Kementan Siap Sosialisasikan Program KUR Pertanian Lebih Masif

oleh -337 views
oleh

JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) akan mensosialisasikan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) sektor pertanian lebih masif lagi. KUR bertujuan memudahkan petani untuk memperoleh permodalan namun masih ada petani yang belum memahami mekanisme KUR.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mendorong para pengusaha khususnya di lini bisnis pertanian dapat mengembangkan produknya agar berorientasi ekspor sehingga bisa bersaing dengan negara lain di pasar dunia.

“Saat ini Kementan terus berinovasi untuk menghasilkan produk yang sesuai standar negara tujuan ekspor sehingga target gerakan tiga kali ekspor (gratieks) bisa terealisasi dengan segera,” kata Mentan SYL, Senin (22/3).

Kementan, lanjut Mentan SYL, mendorong agar perusahaan yang menggarap pertanian, tidak hanya berpikir bagaimana ketahanan nasional, tetapi bahkan produk-produk ekspor harus mampu berkompetisi dan bersaing dengan negara-negara lain.

“Para pengusaha khususnya yang berada di Jawa Tengah harus mencari dan mau mengembangkan produk turunan dari satu komoditi pertanian yang bisa diekspor lebih bervariasi, sehingga turut menambah daya tarik konsumen mancanegara,” tuturnya.

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy menyebutkan, dana KUR bisa digunakan petani untuk mengembangkan budidaya ataupun mengerjakan bisnis lainnya yang berkaitan di bidang pertanian.

“Penyaluran KUR telah dinikmati petani di berbagai sektor yakni tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, kombinasi pertanian/perkebunan dengan peternakan, serta jasa pertanian, perkebunan, dan peternakan,” sebut Sarwo Edhy.

Adapun, latar belakang perumusan KUR Pertanian ini dilandasi kebutuhan petani pada KUR untuk melanjutkan usaha taninya. Dirinya mengakui masalah pembiayaan masih menjadi kendala karena petani sedikit mengalami kesulitan ketika akan meminjam ke bank.

“Biasanya yang menjadi kendala dalam pembiayaan tersebut keharusan adanya agunan atau jaminan dan angsurannya yang cukup besar. Karena usaha tani ini berbeda dengan usaha-usaha lainnya, pastinya petani akan kesulitan mendapatkan permodalan,” jelas Sarwo Edhy.

Alokasi KUR di tahun 2021 ini naik dari tahun sebelumnya, dimana pada 2020 alokasi KUR untuk sektor pertanian sebesar 50 triliun, sekarang menjadi 70 triliun. Sehingga lebih banyak sektor petani yang akan dibiayai. Indah juga menyarankan agar mengambil KUR Super Mikro.

“Kalau bisa ambil KUR yang super mikro, selain tanpa agunan produk ini juga bunganya nol persen. Jadi pinjam 10 juta, ya kembalikannya juga 10 juta,” pungkasnya.

Koordinator Laboratorium Manajemen Agribisnis Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro (Undip), Wiludjeng Roessali mengatakan, pemerintah sudah memberi beberapa kemudahan untuk petani dalam memperoleh kredit permodalan. Sayangnya belum semua petani memahami mekanismenya.

“Saya menilai, masih belum ada kesesuaian antara program dan pelaksanaanya di lapangan. Petani belum sepenuhnya memahami mekanisme dan teknis, sehingga dibutuhkan sosialisasi yang intens dan massif agar petani paham dan yakin dengan kredit tersebut,” jelas Wiludjeng.

Dia mengakui, dalam KUR sektor pertanian mempunyai banyak faktor terkait persoalan-persoalan teknis.

“Dalam kredit itu kan banyak faktor ya yang terjadi, bisa jadi karena programnya terlambat, realisasinya susah, atau petaninya yang belum paham masalah kredit, jadi banyak hal,” tambahnya.

Namun, menurut Wiludjeng, banyak juga yang berhasil memanfaatkan KUR sektor pertanian dan menjadikan petani berhasil.

“Dalam beberapa kasus, ada usaha peternakan berhasil, ada kelompok tani yang sudah punya ekspektasi bagus terhadap hasil usahanya banyak yang mau mengambil kredit, seperti petani tembakau, padi, jagung,” katanya.

Hingga saat ini, kata Wiludjeng, jangkauan KUR sektor pertanian tersebut sudah masif di masyarakat sudah sampai ke desa-desa. Kuncinya, saat ini dibutuhkan sosialisasi yang masif terkait persoalan teknis penyalurannya.

“Kalau jangkauannya sudah masuk ke desa-desa. Namun, masih banyak petani yang ragu atau enggan ke mengambil kredit. Sebaliknya, ada pula kelompok tani yang mengambil kredit karena sudah punya ekspektasi bagus terhadap hasil usahanya,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *