Petani dan Penyuluh Punya Peran Strategis Dalam Pembangunan Pertanian Indonesia

oleh -486 views
oleh

LOMBOK TENGAH – Petani dan penyuluh dinilai memiliki peran yang sangat strategis untuk pembangunan pertanian di Tanah Air. Peran tersebut menjadi sangat penting dalam kondisi sekarang. Khususnya penyuluh yang harus mendampingi petani dan memastikan pertanian bisa terus berproduksi.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) bahkan menyebut penyuluh adalah garda terdepan pertanian.

“Penyuluh adalah garda terdepan dalam pertanian. Oleh sebab itu, mereka harus selalu ada di lapangan, harus selalu ada dan mendampingi petani agar produktivitas pertanian tetap terjaga. Hal ini tentunya untuk mendukung ketahanan pangan,” tuturnya.

Sejauh ini, para petani dan penyuluh yang tergabung dalam Komando Strategi Pembangunan Pertanian (Kostratani) menjadi ujung tombak dalam mengawal program-program Kementerian Pertanian.

“Kostratani menjadi yang terdepan dalam mengawal program-program utama Kementan. Oleh karena itu, Kostratani kita perkuat. Karena kita ingin fungsi-fungsi Kostratani bisa dijalankan dengan maksimal untuk mendukung kemajuan pertanian di Tanah Air,” kata Mentan SYL.
Pengembangan Kostratani ini turut dikawal Kepala Badan Pengembangan dan Penyuluhan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian, Dedi Nursyamsi, yang melakukan kunjungan kerja ke sejumlah daerah di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), untuk me-launching BPP Kostratani Praya, Kabupaten Lombok Tengah.

Dalam sambutannya Dedi memaparkan banyak hal mengenai kesempatannya melihat dari dekat industri pertanian di negara-negara maju. Dari hasil kajiannya, kemajuan sektor pertanian dimulai dari kebangkitan Sumber Daya Manusia (SDM).

“Jadi, kebangkitan pembangunan pertanian harus dimulai dari kebangkitan SDM-nya. Siapakah SDM pertanian itu? Tidak lain adalah petani, kelompok tani, gabungan kelompok tani, praktisi, pengusaha pertanian dan lain sebagainya,” ujar Dedi, Selasa (20/10/2020).

Ia mencontohkan Amerika Serikat, China, Jepang, Taiwan, Australia dan Selandia Baru yang berkembang menjadi negara maju dimulai dari bangkitnya sektor pertanian. Menurutnya, sulit bagi sebuah negara berkembang menjadi negara maju jika sektor pertaniannya tak berjalan dengan baik.

“Di negara maju mereka memulainya dari kebangkitan SDM-nya. Negara-negara itu memulainya dari pembangunan pertanian. Berangkat dari pengalaman mereka, maka kalau kita mau menjadi negara maju dan kuat harus maju dan kuat dulu pertaniannya. Tidak ada negara yang maju pesat kalau pertaniannya lemah,” tegas Dedi.

Untuk memajukan sektor pertanian, Dedi menilai petani dan penyuluh adalah lembaga yang memiliki peran strategis dalam pembangunan pertanian Indonesia.

“Tidak salah kalau kita sebut petani penyuluh memiliki posisi strategis dalam pembangunan pertanian Indonesia, karena mereka yang sesungguhnya yang sudah berupaya menyediakan pangan untuk kita semua,” tuturnya.

Dijelaskan Dedi, Kementerian Pertanian memiliki program Komando Strategi Pembangunan Pertanian (Kostratani) sebagai ujung tombak dalam meningkatkan kapasitas dan SDM pertanian.

Secara prinsip, Kostratani bergerak melakukan pemajuan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) baik fisik maupun non-fisik. “Diberdayakan sarana prasarananya dan penyuluhnya ditingkatkan kapasitasnya, ilmunya dan lainnya,” papar Dedi.

Pemberdayaan sarana dan prasarana selain rehabilitasi gedung bangunan juga mendorong petani dan penyuluh memanfaatkan digitalisasi dalam mengelola pertanian Indonesia.

“BPP itu kita fasilitasi internetnya agar bisa berkoordinasi dan terkoneksi ke seluruh Indonesia. Semuanya terkonsentrasi di Kostratani. Semua sudah saling terhubung,” katanya.

Apalagi, saat ini industri pertanian Indonesia sudah bertransformasi dari sistem pertanian tradisional menjadi pertanian modern.

“Sekarang pertanian sudah bertransformasi dari tradisional ke modern. Sebelum petani menanam harus memikirkan modal. Sudah ada Bumdes, KUR dan lainnya. Artinya petani harus kita bina, dibimbing. Setelah modal dapat lalu bagaimana proses pertaniannya. Pertanian harus untung atau dengan kata lain bisnis. Pertanian bukan lagi kewajiban tapi bisnis,” tegas Dedi.

Selain itu, penggunaan alat mesin pertanian akan mampu menghemat 60 persen pada musim tanam, bahkan bisa meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi.

“Pertanian juga harus menggunakan varietas berkualitas dan berproduktivitas tinggi. Kita harus bertransformasi, berinovasi ke teknologi mutakhir,” demikian Dedi.

Sementara Bupati Lombok Tengah, H Muhammad Suhaili FT mengucapkan terim kasih atas program Kementerian Pertanian yang berupaya terus menerus meningkatkan kapasitas petani dan penyuluh.

“Kami sangat bersyukur dan berterimakasih atas tumbuh kembang dan peningkatan kapasitas dan penyuluh kita yang sangat dibutuhkan ini. Ini adalah program peningkatan kapasitas dan sarana prasarana sebagai penunjang tugas penyuluh. Kami siap apa yang ditugaskan kepada kami,” katanya.

Bupati berharap sektor pertanian di daerah yang dipimpinnya dapat lebih meningkatkan produktivitas sehingga semakin memberikan kontribusi yang besar kepada pemerintah.

“Apalagi pemerintah tengah gencar melaksanakan program food estate. Semoga kami bisa memberikan kontribusi dalam ketahanan pangan nasional yang dicanangkan pemerintah,” harapnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *