Penggunaan Alsintan Solusi Minimnya Tenaga Kerja Sektor Pertanian

oleh -676 views
oleh

JAKARTA – Penggunaan alat dan mesin (alsin) dalam sektor pertanian sudah tidak bisa lagi dihindari. Terlebih, alat dan mesin pertanian bisa dijadikan solusi atas minimnya tenaga kerja di usaha tani. Selain itu, alsintan juga bisa menjadi daya tarik buat generasi muda untuk terjun ke lapangan.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, mengatakan tuntutan terhadap sektor pertanian tidak pernah berkurang. Namun, tenaga kerja sektor ini justru berkurang. Sebagai solusi, alat dan mesin pertanian harus digunakan.

“Banyak sekali manfaat yang bisa dirasakan petani dengan menggunakan alsintan. Misalnya, disaat buruh tani untuk mengolah lahan tidak ada, mereka bisa memanfaatkan traktor roda 2 atau roda 4. Waktu olah lahan bisa menjadi lebih cepat dan lebih banyak lahan yang bisa digarap,” tuturnya, Jumat (19/06/2020).

Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy, memperkuat pernyataan tersebut.

“Tidak hanya mengolah lahan, saat tanam petani juga bisa memanfaatkan transplanter untuk mendapatkan produktivitas yang lebih baik. Atau mereka bisa memanfaatkan combine harvester saat panen. Semua bisa dilakukan sendiri. Dengan tenaga kerja minimal, hasil yang didapat bisa lebih optimal,” tuturnya.

Sarwo Edhy juga berharap pengguaan alsintan bisa menjadi daya tarik buat para milenial untuk terjun ke sektor pertanian.

“Alsintan bisa mengubah pola pikir anak-anak muda tentang pertanian. Dengan alsintan, tidak ada lagi kesan kotor dan lainnya. Justru kondisi ini bisa menjadi peluang baru buat mereka yang kreatif,” terangnya.

Sarwo Edhy mencontohkan bagaimana alsintan membuat Zulfikar, anak seorang petani di salah satu desa di Pangkep, ikut turun ke sawah. Zulfikar adalah petani milenial yang tercatat sebagai mahasiswa Polbangtan Gowa semester IV.

“Saya melakukan proses tanam padi tidak sendirian. Saya bersama kakak dan bapak dengan saling bergantian menanam menggunakan transplanter. Karena panen padi telah usai otomatis para petani kembali menanam padi,” tuturnya.

Menurut Zulfikar, dalam menanam ada yang menggunakan pompa air untuk mendapatkan air dan ada juga yang menggunakan air dari irigasi. Penanaman padi ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan makan dan ada juga yang dijual sehingga bisa menutupi kebutuhan lain.

“Menanam padi merupakan hal yang umum. Namun bedanya, saya menggunakan mesin transplanter yang tergolong menggunakan tenaga mesin. Saat melakukan proses tanam padi saya perlu menyiapkan bibit terlebih dahulu yang sudah siap untuk ditanam. Kemudia saya mengatur sesuai dengan keadaan mesin transplanter dan kemudian menjalankan mesin sesuai dengan standar operasi,” terangnya.

Dijelaskannya, masyarakat Desa Panaikang Kecamatan Minasatene pada umumnya adalah petani padi yang ditunjang dengan irigasi leang londrong Desa Panaikang sehingga dapat melakukan pertanaman 3 kali setahun. Namun, petani mulai mengikuti perkembangan teknologi pertanian mulai dari persiapan lahan, penggarapan lahan, penanaman, panen, hingga pasca panen.

“Sekarang para petani telah memanfaatkan hand traktor, transplanter, dan combine harvester,” ujar Zul. Selain peningkatan hasil pertanian, pengunaan alsintan juga memudahkan petani mengolah lahan pertanian, dari tahap persiapan lahan, penggarapan lahan, penanaman, panen, hingga pasca panen,” jelasnya.

Zulfikar menambahkan,menggunakan mesin transplanter sangatlah mudah. Petani pun tidak perlu waktu yang lama untuk menanam padi di sepetak sawah. Hanya perlu melakukan pembibitan dalam baki mesin transplanter, hingga menghasilkan gulungan bibit padi siap tanam. Selanjutnya, letakkan bibit padi diatas mesin kemudian menjalankan mesin supaya padi tertanam secara otomatis.(***)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *