Tyto Alba, Burung Hantu Sahabat Petani Jadi Ikon UPTD Ujung Jaya

oleh -537 views
oleh

SUMEDANG – Hama tikus menjadi salah satu ancaman buat pertanian yang bisa mengakibatkan gagal panen. Namun, UPTD Ujung Jaya Sumedang memiliki cara sendiri untuk mengendalikan hama tikus. Yaitu menggunakan burung hantu.

Menurut POPT Kecamatan Ujung Jaya, Hikmat Sumantri, yang menjadi koordinator burung hantu, burung hantu yang digunakan untuk membantu petani mengatasi hama tikus adalah jenis Tyto Alba.

“Burung hantu jenis Tyto Alba ini dikenal sebagai sahabat petani. Karena menjadi pembasmi hama tikus yang sangat handal, khususnya di malam hari saat petani sedang beristirahat. Oleh petani burung jenis ini dikenal juga dengan sebutan burung Koreak. Dalam semalam Burung Hantu Tyto Alba bisa menangkap 5 sampai 10 ekor tikus,” tuturnya.

Hikmat menjelaskan, salah satu kelompok tani yang memanfaatkan jasa burung hantu ini adalah Kelompok Tani Mekarsari I di Desa Keboncau.

“Di Desa Keboncau, Kelompok Tani Mekarsari I membangun dua Rubuhan atau rumah burung hantu sejak 2017 lalu, sekitar 22 Juni dan 3 Juli 2017. Dengan membangun Rubuha, petani telah mempercayakan Tyto Alba untuk menjaga lahan mereka dari serangan tikus. Dan memang terbukti efektif,” katanya.

Karena pentingnya peran burung hantu jenis Tyto Alba, Hikmat Sumantri pun mengajak seluruh petani dan insan pertanian untuk melestarikannya.

“Jangan sampai burung hantu ini hilang akibat kepentingan segelintir orang. Karena manfaatnya sangat besar buat pertanian. Dan pertanian ini memenuhi kebutuhan masyarakat banyak, jadi harus sama-sama kita jaga agar pertanian kita tidak terganggu,” katanya.

Tyto alba atau yang juga dikenal dengan Serak Jawa merupakan salah satu jenis burung pemangsa yang cukup populer untuk mengendalikan hama, baik di area perkebunan maupun pertanian. Di Ujung Jaya, Tyto alba dikembangbiakkan dan akan sangat mudah untuk dijumpai.

Di samping keanggunan yang dimiliki oleh Tyto alba, kemampuan berburu burung hantu ini tidak dapat diragukan. Jika burung-burung predator lainnya mengandalkan kecepatan, Tyto alba sangat mengandalkan kemampuan pendengarannya yang di atas rata-rata untuk mendeteksi lokasi mangsanya.

Sebagai hewan yang aktif di malam hari (nocturnal), tentu saja Tyto alba memiliki indera penglihatan yang baik, namun tidak mengalahkan fungsi utama indera pendengarannya yang sangat sensitif.

Tyto alba cukup menajamkan pendengarannya dan dapat langsung mengetahui posisi pasti target buruannya hanya dengan sedikit suara gesekan rumput saja.

Biasanya ia menargetkan tikus sebagai mangsa buruan. Setelah yakin, ia terbang dalam senyap untuk kemudian mengejutkan dan menyergap mangsanya dengan cakarnya yang kokoh.

Keseluruhan prosesnya berlangsung senyap, penuh ketenangan, sekaligus mematikan.

Tyto alba akan menelan utuh mangsanya atau mencabik-cabik hingga terbagi dalam bagian-bagian kecil sebelum dimakan. Ia tidak akan melumat bulu-bulu dan tulang mangsanya tapi akan memuntahkannya kembali secara berkala dalam bentuk pelet.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian Dedi Nursyamsi memberikan apresiasinya atas upaya UPTD Ujung Jaya menjaga lahan pertanian.

“Kita tidak mau produksi terganggu. Karena yang menjadi ancaman pertanian itu selain perubahan iklim, cuaca ekstrim, ada juga gangguan hama, salah satunya tikus. Oleh karena itu tikus harus dikendalikan agar pertanian tidak terganggu,” katanya.

Sementara Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengutarakan hal serupa. Menurutnya produktivitas pertanian tidak boleh terganggu.

“Dalam kondisi apa pun, pangan tidak boleh bermasalah. Pangan tidak boleh bersoal. Produksi harus dijaga. Petani dan penyuluh harus mengantisipasi berbagai gangguan yang bisa terjadi,” tuturnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *