Rehabilitasi Irigasi Turut Berperan Peningkatan Produksi Padi 8,21 Juta Ton

oleh -17,926 views
oleh

SUARAJATIM.CO.ID, JAKARTA – Rehabilitasi irigasi yang digencarkan Kementerian Pertanian (Kementan) terbukti berhasil mendongkrak produksi pangan. Dalam kurun waktu 2015 hingga April 2019 dampak dari kegiatan tersebut mampu meningkatkan produksi padi sebanyak 8,21 juta ton.

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementan, Sarwo Edhy mengatakan, sejak pemerintah melaksanakan program rehabilitasi jaringan irigasi tahun 2015 hingga 2019 telah berdampak siginifikan dalam peningkatan produksi pangan, khususnya padi.

“Bukan hanya lahan sawah yang dapat terairi kini mencapai 3,129 juta hektar (ha), tapi juga indeks pertanaman (IP) naik 0,5. Dampak lebih lanjutnya adalah pada peningkatan produksi sebanyak 8,21 juta ton,” ujar Sarwo Edhy, Senin (10/6).

Selain mampu meningkatkan produksi, rehabilitasi jaringn irigasi juga mampu mempertahankan produksi padi sebesar 16,36 juta ton. Artinya, total produksi padi selama lima tahun pada daerah yang terkena kegiatan rehabilitasi mencapai 24,37 juta ton.

“Karena berdampak siginifikan, kami berharap program ini dapat dilanjutkan pada tahun-tahun mendatang,” harapnya.

Karena dampaknya cukup nyata, Sarwo Edhy berpesan agar petani yang tergabung dalam P3A atau kelompok tani ikut menjaga jaringan irigasi yang sudah direhabilitasi.

“Kalau ada bangunan irigasi yang rusak sedikit, saya minta P3A atau kelompok tani untuk segera memperbaiki. Jaringan irigasi agar dipelihara agar awet. Paling tidak umur ekonomisnya mencapai 30 tahun,” tuturnya.

Sarwo Edhy memberikan apresiasi  di beberapa lokasi, ternyata tidak sedikit pelaksanaan kegiatan ini dibarengi dengan dukungan secara swadaya, baik dalam bentuk modal kerja maupun barang dari masyarakat tani. Namun demikian, ia menegaskan, dalam rehabilitasi pihaknya hanya menangani jaringan irigasi yang bermasalah.

“Tidak semuanya. Kadang ada Pemda meminta untuk perbaikan jaringan irigasi, tapi sekedar untuk memperbaiki saluran, padahal fungsinya tidak bermasalah. Ini yang tidak kita inginkan. Kita prioritaskan adalah daerah irigasi yang bermasalah,” tambahnya.

Sarwo Edhy menambahkan, untuk pengelolaan air irigasi dalam kurun waku 4 tahun, pihaknya telah membangun jaringan irigasi tingkat usaha tani dan pengembangan sumber air (model padat karya) oleh petani.

“Jenis kegiatan berupa rehabilitasi jaringan irigasi tersier, pembangunan irigasi perpompaan, serta pengembangan embung/dam parit/long storage,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *