Tim DPIU IPDMIP Tuban Pantau Perkembangan Pertanian

oleh -1,655 views
oleh

SUARAJATIM.CO.ID//JAWA TIMUR – Tim DPIU IPDMIP Kabupaten Tuban memantau langsung perkembangan pertanian di daerahnya dengan melakukan Kunjungan Antar Desa atau Cross Village Visits.

Kegiatan ini dilakukan di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Soko. Hadir dalam kegiatan ini petani peserta SLP, petani DI Simo, penyuluh pertanian kecamatan, staf lapangan dan Tim IPDMIP Kabupaten.

Menurut Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian, Dedi Nursyamsi, Kunjungan Antar Desa (Cross Village Visits) dilakukan sebagai bagian untuk meningkatkan kualitas SDM.

“Kunjungan Antar Desa dilakukan dalam rangka kegiatan peningkatan SDM, khususnya penyuluh dan petani di Daerah Irigasi (DI) yang menjadi lokasi IPDMIP di tahun anggaran 2020,” tutur Dedi Nursyamsi, Rabu (11/11/2020).

Dalam pertemuan ini, dijelaskan bahwa kegiatan kunjungan merupakan salah satu metode penyuluhan yang dinilai efektif.

“Karena, melalui kunjungan ini tim IPDMIP dapat melihat hasil dan mendengar penjelasan secara langsung dari petani yang telah menerapkan teknologi yang direkomendasikan di desa yang dikunjungi,” ujarnya.

Dengan kegiatan kunjungan ini, dapat juga terjalin interaksi antar petani. Sehingga, petani juga dapat memperoleh wawasan dan belajar dari pengalaman petani lain apabila tidak menerapkan teknologi yang direkomendasikan.

Setelah selesai mengikuti SLP Musim Penghujan dengan komoditas tanaman padi, petani kemudian mempraktekkan hasil pembelajaran di lahan milik sendiri, menggunakan varietas Inpari32 dan dengan sistem tanam jajar legowo 2:1.

Pupuk yang digunakan terbilang cukup sedikit, hanya membutuhkan Urea 50 kg, NPK Phonska 150 kg, dan Organik 200 kg. dan juga menggunakan Pupuk daun Gandasil-D pada saat vegetatif dan Gandasil-B pada saat generative.

Pada saat terakhir penyemprotan (umur 75 hst) menggunakan 1 bungkus gandasil-B + 1 bungkus susu + 1 butir telur. Untuk biaya produksi yang dikeluarkan sebanyak Rp. 2.145.000,00, dengan produksi mencapai 1.800 kg, harga jual Rp 4.300.

Gabah hasil panen untuk konsumsi sendiri sebanyak 200 kg dan dijual sebanyak 1600 kg, maka total pendapatan sebanyak Rp 6.880.000,00. Total pengeluaran Rp 2.413.500, sehingga total keuntungan bersih yang didapat adalah Rp. 4.466.500,00.

Disamping itu, dijelaskan tentang Padi Pendok, merupakan varietas padi local yang ada di Kecamatan Soko. Dalam budidayanya sedemikan rupa, tidak jauh beda pada jenis padi lainnya yang biasa ditanam oleh petani di daerah irigasi deker seperti Inpari32, Ciherang dan lainnya.

Akan tetapi varietas padi Pendok ini mempunyai beberapa keunggulan yaitu tahan terhadap hama dan penyakit, perawatan lebih mudah, harga jual tinggi, usia tanam mencapai 110 hari ada selisih 10-15 hari dari jenis padi varietas inpari32. Dengan potensi hasil mencapai 6,5-7 ton perhektar.

Disamping keunggulan ada kekurangannya juga salah satunya adalah di pemasaran beras pendok yang mana belum semua orang tahu akan hasil jenis beras dari padi pendok ini.

Berdasarkan pengalaman yang sudah dilakukan pada padi pendok tidak boleh menggunakan score (fungisida) karena akan mempengaruhi bau harum beras. Jika dibudidayakan dengan system semiorganik akan bau harum yang dihasilkan akan meningkat. Dan dalam hal panen tidak boleh menggunakan combine, harus menggunakan ani-ani.

Setelah di lakukan pemaparan, Petani DI Simo diajak untuk kunjungan lapang ke lahan petani SLP yang tanam padi jajar legowo. Dari pelaksanaan Kunjungan Antar Desa di Daerah Irigasi Deker Kecamatan Soko di peroleh kesimpulan bahwa melalui Kunjungan Antar Desa dapat mengetahui pengolahan tanah sampai pasca panen, biar tidak hanya melihat lahan di daerah setempat saja dan dapat membandingkan antara Kecamatan Bancar dan Soko guna dapat menambah ilmu dan berbagi pengalaman.(EZ)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *