Noda Demokrasi, PANDAWA Nusantara Kecam Perilaku Barbar Aparat Tangani Demo Tangerang

oleh -248 views
oleh

JAKARTA – Noda demokrasi muncul demo mahasiswa Himpunan Tangareng Raya (Himata). Alih-alih menyampaikan aspirasi, mahasiswa Himata justru mendapatkan perlakuan barbar dari oknum aparat Kepolisian Tangerang, Rabu (13/10). Aksi tersebut pun memantik reaksi PANDAWA Nusantara (Persaudaraan Aktivis dan Warga Nusantara). PANDAWA Nusantara mengutuk keras perilaku arogan yang dilakukan aparat tersebut.

“Aparat mempunyai tugas melindungi dan menjaga warga masyarakat. Kejadian di Tangerang ini sepertinya api jauh dari panggangnya. Apa yang dilakukan oknum aparat Kepolisian tersebut sangat keji dan sadis,” ungkap Sekjend PANDAWA Nusantara Faisal Anwar, Rabu (13/10).

Aksi tercelaang diperlihatkan oknum aparat Kepolisian Tangerang. Mereka bersikap arogan dalam penanganan aksi demo. Coba dibubarkan paksa, aksi yang bertepatan dengan Hari Jadi Kabupaten Tangerang ke-389 pun berujung ricuh, Rabu (13/10). Terekam dalam video yang viral di media sosial, seorang mahasiswa dibekuk aparat Kepolisian berseragam hitam.

Mahasiswa terlihat dicekik kemudian langsung dibanting hingga pingsan. Mahasiswa tersebut bernama Fariz dari Himata Banten. Dari kejadian tersebut, aparat Kepolisian Tangerang menangamankan 15 orang mahasiswa Himata. Mereka diperiksa karena diduga melanggar aturan PPKM. Sebab, Kabupaten Tangerang masih menjalankan PPKM Level 3.

“Mereka yang berdemo adalah para mahasiswa yang sedang menyampaikan aspirasinya kepada pemegang kekuasaan daerah. Mereka bukan gerombolan liar apalagi kelompok radikal yang harus diperlakukan secara brutal,” terang Faisal.

Untuk komposisi mahasiswa yang tergabung dalam aksi demo Himata ada GMNi, PMII, dan IMM. Bergabung juga Gerakan Tiga Belas Oktober (Getok), dan Gabungan Mahasiswa Cipayung. Sebelum ricuh, Himaya Banten Raya melakukan orasi. Ada 10 tuntutan yang disampaikan dan salah satunya adalah peningkatan mutu pendidikan.

“Saya sangat prihatin dan meminta kepada bapak Kapolri dan kapolda banten untuk dapat mengusut secara tuntas peristiwa tersebut. Kami tidak mau aparat selalu mempertontonkan kekerasan dan penindasan terhadap mahasiswa dan masyarakat sipil. Aparat ke depan seharusnya semakin humanis dan dicintai oleh masyarakat,” tegasnya lagi.(***)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *