Kolaborasi Petani dan Penyuluh Menjadi Rumus Andalan Kementan Menuju Kesejahteraan

oleh -283 views
oleh

BADUNG – Banyak yang harus dibenahi dalam meningkatkan produktivitas pertanian di Indonesia. Salah satunya adalah kualitas sumber daya manusia yang bergerak di sektor pertanian. Artinya dalam meningkatkan produktivitas faktor utamanya adalah kapasitas petani dan penyuluh pertanian.

Karena peran pentingnya itulah Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo  mengambil langkah untuk lebih memberdayakan para penyuluh.

“Selain tangan petani, penyuluh pertanian sangat menentukan keberhasilan pembangunan pertanian. Merekalah yang menjadi ujung tombak meningkatkan kualitas petani sehingga mampu menggenjot produktivitas,” kata Mentan Syahrul.

Hal yang sama disampaikan oleh Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi saat memberi pengarahan kepada para penyuluh pertanian di BPP Abiansemal, Kabupaten Badung, Jumat (17/9/2021).

“Penyuluh merupakan teman senafas dan seperjuangan dalam meningkatkan produktivitas pertanian. Perannya sangat penting dan sangat mulia karena menyediakan pangan bagi rakyat Indonesia, bahkan dunia,” katanya.

Selain itu, di tengah masa pandemi ini yang menyelamatkan ekonomi Indonesia adalah sektor pertanian. Dengan kata lain petani dan penyuluhlah yang menyelamatkan ekonomi nasional dan daerah. Sementara sektor-sektor lain terpuruk karena wabah.

“Sektor pertanian mampu bertahan dan justru tangguh di era pandemi karena tumbuh positif. Bahkan menyerap tenaga kerja terbesar saat ini. Sektor ini di daerah menjadi pilihan utama bagi orang-orang yang terdampak pandemi, seperti orang yang terkena PHK maupun pengurangan karyawan,” kata Dedi.

Melihat fakta-fakta pentingnya sektor pertanian tersebut, Dedi bahkan dengan tegas mengatakan bahwa seperti Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), pangan itu harga mati.

“Pangan itu kebutuhan pokok. Pangan itu sama dengan NKRI. Harus harga mati. Karena negara tidak boleh krisis pangan. Artinya pertanian itu harga mati, petani dan penyuluh juga harga mati. Luar biasa perannya untuk pembangunan pertanian Indonesia,” lanjut Dedi.

Dalam kesempatan itu Dedi Nursyamsi mengajak penyuluh dengan disupport Muspika untuk sama-sama kembali menggarap pertanian dengan optimal.

“Dalam kondisi apapun, penyuluh pertanian harus semangat. Harus fight dalam mentransfer ilmu kepada petani, juga mendampingi petani, meningkatkan keterampilan mereka dan sebagainya agar produktivitas meningkat,” jelasnya.

Dedi mengingatkan bahwa pada tahun 1984 Indonesia mampu swasembada beras bahkan sebagai pengimpor beras terbesar. Semua bisa dicapai setelah adanya percepatan produktivitas lewat penyuluhan.

“Jaman dahulu ada PPL yang terjun ke petani. Mereka ini penyuluh-penyuluh yang berperan dalam pencapaian swasembada beras. Itulah peran besar penyuluh. Dalam kesempatan ini saya mengajak untuk mengambil semangat dari fakta-fakta tersebut. Bahwa kita bisa lebih dari pencapaian itu kalau kita semua punya semangat, punya daya juang, punya niat baik, demi ketahanan pangan,” ucap dia.

Dalam kunjungannya kali ini, secara simbolis Dedi juga me-launching ruang Kostratani (Komando Strategi Pembangunan Pertanian) dan melihat-lihat produk yang dihasilkan oleh Kostratani.

“Kostratani harus mendapat tempat di hati para petani. Kehadirannya tidak boleh hanya secara fisik tetapi sepak terjangnya yang harus ditunjukkan,” ucapnya.

Dedi juga menyinggung agar para petani, Poktan, Gapoktan, KWT, P4S, petani milenial untuk memikirkan olahan produk pertanian.

“Bukan hanya tanaman yang digalakkan tapi juga olahan dan pengemasan. Kemudian pemasaran harus dipikirkan. Bisa secara online atau masuk ke marketplace. Tentu ini akan memberi nilai lebih. Hasilnya lebih besar,” ungkap Dedi.

Sementara itu Sekretaris Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Badung Ir. Made Mertayasa menjelaskan bahwa pertanian di Badung justru maju di masa pandemi. Pertumbuhan di sektor pertanian bertumbuh dan menopang pendapatan daerah.

“Saat sektor pariwisata yang menjadi andalan utama Kabupaten Badung sedang terpuruk. Pertanian bisa memberikan devisa,” katanya.

Semua itu, lanjut Mertayasa, karena peran penyuluh pertanian yang mampu mengajak berbagai pihak untuk terjun kembali dan menggerakkan sektor pertanian. Padahal di Kabupaten Badung, tenaga penyuluh pertanian bisa dibilang masih kurang.

“Karena yang ideal adalah 1 desa 1 penyuluh, namun Pemkab Badung belum bisa memenuhi. Jika penyuluh semakin banyak kita yakin pertanian di Badung semakin maju, produktifitasnya juga meningkat,” ujar Mertayasa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *