Kementan Maksimalkan Pemanfaatan Air di Pemalang dengan Dam Parit

oleh -431 views
oleh

PEMALANG – Pentingnya ketersediaan air untuk pertanian sangat disadari Kementerian Pertanian. Melalui Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementerian Pertanian membangun dam parit untuk mendukung aktivitas pertanian di Pemalang, Jawa Tengah.

Pembangunan dam parit dari Kementerian Pertanian, dilakukan oleh Kelompok Tani Maju Karya yang berada di Desa Tundagan, Kecamatan Watu Kumpul, Kabupaten Pemalang.

Menurut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, pengembangan dam parit merupakan upaya konservasi air melalui pemanenan air hujan dan aliran permukaan (rain fall and run off harvesting).

“Untuk pertanian, dam parit sangat dibutuhkan. Karena, airnya dapat dimanfaatkan pada saat terjadi krisis air, terutama pada musim kemarau sebagai bentuk adaptasi terhadap dampak perubahan iklim,” tutur Mentan SYL, Kamis (19/11/2020).

Sementara Dirjen PSP Kementerian Pertanian, Sarwo Edhy, mengatakan dam parit dibangun untuk mendukung aktivitas warga.

“Pembangunan dam parit ini adalah bagian dari kegiatan padat karya. Kita harapkan dam parit yang sudah dibangun bisa dimaksimalkan, sehingga bisa menjadi nilai tambah buat perekonomian masyarakat sekitarnya,” tuturnya.

Sarwo Edhy mengatakan, dam parit bertujuan menahan dan menampung aliran air yang bersumber dari mata air, curah hujan, sungai dan sumber air lainnya yang dimanfaatkan sebagai air irigasi suplementer pada musim kemarau.

“Air yang terdapat di dam parit bisa dimanfaatkan untuk budidaya komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan (tanaman pakan ternak, sanitasi dan minum ternak),” katanya.

Dijelaskan Sarwo Edhy, konservasi air sendiri bisa berupa pembangunan dalam bentuk embung, long storage (menampung air) atau dam parit (menahan dan menampung aliran air).

Alokasi kegiatan pembangunan embung pertanian di Kabupaten Pemalang berasal dari dana APBN. Kondisi lahan pertanian di desa tersebut adalah berlereng dan terdapat sungai yang mengalir.

“Pada musim kemarau, debit sungai menurun dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan air lahan kelompok tani yang mencapai luas 40 ha. Lokasi lahan yang dekat dengan sungai sebagai sumber air yang masih bisa tercukupi kebutuhan airnya, semakin jauh dari sungai kebutuhan air makin tidak mencukupi yang berpotensi terjadi konflik kebutuhan air antar anggota kelompok tani dan menurunnya produktivitas tanaman (padi),” tuturnya.

Dengan kondisi lokasi yang berlereng dan terdapat aliran sungai yang tetap mengalir, maka pembangunan embung pertanian dilakukan dalam bentuk dam parit untuk menahan dan menampung aliran sungai untuk selanjutnya dapat dialirkan ke lahan pertanian pada saat dibutuhkan.

Konstruksi pembangunan dam parit sudah selesai bulan april 2020 dengan dimensi lebar mercu 10 m, dalam 4 m, panjang saluran keluar 42 m. Pada pertanaman musim kemarau, tepatnya Juni 2020, lahan pertanian kelompok tani seluas 40 ha dapat seluruhnya tanam dan tercukupi kebutuhan airnya dengan adanya dam parit tersebut. Produktivitas padi mencapai rata-rata 3 ton/ha dengan adanya dam parit.

Sebelum dibangun dam parit produktivitas yang dekat dengan sungai saja yang bisa mencapai 3 ton/ha, semakin jauh dari sungai maka produktivitas semakin menurun karena tidak tercukupinya kebutuhan air tanaman.

Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Maju Karya Desa Tundagan, Kecamatan Watu Kumpul sebagai penerima manfaat pembangunan dam parit, melalui ketuanya Zaenal Anshori, menyampaikan terima kasih kepada Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian.

“Manfaat yang diperoleh dengan adanya dam parit, selain luas pertanaman dan produktivitas padi yang meningkat, juga telah menyelesaikan konflik kebutuhan air pertanian diantara anggota kelompok taninya. Perebutan air pada musim kemarau sekarang tidak terjadi lagi diantara anggota kelompok tani,” katanya.

Untuk meningkatkan manfaat dam parit, kelompok tani mengusulkan adanya rehabilitasi jaringan irigasi tersier setelah saluran dari dam parit sepanjang 80 m. Menurutnya, apabila saluran irigasi tersebut direhab maka luas areal tanam akan bertambah luas yang berdampak pada peningkatan produksi dan pendapatan petani di desa tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *