.

Tahun 2021 ini, Ali melanjutkan, Kementerian PUPR fokus pada kegiatan rehabilitasi infrastruktur irigasi di wilayah Blok A seluas 43.503 hektar. “Saat ini sedang berjalan kegiatan kontruksi perbaikan jaringan irigasi,” papar dia.

Untuk kegiatan intensifikasi lahan, Ali menyebut saat ini kondisi pertanaman tahun 2020, dari target 30.000 hektar (di Kabupaten Kapuas 20.000 hektar dan Kabupaten Pulang Pisau 10.000 hektar), progres panen saat ini seluas 25.878 hektar (86,26 persen) dan menghasilkan produksi sebanyak 101.463 ton.

“Sedangkan untuk kondisi pertanaman tahun 2021 dari target 14.135 hektar, pertengahan Agustus ini akan memasuki masa panen,” papar Ali. Ia melanjutkan, untuk kegiatan ekstensifikasi lahan, dari target 22.500 hektar (Kabupaten Kapuas 18.500 hektar dan pulang pisau 4.000 hektar), saat ini sedang dilaksanakan kegiatan kontruksi yang meliputi kegiatan land clearing, land leveling, pembuatan saluran irigasi tingkat usaha tani dan pembuatan pematang.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *