Jaringan Irigasi Tersier di Kabupaten Bandung Terus Ditingkatkan

oleh -4,682 views
oleh

SUARAJATIM.CO.ID, BANDUNG – Kabupaten Bandung terus berusaha meningkatkan prasarana pertanian melalui pembangunan atau Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) dan jalan usaha tani di sejumlah kecamatan di Kabupaten Bandung.

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan) Sarwo Edhy mengungkapkan, tahun 2018, Ditjen PSP membangunkan 399 unit embung pertanian dan 134.475 hektar jaringan irigasi tersier yang direhabilitasi. Untuk 2019, akan dilakukan rehabilitasi jaringan irigasi tersier seluas 134.075 hektar

“Program RJIT periode 2014 – 2019 ini dilakukan untuk membangun atau merehabilitasi jaringan irigasi tersier yang kondisinya hampir 50 persen rusak. Dearah yang ingin membangun embung atau irigasi tersier, silakan ajukan ke Ditjen PSP. Bisa melalui Dinas Pertanian di wilayahnya masing-masing,” ujar Sarwo Edhy, Rabu (8/5)

Sarwo Edhy mengatakan, program rehabilitasi jaringan irigasi, penembangan irigasi perpipaan/perpompaan, dan pembangunan embung yang saat ini sedang gencar dilakukan oleh pemerintah sangat dirasakan oleh para petani. Ia menjelaskan, efek yang langsung dirasakan petani adalah, adanya penambahan Indeks Tanam yang tadinya hanya bisa sekali setahun menjadi dua kali atau lebih, juga produktivitas 1-1,5 ton per ha.

“Dengan adanya program pembangunan dan atau rehabilitasi jaringan irigasi, maka ada peningkatan pada indeks tanam petani, yang sebelumnya hanya sekali setahun menjadi dua kali,” kata Sarwo Edhy.

Kabid Sarana Prasarana Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Yayan Agustian mengungkapkan, jaringan irigasi tersier yang sudah dibangun di antaranya di Kecamatan Pasirjambu, Ciwidey, Banjaran, Paseh, Ibun, Solokanjeruk, Cicalengka, Rancaekek, dan Cikancung.

“Dibangunnya jaringan irigasi tersier itu dapat meningkatkan produksi 0,5 sd 1 ton per ha. Misalnya yang semula menghasilkan produksi 6,5 ton gabah kering panen per hektare, menjadi 7 ton dengan adanya pengerjaan pembangunan jaringan irigasi tersier tersebut,” kata Yayan Agustian.

Yayan mengatakan, pembangunan jaringan irigasi tersier pada 2018 yang berasal dari APBN itu, setiap titik lokasi sepanjang 150-200 meter. Pembangunan jaringan irigasi tersier itu pada bagian kanan kiri sehingga panjangnya antara 300 sampai 400 meter.

“Pembangunan jaringan irigasi tersier itu sudah dilaksanakan di 12 kecamatan tadi, untuk meningkatkan produksi pertanian,” katanya.

Yayan mengatakan, pembangunan jaringan irigasi tersier itu dengan cara dicor untuk memudahkan dalam proses perawatan yang dilakukan oleh para petani di kawasan tersebut.

“Adanya pembangunan jaringan irigasi tersier ini bisa mengairi lahan pertanian padi antara 50 hektare sampai 100 hektare, dengan anggaran setiap titik lokasi rata-rata Rp 60 juta,” kata Yayan.

Menurutnya, adanya peningkatan pembangunan jaringan irigasi tersier ini, yang semula lahan pertanian padi tak terairi akhirnya bisa terairi. “Soalnya, air bisa mengalir cukup jauh dan menjangkau lahan pertanian lebih luas lagi,” katanya.

Dikatakannya, pembangunan jaringan irigasi tersier ini untuk menyalurkan air dari saluran induknya atau sekunder. Bahkan, pembangunan infrastruktur ini untuk menyalurkan air dari dam yang dikerjakan satu paket dengan pembangunan jaringan irigasi tersier.

“Bahkan, pembangunan jaringan irigasi tersier ini untuk menyalurkan air dari sumbernya, selain proses penyalurannya dengan cara menggunakan pompa yang bersumber dari sungai. Prasarana pertanian ini untuk memudahkan aliran air,” katanya.

Bahkan, imbuh Yayan, jika ada lahan pertanian padi yang tidak terjangkau aliran air yang bersumber dari jaringan irigasi tersier, Dinas Pertanian memfasilitasi pembangunan sumur pantek dengan menggunakan mesin pompa air.

“Mesin pompa air di lokasi sumur pantek sedalam 40 meter itu bisa mengairi lahan pertanian padi seluas 25 hektare,” katanya.

Namun yang harus diperhatikan para petani itu, kata Yayan, bagaimana proses pemeliharaan mesin pompa air dan pipanya yang digunakan untuk menyalurkan airnya.

“Pembangunan berbagai prasarana pertanian itu, mulai dari jaringan irigasi tersier dan sumur pantek bisa dirasakan manfaatnya oleh para petani di Kabupaten Bandung,” katanya.

Disamping itu, kata Yayan, pemerintah pun fokus pada peningkatan infrastrukur jalan usaha tani. Di antaranya di Desa Neglasari Kecamatan Ibun.

“Yang semula jalan setapak, kini bisa menggunakan kendaraan roda dua untuk mengangkut hasil pertanian atau pun mengangkut pupuk saat pengolahan lahan pertanian,” katanya.

Ia mengatakan, pembangunan jalan usaha pertanian dapat meningkatkan produksi pertanian, selain mengurangi biaya produksi pertanian.

Pada 2019 ini, kata Yayan, pihaknya sedang melakukan proses usulan untuk menambah peningkatan pembangunan jaringan irigasi tersier di lahan pertanian di Kabupaten Bandung. “Titik lokasinya sudah ada. Namun masih dalam proses usulan,” katanya.

Dikatakan Yayan, berbagai pelaksanaan pembangunan infrastruktur pertanian itu berdasarkan usulan dari para kelompok tani. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *