Buruh Tani Makin Sejahtera dengan Adanya Alsintan

oleh -1,332 views
oleh

SUARAJATIM.CO.ID, KUNINGAN – Bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan) dari pemerintah diperkirakan mampu menekan biaya operasional petani sekitar 35 persen hingga 48 persen. Ini berarti, bantuan tersebut mampu membantu aktivitas petani dalam memperlancar usahanya. Alsintan juga memperingan kerja para buruh tani.

Hal tersebut dikemukakan Direktur Jenderal Prasaranan dan Sarana Pertanian (PSP), Kementerian Pertanian (Kementan), Sarwo Edhy. Menurutnya, alsintan semakin berpengaruh pada kesejahteraan petani.

“Alsintan mampu menekan biaya operasional 35 hingga 48 persen dalam produksi petani. Dulu, petani bisa membajak sawahnya satu ha selama berhari-hari, tapi kini cukup 2 hingga 3 jam saja,” ujar Sarwo Edhy, Jumat (29/3).

Dengan perkembangan positif tersebut, Andi berharap, bantuan alsintan pada 2019 semakin banyak dan semakin menyejahterakan petani.

Sebagai contoh, dengan combine harvester, panen bisa secara otomatis dalam sekali jalan. Alat tersebut dilengkapi penebas, perontok, yang kemudian keluar dalam bentuk gabah. Petani bisa langsung memasukkan gabah ke dalam karung, sehingga waktu bisa terpangkas dengan efisien.

“Di beberapa tempat, luasan panen mencapai 3 ha dan bisa dilakukan dalam waktu 3 jam saja, asalkan cuaca bagus dan tanah tidak lembek,” ujarnya.

Salah satu buruh tani Desa Kagugede, Kecamatan Kagugede, Kabupaten Kuningan kini sudah tak perlu lagi menguras tenaganya untuk menggarap lahan sawahnya. Hal itu berkat bantuan Alsintan yang digulirkan selama ini.

Abdul Hamid, begitu buruh tani itu disapa menyambut baik bantuan itu. Ia mengaku diuntungkan bantuan traktor Kementan meski harus merogoh kocek.

“Kalau untuk mengelola lahan sawah kami menggunakan traktor, karena biayanya lebih murah dan yang terpenting lebih cepat. Kalau kita nyangkul aduuuh lama sekali. Biayanya juga lebih hemat dan yang terpenting lebih cepat,” kata Abdul.

Ia menjelaskan, untuk membajak sawah menggunakan cangkul atau kerbau dalam satu petak minimal harus merogoh Rp500.000. Sementara menggunakan traktor hanya mengeluarkan biaya Rp100.000- Rp120.000.

“Alhamdulillah produksi kita juga lebih meningkat mas. Harga gabah kering kami juga Rp5.000 per kg. Mudah-mudahan pemerintah bisa menaikkan lagi jadi Rp6.000,” kata Abdul.

Di sela kunjungan kerja Apresiasi dan Singkronisasi Program Kementerian Pertanian Tahun 2019 di Desa Kagugede, Kecamatan Kagugese, Kabupaten Kuningan, Abdul juga menyampaikan bahwa beberapa bantuan pemerintah hanya mampir di kelompok tani.

“Bantuan pemerintah selalu masuk, baik itu pupuk, pompa air dan alat mesin pertanian. Tapi kadang-kadang bantuan, seperti pupuk dijual lagi. Jadi kami nggak bisa merasakan,” katanya Abdul Hamid dengan dialek khas Sundannya.

Selain itu, ia juga mengaku lahan pertanian Kadugede kian menyusut. Memang terlihat disekitar hektaran lahan sawah itu banyak bangunan-bangunan baru, seperti bangunan sekolah, lapangan dan perumahan lainnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *