Kukuhkan 2000 DPM/DPA, Kementan Resonansi Regenerasi Petani di Daerah

oleh -243 views
oleh

JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) tengah fokus mencetak 2,5 juta petani milenial dan akan tercapai pada tahun 2024 nanti.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) meyakini jika tongkat estafet pertanian harus segera diberikan kepada anak-anak muda. Sebab, merekalah yang akan meneruskan sektor pertanian yang semakin mandiri, maju dan modern. “Sistem pertanian kita saat ini telah beradaptasi dengan era 4.0. milenial-lah yang akrab dengan inovasi teknologi dalam era 4.0. kita akan cetak 2,5 juta petani milenial hingga 2024,” kata Mentan SYL.

Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi menambahkan, saat ini pihaknya tengah melatih dua ribu petani milenial yang akan memberikan resonansi dan aktivasi petani milenial di daerahnya. “Kami akan melatih dua ribu petani milenial yang tergabung dalam Duta Petani Milenial/Duta Petani Andalan (DPM/DPA),” tutur Dedi dalam keterangan resminya secara virtual, Rabu (4/8/2021).

Dalam kerangka regenerasi pertanian itu pula, Dedi menyebut instansinya telah merancang dua kegiatan strategis. Pertama, membuat kegiatan “Pelatihan Petani dan Penyuluh” dan kedua “Pengukuhan Duta Petani Milenial dan Duta Petani Andalan”.

Dedi optimistis target 2,5 juta petani milenial hingga tahun 2024 akan tercapai. Dari jumlah dua ribu petani milenial yang tengah dilatih, Dedi meminta mereka menjadi trigger untuk membangun 200 petani milenial di daerahnya masing-masing. “Dengan pola itu, hingga tahun 2024 target 2,5 juta petani milenial akan tercapai,” ujar dia.

Menurut Dedi, petani milenial terbukti mampu menguasai sektor pertanian dari hulu hingga hilir. Bahkan, mereka berhasil memoderasi sektor pertanian semakin maju, mandiri dan modern. Beberapa petani milenial binaan BPPSDMP Kementan menurut Dedi telah membuktikan dedikasi mereka dalam memajukan sektor pertanian Indonesia.

“Mereka tersebar di beberapa kota, ada di Garut, ada di Lombok dan telah berhasil menjadi pengusaha pertanian. Mereka juga meresonansi dan mengaktivasi petani milenial di daerahnya masing-masing. Sebut saja Sandi Okta Susila Rizal Fahrizal, Ulus Pirnawan, Agus Ali yang berasal dari Jawa Barat, Ada Husni Thamrin dari Kalsel, Dyah Rachmawati dari Jatim, Malahayati dari Papua, Kadek dan Gede Agung dari Bali, Azwar dari NTB, Atilla dari Sumbar serta sederet nama lainnya yang telah membuat perubahan besar pada sektor pertanian”, tuturnya.

Dedi menjelaskan kriteria petani milenial. Bagi Anda yang telah terjun di bidang pertanian, dan ingin menjadi DPM berdasarkan peraturan yang ditetapkan adalah mereka yang berusia 19-39 tahun dengan omset 3-5 juta perbulannya. Sedangkan untuk DPA mereka yang memiliki usaha pertanian dengan usia diatas 39 dan memenuhi persyaratan lainnya, seperti sudah mulai menjadi pengusaha pertanian dengan omset per bulannya diatas 10 juta rupiah. Artinya, dia memang sudah berusaha di sektor pertanian. Meski omsetnya masih kecil tak masalah. Kita akan dorong agar semakin besar omzetnya,” tutur Dedi.

Nantinya, para petani milenial itu akan mendapat pelatihan wirausaha dan tematik, selain daripada difasilitasi akses untuk mendapatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pertanian. “Kita akan kerjasamakan dengan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten untuk semakin memperkuat langkah mencetak 2,5 juta petani milenial,” demikian Dedi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *