Profil Habib Salim Segaf, Cawapres Rekomendasi Ijtima Ulama dan Tokoh Nasional, Kakeknya Diabadikan Jadi Nama Bandara

oleh -2,056 views
oleh

SUARAJATIM.CO.ID, JAKARTA-Ketua Majelis Syuro PKS Habib DR Salim Segaf Aljufri MA atau Ustaz Abdul Somad direkomendasikan menjadi kandidat cawapres pendamping Prabowo Subianto. Rekomendasi ini dilakukan saat ijtima ulama pada hari Minggu 29 Juli 2018

Ustaz Abdul Somad menyatakan dukungannya kepada pasangan Prabowo Subianto-Dr Salim Al Jufri untuk maju sebagai calon presiden dan calon wakil presiden pada Pemilihan Presiden tahun 2019 nanti.

Dukungan ini dinyatakannya melalui akun Facebooknya, Minggu (29/7/2018).

“Selamat! Ternyata kerumunan sudah berubah menjadi barisan kekuatan.

Prabowo-Habib Salim pasangan tawazun (seimbang) antara ketegasan tentara dan kelembutan Ulama, Jawa non-Jawa, nasionalis-religius, plus barokah darah Nabi dalam diri Habib Salim.

Biarlah saya jadi suluh di tengah kelam, setetes embun di tengah sahara. Tak sungkan berbisik ke Habib Salim, tak segan bersalam ke Jenderal Prabowo.

Setelah Sayyidina Umar bin Khattab wafat, sebagian Sahabat ingin membaiat Abdullah -anak Sayyidina Umar- sebagai pengganti. Beliau menolak lembut, karena bidang pengabdian ada banyak pintu.

Fokus di pendidikan dan dakwah.

Al-Faqiir Ilaa Rabbih, Abdul Somad

Setelah Ustadz Abdul Somad membuat pernyataan tidak ingin maju menjadi cawapres, Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden, kini tinggal Prabowo subianto-Salim Segaf Al Jufri, rekomendasi Ijtima Ulama yang bisa menjadi lawan kuat bagi petahana Joko Widodo (Jokowi) di Pilpres 2019.

Hal itu disampaikan Pengamat Komunikasi dan mahasiswa Pascasarjana Program Doktor Ilmu Komunikasi Universitas Sahid, Irfan Fauzi Arief, kepada Liputan1.com, Minggu (29/7/2018).

Salim Segaf Al-Jufri bukanlah sosok asing karena pernah menjabat sebagai menteri sosial pada Kabinet Indonesia Bersatu II masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Sebelumnya ia adalah Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi dan Kesultanan Oman.

“Saya yakin Ustadz Salim Segaf akan mampu berkomunikasi dengan partai politik yang berkoalisi dengan Prabowo, karena dia memiliki jejak karier politik dan birokrat,” ujar Irfan Fauzi Arief

Salim Segaf Al-Jufri bukanlah sosok asing karena pernah menjabat sebagai menteri sosial pada Kabinet Indonesia Bersatu II masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Sebelumnya ia adalah Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi dan Kesultanan Oman.

Sampai saat ini, ia adalah Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Saat terpilih menjadi Ketua Majelis Syuro, Salim dipercaya dapat memberikan penguatan ideolog bagi PKS.

Salim Segaf Al Jufri merupakan satu dari sembilan nama yang diajukan PKS untuk menjadi calon wakil presiden bagi Prabowo.

Dalam pendidikan, Salim sudah menyelesaikan hingga S3. Riwayat pendidikan dari S1 sampai S3 yang seluruhnya ditempuh di Universitas Islam Madinah, Arab Saudi. Untuk pendidikan S1 (1976), S2 (1980) dan S3 (1986) untuk bidang Syariah.

Salim juga tercatat mengajar sebagai dosen di beberapa tempat. Misalnya, dia mengajar dosen pasca sarjana UIN Syarif Hidayatullah. Salim juga pernah menjabat dosen Fakultas Syariah Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA).

Salim adalah cucu dari ulama besar Palu, Sayyid Idrus bin Salim Aljufrie atau terkenal dengan sebutan Guru Tua.

Kakeknya adalah tokoh pejuang pendidikan di Sulawesi Tengah dan sejak tahun 2014 telah diabadikan sebagai nama bandara Kota Palu dan Provinsi Sulawesi Tengah

Lebih Dekat dengan Habib DR Salim Segaf Aljufri MA

Pada 17 Juli 1954, di Pasar Kliwon, Solo, terlahir seorang bayi yang diberi nama Salim Segaf Al-Jufri. Ustadz Salim Segaf menghabiskan masa anak-anak di kota Solo sampai lulus di SD Diponegoro.

Setelah tamat Sekolah Dasar, Ustadz Salim berpindah ke Palu. Di kota ini sempat mengenyam pendidikan MTs Al-Khairaat dan MA Al-Khairaat. Sangat masuk akal, karena Ustadz Salim adalah cucu dari ulama besar yang menetap di Palu, yakni KH Said Idrus Al Jufri. Ulama yang lebih dikenal dengan nama “Guru Tua Al Jufri” adalah pendiri Yayasan Al Khairaat.

Lulus dari MA Al-Khairaat, Ustadz Salim merantau ke Arab Saudi, dan menyelesaikan jenjang S1, S2 dan S3 di Jurusan Syariah, Madinah University, Arab Saudi. Usai menyelesaikan pendidikannya di Arab Saudi, Ustadz Salim kembali ke Indonesia dan menjadi pengajar di Program Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah, Dosen Dirosat Islamiyah Al-Hikmah, Jakarta juga menjadi staf pengajar di Fakultas Syariah LIPIA (Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab), Jakarta. Di kancah internasional, Ustadz Salim merupakan Direktur Perwakilan WAMY (World Assembly of Muslim Youth) di Asia Timur dan Asia Tenggara sejak tahun 2002 hingga sekarang.

Pada 20 Juli 1998, Partai Keadilan (PK) dideklarasikan di Masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta. Kemudian PK berubah menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Di partai dakwah ini, Ustadz Salim pernah menjabat sebagai ketua dewan syariah. Kemudian, pada tahun 2005, beliau ditunjuk Presiden SBY menjadi Dubes untuk Kerajaan Arab Saudi dan Kerajaan Oman sejak Desember 2005, yang konon satu-satunya Duta Besar yang menjabat Dubes selama 4 tahun dalam sejarah diplomat di Indonesia. Kemudian, beliau masuk dalam jajaran kabinet sebagai Menteri Sosial RI dalam Kabinet Indonesia Bersatu II (2009 – 2014).

Kemudian, berdasarkan Musyawarah Majelis Syuro PKS yang berlangsung di Lembang, Jawa Barat, bulan Agustus 2015, Ustadz Salim diberi amanah berat untuk menjadi Ketua Majelis Syuro PKS untuk periode 2015 hingga 2020. Majelis Syuro adalah lembaga tertinggi di tubuh Partai Keadilan Sejahtera.

Ustadz Salim menikah dengan Zaenab Alwi Basri dan dikaruniai 5 anak, yaitu Idrus Salim, Sarah Salim, ‘Afaf Salim, Rihab Salim dan Sumayyah Salim

Sosok Santun, Sederhana dan Bersahaja

Meski memiliki “darah biru” ulama dan berpendidikan tinggi dengan prestasi cemerlang, Ustadz Salim dikenal sebagai sosok yang sangat bersahaja. Saat menjadi menteri misalnya, ketika melakukan perjalanan ke daerah-daerah, beliau sering menginap di rumah masyarakat ketimbang hotel mewah. Ustadz Salim Segaf  sangat santun, jujur, lembut dan rajin beribadah. Saat Ramadhan, beliau biasa beri’tikaf di masjid.

“Saya sering sekali menemani kunjungan kerja ke daerah-daerah terpencil di Indonesia bahkan daerah sulit dituju karna faktor geografis dan tidak pernah dikunjungi aparat pemerintah, bahkan sekelas Camat setempat sekalipun,” lanjutnya

Dan yang menarik, ketika menjadi Menteri Sosial, ketika kunjungan kerja beliau sering meminta tidur dirumah warga yang paling miskin didaerah tersebut, tidak perduli apa agama & suku warga miskin tersebut.

“Jadi ketika menjadi Mensos, Habib Salim biasa tidur dirumah warga sangat miskin yang lantainya tanah dan dindingnya bilik,” tutur Kang Irfan

Nah karena Menteri tidur dirumah warga dikampung, maka otomatis pejabat daerah seperti Bupati dan Gubernur-pun akhirnya “terpaksa” ikutan tidur dirumah warga yg rumahnya tidak layak huni tersebut”.

Inilah model pendidikan experetial learning yang diterapkan Habib Salim ketika menjadi Menteri Sosial kepada para pejabat dilingkungan Kementerian Sosial dan kepada Para Pejabat di Daerah, agar mereka bisa merasakan langsung bagaimana rasanya hidup dirumah yang tidak layak huni sehingga diharapkan bisa terpanggil nuraninya untul bekerja lebih baik buat masyarakatnya.

“Habib Salim adalah sosok yang bersahaja, intelektualitas akademiknya tidak patut diragukan dan pengalaman menjadi pejabat publik pun sudah teruji, muali jadi Dubes sampai Menteri, beliau guru yang mendidik tapi tidak menghardik, mengeritik tapi tanpa harus mencaci. Sosok bersahaja, yang pantas menjadi tokoh dinegeri ini, apalagi beliau mewakili masyarakat indonesia timur” terang pria yang juga menjabat sebagai Direktur Paramitra Foundation ini.

“Dengan amanah berat yang disandangnya saat ini, mari kita doakan agar beliau senantiasa diberikan kekuatan,” pungkasnya (IFA)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *