Kegiatan RJIT Kementan di Dharmasraya Capai 500 Ha

oleh -667 views
oleh

JAKARTA – Kegiatan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) Kementerian Pertanian di Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, sudah mencapai 500 hektare (Ha). Secara keseluruhan, pada periode 2014-2019, RJIT yang dibangun Kementan melalui Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) mencapai 3.710.585 Ha.

Menurut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, pembangunan RJIT dilakukan Kementan untuk turut meningkatkan produktivitas panen. Menurutnya, program RJIT sangat dirasakan oleh para petani. Karena, adanya penambahan indeks tanam.

“Yang paling dirasakan oleh petani adalah indeks tanam. Karena, tadinya petani hanya bisa sekali tanam dalam setahun, kini bisa menjadi dua kali atau lebih. Sedangkan di waktu jeda, petani tetap memanfaatkan air yang ada dengan menanam tanaman lain, seperti palawija atau tanaman hortikultura lain, memanfaatkan lahan kosong dan ketersediaan air irigasi,” tuturnya.

Sementara Dirjen PSP Kementerian Pertanian Sarwo Edhy mengatakan dengan RJIT, areal yang bisa dialiri akan semakin banyak.

“Jaringan irigasi juga menambah luas layanan sawah yang terairi. Dengan volume yang sama, air yang dialirkan dapat mengairi sawah lebih luas, karena air tersebut terdistribusi secara efisien,” tutur Sarwo Edhy.

Untuk kriteria lokasi, kegiatan RJIT dilaksanakan pada jaringan tersier di daerah irigasi sesuai kewenangan pemerintah pusat, pemerintah provinsi, maupun pemerintah kabupaten/kota, dan irigasi pada tingkat desa yang memerlukan rehabilitasi atau peningkatan.

Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam kriteria lokasi. Di antaranya lokasi diutamakan pada jaringan irigasi yang tersiernya mengalami kerusakan yang terhubung dengan jaringan utama (primer dan sekunder) yang kondisinya baik dan/atau sudah direhabilitasi oleh KemenPUPR atau Dinas Provinsi/kabupaten/kota yang menangani pengairan sesuai kewenangannya. Selain itu juga RJIT diarahkan pada jaringan irigasi tertier yang memerlukan peningkatan fungsi jaringan irigasi untuk mengembalikan fungsi layanannya serta masuk dalam jaringan irigasi desa.

Sarwo Edhy menjelaskan, pengelolaan air irigasi dari hulu (upstream) sampai dengan hilir (downstream) memerlukan sarana dan prasarana irigasi yang memadai. Sarana dan prasarana tersebut dapat berupa bendungan, bendung, saluran primer, saluran sekunder, boks bagi, dan saluran tersier serta saluran tingkat usaha tani.

“Tidak berfungsinya atau rusaknya salah satu bangunan irigasi akan mempengaruhi kinerja sistem irigasi yang ada. Sehingga mengakibatkan efisiensi dan efektifitas irigasi menurun. Oleh karena itu, kita harus memastikan semua berjalan dengan baik,” ujar Sarwo Edhy.

Kegiatan RJIT di Kabupaten Dharmasraya, terbagi di 6 kecamatan, diantaranya Desa Sikabau, Kecamatan Pulau Punjung dengan luas oncoran 20 Ha. Kegiatan ini dikelola Poktan Puguan Tani dengan ketua Fitrawadi. Lokasi lainnya adalah di Desa Batu Rijal Kecamatan Padang Laweh yang dikelola Poktan Harmonis, dengan luas lahan terairi sekitar 20 Ha.

Pembangunan RJIT pada tahun 2020 ini dikerjakan secara gotong royong atau swakelola bersama seluruh anggota poktan sehingga hasilnya lebih optimal.

“Anggota poktan sangat bersemangat dalam turut serta merehabilitasi jaringan irigasi tertier di daerah kami, dengan RJIT yang bagus maka ketersediaan air untuk usaha tani kami akan aman, sehingga produksi kami meningkat,” tutur Fitrawadi.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *