Penyuluh di Tolitoli Dampingi Petani Peserta SL IPDMIP Lakukan Percepatan Tanam

oleh -1,458 views
oleh

TOLITOLI – Penyuluh pertanian di Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah, tetap bekerja maksimal dalam pandemi Covid-19. Para penyuluh tetap mendampingi petani peserta Sekolah Lapang (SL) Proyek IPDMIP dalam melakukan percepatan tanam.

Tolitoli merupakan salah satu kabupaten yang mendapat dana hibah dari pemerintah pusat untuk pelaksanaan Proyek IPDMIP (Integrated Participatory Development and Management of Irrgigation Project). Proyek ini berlangsung selama 6 tahun. Lokasinya tersebar di 5 daerah irigasi (DI) di Kabupaten Tolitoli.

Salah satu diantaranya Daerah Irigasi Salumpaga. Luas areal sawah yang dilayani proyek rehabilitasi jaringan irigasi seluas 500 hektar.

Untuk tahun 2020, kegiatan utama yang dilakukan adalah menyukseskan proyek yang dibiayai dari dana hibah IFAD dan ADB ini berupa Sekolah Lapang (SL). Kegiatan ini tetap dilangsungkan meski dalam pandemi Covid-19. Namun tetap mengikuti protokol pencegahannya.

“Periode April-Mei tahun ini merupakan periode yang penuh tantangan bagi sektor pertanian di Indonesia. Pada periode itu, ada tiga kondisi yang menuntut antisipasi yang tepat bagi sektor pertanian. Yaitu masa pandemi Covid-19 dengan pemberlakuan PSBB, bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri, serta memasuki periode musim kemarau,” ujar Rustam Rewa, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Tolitoli.

Menurutnya, penyuluh di Kabupaten Tolitoli telah menyusun strategi agar pertanian tidak berhenti di masa pandemi Covid-19. Sehingga proses pendampingan petani tetap berjalan.

Rustam Rewa mengatakan strategi menghadapi Covid-19 juga dibahas dalam rapat bersama Kepala Bidang Penyuluhan Pertanian, Kepala Bidang Sarana dan Prasarana, Kepala BPP, para Penyuluh Pertanian dan Pendamping di Daerah.

Rapat menyepakati untuk memodifikasi pertemuan Sekolah Lapangan (SL) yang dilaksanakan dalam rangka Proyek IPDMIP. Petani peserta SL tetap melakukan pertemuan pembelajaran bersama di lahan laboratorium lapangan (LL), namun tanpa mengabaikan protocol kesehatan penanganan Covid-19. Petani peserta sekolah lapang wajib menggunakan masker dan menjaga jarak antara petani sehingga tidak berdekatan.

“Ini strategi yang kami pilih untuk memanfaatkan momentum ketersediaan air di awal musim kemarau dengan percepatan tanam. Selain itu, bertujuan agar proses percepatan tanam petani selalu terkawal, dan pendampingan penerapan teknologi yang direkomendasikan tetap bias berjalan,” jelas Rustam Rewa.

Sementara Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menegaskan jika pertanian tidak boleh berhenti dalam kondisi apapun.

“Walau dalam kondisi pandemi Covid-19, pertanian don’t stop, terus maju. Pangan harus selalu tersedia dan rakyat tidak boleh kekurangan. Setelah panen, segera lakukan percepatan tanam, tidak boleh ada lahan yang menganggur,” kata Mentan SYL.

Hal ini dipertegas oleh Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi. Menurutnya, 267 juta masyarakat Indonesia membutuhkan bahan pangan, jadi pertanian harus terus berjalan.

“Kita baru saja melewati masa panen, sejumlah daerah telah melakukan panen raya. Tapi kita tidak boleh lengah. Usai panen kita harus langsung oleh tanah, kita harus tanam, tanam dan tanam. Manfaatkan ketersediaan air di awal musim kemarau guna melakukan percepatan tanam. Inilah cara kita memperkuat ketahanan pangan nasional,” tuturnya.(***)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *