Kepala BPPSDMP Kementan Ajak Jaga Ketahanan Pangan dengan Percepatan Tanam

oleh -655 views
oleh

JAKARTA – Kementerian Pertanian melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) mengajak kepada penyuluh, petani dan pihak terkait lainnya untuk memperkuat ketahanan pangan nasional dalam pandemi Covid-19. Caranya dengan melakukan percepatan tanam secara terus menerus.

Ajakan tersebut disampaikan Kepala BPPSDMP Kementan Dedi Nursyamsi, dalam Ngobrol Asyik (Ngobras) Penyuluhan bareng Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi yang dilakukan melalui video conference, Senin (18/05/2020). Ngobras kali ini membahas mengenai Gerakan Ketahanan Pangan Nasional.

“Dalam masa pandemi Covid-19, hal yang paling utama adalah sehat. Petani, penyuluh, dan pihak-pihak lain harus sehat. Kalau petani sehat stok pangan aman. Berarti, kalau ingin stok pangan nasional aman, petani harus sehat,” katanya.

Dijelaskannya, Covid-19 sudah meluluh lantakkan seluruh sektor kehidupan. Namun, ada dua sektor yang masih menggeliat, bahkan pada tren meningkat, yaitu sektor kesehatan dan pertanian.

“Sektor pertanian memegang peran penting. Karena harus mampu menyediakan pangan. Tapi sektor ini tidak luput dari Covid-19. Sistem produksi kita terganggu, petani pun kesulitan mendapatkan sarana pertanian seperti pupuk, benih, Alsin dan lainnya. Akibatnya, proses pengolahan hasil terganggu, sistem distribusi hasil panen juga terganggu. Petani pun tidak mudah mengatur sistem distribusinya,” papar Dedi.

Dijelaskannya, sebelum ada pandemi Covid-19, permintaan hasil produksi petani relatif banyak seperti dari restoran, hotel, mall. Tapi sekarang mall, restoran, hotel tutup, order berhenti. Distribusi hasil pertanian pun terganggu. Kondisi serupa terjadi di mancanegara. Negara-negara eksportir menahan barang, mereka memikirkan dirinya sendiri dan menghentikan ekspor.

Akibatnya, Dedi menilai mau tidak mau, siap tidak siap, Indonesia harus menyiapkan pangan sendiri, tidak boleh tergantung impor. Namun, Indonesia tidak perlu khawatir. Percepatan tanam pun harus dilakukan tanpa henti. Menurutnya, sebagai negara tropis, setiap saat proses pembentukan pangan dapat terus berjalan di Indonesia.

“Yuk kita tanam. Jangan ada sejengkal tanah, sejengkal waktu, untuk tidak menanam. Setiap saat setiap tempat harus tanam. Dengan cara ini Indonesia akan mampu menyiapkan pangan sendiri, bahkan surplus pangan. Kita negara tropis, air banyak, cahaya matahari sangat terang, kita bisa menanam,” katanya.

Dedi menjelaskan, ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga. Hal ini tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau.

Ditambahkannya, banyak upaya yang bisa dilakukan untuk memperkuat ketahanan pangan, yaitu intensifikasi, ekstensifikasi, dan diversifikasi pangan (pangan lokal).

“Dalam intensifikasi, kita bisa memanfaatkan teknologi. Karena, teknologi pertanian berkembang cepat dan kita sedang menuju pertanian 4.0. Untuk ekstensifikasi, negara kita sangat luas, ada lahan kering, lahan sawah, lahan rawa, lahan perkebunan. Diversifikasi pangan, atau pangan lokal kita juga melimpah ada ubi jalar, ubi kayu, dan masih banyak lagi. Ini yang harus diperkuat,”paparnya.

Dedi kembali menegaskan jika hal paling penting untuk dilakukan saat ini adalah percepatan tanam di lahan eksisting, seperti di lahan sawah, lahan kering, juga lahan rawa.

“Di lahan ini, percepatan harus dilakukan. Kita baru saja panen raya, beras kita surplus. Jangan lengah, selesai panen olah tanah, dan harus langsung tanam lagi. Gunakan alsintan biar pengolahan lahan lebih cepat, manfaatkan pengairan bisa dengan air hujan, dan manfaatkan cahaya matahari. Saprotan juga harus tersedia seperti benih, pupuk, pestisida, juga optimalisasi lahan pekarangan,” katanya.

Dijelaskannya, lahan pekarangan Indonesia sangat luas. Masyarakat bisa menerapkan teknologi family farming dan bisa bercocok tanam di rumah. Teknik lain yang bisa dilakukan adalah melakukan vertical farming seperti tanaman hidroponik dan urban farming dengan memanfaatkan gang-gang bahkan atap gedung.

“Kuncinya ketersediaan air dan cahaya yang memadai. Dengan rajin tanam, selain memenuhi kebutuhan pangan juga meningkatkan imunitas,” kata Dedi lagi.

Untuk memperkuat ketahanan pangan, percepatan tanam juga bisa dilakukan di lahan perhutanan sosial dengan melakukan intercroping atau tumpang sari antara tanaman lahan dan tanaman hutan. Juga melakukan intergrated farming antara ternak (domba, sapi, kambing dll), dengan tanaman hutan, dan cara argoforestry, tergantung kebiasaan petani.

“Kita juga bisa memanfaatkan lahan Perhutani di Jawa milik PTP atau BUMN, serta lahan Inhutani di luar Jawa. Di lahan ini juga bisa dilakukan tumpang sari antara tanaman pangan dengan tanaman perhutani,” paparnya.

Lahan rawa juga bisa dimaksimalkan untuk meningkatkan produktivitas pangan. Apalagi, Indonesia memiliki lahan rawa yang luas. Potensinya lebih dari 10 juta hektare. Di lahan rawa, kita bisa melakukan intergrated farming dan korporasi.

“Di lahan rawa ada ternak seperti itik, juga padi. Air di lahan rawa berlimpah untuk melakukan cocok tanam, tapi bisa digunakan untuk ternak ikan atau bebek. Ingat bebek bisa menghasilkan telor dan daging yang bisa berguna buat ketahanan pangan,” katanya.

Lahan rawa juga bisa untuk korporasi. Artinya, petani bekerja on farm off farm. Petani bukan hanya di lapangan, tapi juga belajar menjual dan mengolah hasil panen dengan baik. Karena, nilainya akan bertambah. Dedi mengingatkan agar petani tidak menjual gabah karena harganya murah. Lebih baik diolah dahulu menjadi beras.

“Harga beras lebih tinggi dari gabah. Apalagi kalau beras premium harganya akan lebih tinggi. Ini value yang bisa dinikmati petani, oleh karena itu kuasai teknologi hasil panen, dan kuasai pasar,” paparnya.

Dedi juga memberikan apresiasi untuk petani milenial yang aktif turun ke lapangan serta menjaga jalur distribusi. Dalam kondisi ini, para petani milenial tetap aktif untuk menghasilkan pangan dari hulu ke hilir. Petani milenial juga membuat startup untuk membantu distribusi serta mendekatkan petani dan poktan ke konsumen.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo kembali menegaskan agar sektor pertanian tidak berhenti berproduksi di saat seperti ini.

“Sektor pertanian sangat penting. Karena, pertanian harus memastikan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia terpenuhi dalam kondisi seperti sekarang. Jumlahnya tidak sedikit, tapi kita bekerja untuk memenuhinya,” papar Menteri Syahrul.(***)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *