Jaga Ketersediaan Pangan, Kementan Siapkan Antisipasi dan Mitigasi Jelang Kemarau

oleh -1,438 views
oleh

JAKARTA – Potensi terjadinya krisis pangan dunia yang disampaikan oleh Food and Agriculture Organization (FAO) beberapa kali telah disinggung oleh Presiden Joko Widodo. Memasuki musim kemarau, Presiden meminta seluruh jajaran untuk betul-betul menghitung dampak musim kering terhadap ketersediaan bahan pokok.

Menanggapi hal ini, Kementerian Pertanian (Kementan) sudah menyiapkan kebijakan dan strategi mitigasi musim kemarau tahun 2020. Untuk mengantisipasi dampak kekeringan pada musim kemarau saat ini, Kementan mendukung petani membuat pompanisasi dan pipanisasi, embung, dam parit serta bantuan pompa air untuk memenuhi kebutuhan air di lahan pertaniannya.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, strategi ini terbukti berdampak besar pada peningkatan produksi pangan.

“Ini berdampak langsung pada peningkatan produksi, dari tanam satu kali menjadi tiga kali tanam setahun meskipun di tengah ancaman kekeringan,” kata Mentan SYL.

Menurutnya, strategi pompanisasi dan pipanisasi yang diterapkan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Ditjen PSP) sebagai langkah mitigasi kekeringan sudah efektif. Sehingga petani tetap bisa bercocok tanam meskipun terancam kekeringan.

“Pompanisasi dan pipanisasi, menurut saya adalah program yang efektif karena bisa menyediakan air dari sumber yang cukup untuk menanam dengan hasil tiga kali lipat.” kata Mentan SYL.

Mentan SYL menegaskan, keberlanjutan produk pertanian dipengaruhi oleh banyak faktor. Antara lain iklim, sumberdaya, teknologi, pemasaran, dan manusia sebagai pelaku usaha. Kementan ´mendapat tugas´ untuk menjaga keharmonisan semua faktor, yang berpengaruh terhadap produk pertanian, mengingat salah satu misinya adalah ketahanan pangan dan keberlanjutan pangan nasional.

Mengatasi musim kemarau yang diprediksi mengalami puncaknya pada Agustus dan September 2020, Kementan melakukan langkah antisipatif untuk tetap menjaga produksi padi nasional. Selain mendorong penggunaan bibit padi yang cocok untuk lahan kering, Kementan juga menyiapkan pompanisasi dan pipanisasi, pembangunan embung atau dam parit di sejumlah daerah yang rawan kekeringan.

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy mengatakan, kementerian siap membantu menyediakan infrastruktur yang diperlukan bagi daerah-daerah terdampak kekeringan dengan menyediakan paket bantuan kepada petani.

“Pertama adalah pompanisasi dan pipanisasi. Bantuan tersebut digunakan untuk menarik air dari sumber-sumber yang ada, baik dari sungai maupun mata air,” ujar Sarwo Edhy.

Sarwo Edhy menyontohkan sejumlah daerah yang pernah dilakukan pipanisasi untuk menarik air dari sungai. Seperti di Indramayu, Cirebon, Brebes, dan Tegal saat musim kemarau lalu. Intinya, daerah-daerah yang terancam kekeringan jika ada sumber airnya akan dibantu dengan pompa dan pipa.

“Ini bisa menyelamatkan lahan sawah yang terancam gagal panen. Bila ada daerah lain juga membutuhkan, silakan ajukan permintaannya,” ungkap Sarwo Edhy.

Kedua, kementan juga bisa menyediakan pembangunan embung , dam parit atau long storage. Program ini untuk kelompok tani guna menampung air di musim hujan (bank air) kemudian dialirkan ke sawah bila dibutuhkan.

Ketiga, petani juga diimbau untuk ikut program asuransi Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). Dengan asuransi ini, jika ada lahan padinya mengalami kekeringan hingga 70% akan dapat ganti rugi sebesar Rp 6 juta per ha per musim.

“Sehingga petani tidak perlu lagi was-was mengalami gagal panen karena kekeringan. Karena dari klaim bisa jadi modal menanam kembali,” tambah Sarwo Edhy.

Selain itu, kegiatan yang sudah dan sedang dilakukan antara lain, melakukan koordinasi dengan Balai Wilayah Sungai setempat untuk melakukan gilir-giring air, memprioritaskan pengalokasian air pada lahan yang sudah mengalami kekeringan.

“Kami juga berkoordinasi dengan Kementerian PUPR terkait percepatan perbaikan saluran irigasi utama yang mengalami kerusakan dan menggangu aliran air irigasi ke lahan sawah,” katanya.

Kementan juga mengidentifikasi sumber-sumber air yang masih dapat dimanfaatkan dan menyalurkannya dengan pompa pada lahan sawah yang masih terdapat standing crop.

“Juga mendorong percepatan pelaksanaan fisik kegiatan irigasi pertanian untuk segera dimanfaatkan dalam mengantisipasi kekeringan antara lain jaringan irigasi tersier, embung pertanian dan irigasi perpipaan dan perpompaan,” paparnya.

“Selain itu, sosialisasi antisipasi kekeringan dan percepatan tanam juga telah dilakukan di beberapa wilayah yang potensi luas tanamnya cukup besar dan yang menjadi wilayah endemik kekeringan,” pungkas Sarwo Edhy.(****)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *