Jaringan Irigasi Dukung Lokasi Food Estate di Kalteng

oleh -465 views
oleh

KALIMANTAN TENGAH – Selain menggelontorkan sejumlah alat dan mesin pertanian, Kementerian Pertanian melalui Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) juga membenahi water management di lokasi Food Estate Kalimantan Tengah. Diantaranya dengan membenahi jaringan irigasi.

Menurut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo program Food Estate di Kalimantan Tengah harus didukung.

“Program ini memiliki manfaat yang banyak sekali. Karena, Food Estate memiliki banyak sub komoditi, bukan hanya padi. Ada tanaman hortikultura, perkebunan, peternakan, dan lainnya. Sekali panen, semua kebutuhan bisa terpenuhi. Oleh karena itu semua dibenahi, ada dukungan alsintan dan juga pembenahan water management,” tutur Mentan SYL, Kamis (8/10/2020).

Sementara Dirjen PSP Kementerian Pertanian Sarwo Edhy, mengatakan secara keseluruhan luas lahan Food Estate di Kalimantan Tengah mencapai 164 ribu hektare.

“Dari jumlah itu, 85 ribu hektare merupakan lahan intensifikasi. Dan telah juga didukung irigasi yang sudah cukup baik untuk mengairi 30 ribu hektar. Sedangkan untuk 55 ribu hektar masih dalam proses pengerjaan oleh PUPR,” terangnya.

Sementara lahan seluas 79 ribu hektar merupakan eksenfikasi yang masih berupa semak belukar. Lahan ini akan dioptimalisasi di tahun 2021.

Sedangkan untuk tahun 2020, Kementerian Pertanian mengerjakan 30 ribu hektare lahan intensifikasi yang jaringan irigasinya sudah baik, baik irigasi primer, irigasi sekunder, maupun irigasi tersier.

“Yang pertama kita kerjakan adalah pengolahan tanah 10 ribu hektar di Kabupaten Pulang Pisau dan 20 ribu hektar di Kabupaten Kapuas. Setalah olah tanah, kita mengajarkan petani untuk memberikan saprodi, berupa dolomit 1 ton per hektar. Fungsinya, untuk menetralisir PH, karena PH disini sangat rendah,” terangnya.

Dengan dolomit, diharapkan PH bisa mencapai 6 atau 7. Syaratnya adalah dengan menggunakan dolomit yang diaurkan di lahan kemudian baru di tanami.

Ditjen PSP juga menggelontorkan pupuk NPK lebih kurang 200 kilo gram per hektar, kemudian ada pupuk hayati, dan herbisida.

“Rata-rata di sini tanam dengan IP 1 sampai dengan 1 setengah. Kita harapkan IP ini bisa meningkat menjadi 2. Begitu juga dengan Provitas yang bisa maksimal. Dari 3 sampai 4 ton per hektar, Kita upayakan provitasnya minimal menjadi 6 ton per hektar dari sisi padi,” terangnya.

Ditegaskan Sarwo Edhy, di lokasi food estate Kementan bukan hanya menanam padi. Ada komoditas lainnya seperti jeruk, kelapa genjah. Dengan adanya multi komoditas, diharapkan petani bisa menambah pendapatan dan tentunya akan lebih semangat untuk bekerja di sektor pertanian.

“Kita berikan contoh kalau liat sayuran ini ada bawang, cabai, dan sayur-sayuran lainnya yang sekiranya dibutuhkan petani untuk kebutuhan sehari-hari dan tidak menutup kemungkinan kalau jumlahnya melebihi bisa dijual ke pasar,” katanya.

Sarwo Edhy mengatakan, konsep pengembangan Food Estate adalah dari hulu ke hilir. Yang sementara ini petani menjual gabah di harapkan kedepan itu menjualnya adalah beras, sehingga nilai jualnya lebih tinggi.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *