Santri Tani Milenial, Cetak Petani Muda Berintegritas dan Bermoral

oleh -1,285 views
oleh

SUARAJATIM.CO.ID, TASIKMALAYA: Guna mentransformasikan pengetahuan bidang pertanian kepada para generasi muda dan santri, Kementrian Pertanian (Kementan) bekerjasama dengan pondok pesantren yang berada di wilayah Tasikmalaya menyelenggarakan pelatihan pemanfaatan alat mesin pertanian (alsintan) yang diikuti oleh puluhan santri di Kabupaten Tasikmalaya. Program ini juga rencananya akan diadakan di seluruh pesantren di Jawa Barat.

Untuk tahap pertama, pelatihan yang diadakan Kementan melalui Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) ini diadakan selama tiga hari sejak Kamis (24/1) hingga Sabtu (26/1) di kompleks Pondok Pesantren Miftahul Huda, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya.

Perwakilan peserta pelatihan sebanyak 60 santri berusia millenial dari 10 pondok pesantren agribisnis di Kabupaten Tasikmalaya. Pemilihan Tasikmalaya sebagai tempat pertama untuk mengawali program pelatihan santri tani milenial karena Tasikmalaya merupakan basis santri terbesar di Jawa Barat.

Menurut Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Kementan menggelar program Santri Tani Milenial dalam rangka mengenalkan dunia pertanian dan sejumlah alsintan kepada para santri agar para santri bisa menjadi santri yang handal di masyarakat.

“Program ini bagian dari pembentukan karakter santri masa depan. Santri adalah generasi masa depan bangsa yang berkarakter, berintegritas dan bermoral,” kata Mentan Amran Sulaiman saat launching Santri Tani Milenial, di Alun-alun Pasar Hewan, Manonjaya, Tasikmalaya, Jumat (25/1).

Program Santri Tani Milenial adalah upaya pemerintah terhadap anak muda agar memiliki kemampuan usaha bertani maupun beternak sehingga mampu menumbuhkan perekonomian bangsa.

Amran menuturkan, program Santri Tani Milenial merupakan pertama dalam sejarah Indonesia sebagai bentuk perhatian pemerintah terhadap para santri yang selama ini sudah berjasa untuk bangsa Indonesia. Para santri dan kiai, kata dia, telah menjadi bagian terdepan dalam berjuang melawan bangsa penjajah untuk kemerdekaan Indonesia, karena itu kaum santri harus menjadiqqA perhatian pemerintah.

“Dulu negara merdeka yang tampil ke depan ada ulama besar, santri, dan saya tahu Tasikmalaya adalah daerah santri,” katanya.

Amran menyampaikan, pemerintah akan terus memberikan yang terbaik untuk mengembangkan pertanian di Indonesia dengan membuat berbagai program dan menyalurkan bantuan pertanian untuk masyarakat.

Pada kesempatan itu, Mentan sempat berdialog dengan sejumlah santri yang datang. Puluhan ribu santri hadir dalam acara launching Santri Tani Milenial yang digagas Kementan.

“Alhamdulillah ada energi baru untuk pertanian kita, santri milenial yang jumlahnya 4 juta seluruh Indonesia. Kita sudah buat peraturan agar mereka bisa akses langsung ke Kementerian tanpa prosedur yang berbelit. Salah satu bantuan adalah kita alokasikan 1 juta ayam untuk seluruh pesantren,” kata Amran.

Amran mengatakan, memperkenalkan dan menggerakan santri milenial adalah pilihan strategis untuk regenerasi dan meningkatkan produktivitas pertanian. Melibatkan para santri merupakan bagian dari program yang lebih besar yakni gerakan 1 juta petani milenial yang sudah ditetapkan sebagai program prioritas membangun manusia Indonesia di 2019.

Dalam kegiatan yang dihadiri oleh perwakilan Pondok Pesantren seluruh Indonesia tersebut Kementan memberikan bantuan secara langsung benih unggul untuk padi, jagung, dan tanaman hortikultura. Begitu juga dengan ternak, ada 102 ekor sapi, 500 ekor kambing/domba, dan 10.000 ekor ayam, serta bantuan alat mesin pertanian (alsintan) berupa 10 hand tracktor. Jumlah ini masih terus berkembang sambil melakukan pendataan potensi pesantren-pesantren yang ada.

“Kegiatan ini tidak sekedar seremonial karena bantuan dan pelatihan yang dilakukan kongkrit dan akan dimonitoring oleh unit-unit pelaksana teknis. Harapannya, pesantren bisa mendorong produktivitas pertanian dan menghasilkan banyak entrepreneur muda bidang pertanian ketika kembali ke masyarakat,” papar Amran.

Sementara itu bantuan berupa alsintan 10 hand traktor itu sendiri khusus untuk kabupaten Tasikmalaya dari Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan tampak terlihat di lokasi launching Santri Tani Milenial. Sementara dua hand traktor sudah digunakan santri yang ikut pelatihan alsintan di pesantren Miftahul Huda.

Selain 10 unit hand traktor untuk Kab Tasik, bantuan juga diberikan 40 hand traktor untuk Kab Garut, Pangandaran, Ciamis, Kota Banjar, dan Kota Tasik.

Secara terpisah Dirjen PSP Pending Dadih Permana mengatakan bantuan alsintan diberikan kepada pondok pesantren agar santri bisa belajar bagaimana memanfaatkan alsintan dan bagaimana melakukan perawatannya dengan baik. “Kita harapkan santri juga cakap dalam menggunakan alsintan. Karena itu dalam pelatihan pun dipraktekan santri menggunakan alsintan di sawah,” ujar Dadih.

Data Badan Penyuluhan dan Pengambangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) mengungkapkan Gerakan Petani Milenial ini sendiri melibatkan satu juta petani milenial yang tergabung dalam 40.000 kelompok petani. Mereka tersebar di seluruh provinsi di Indonesia dimulai dari Aceh sampai ke Papua, dan dibagi dalam zona kawasan jenis komoditas pertanian mulai dari tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan.

“Jumlah petani milenial setiap provinsi berbeda-beda berdasarkan jumlah petani yang tergolong ke dalam usia milenial yaitu, 19 – 39 tahun. Atau, petani yang tidak berada dalam range umur tersebut tetapi berjiwa milenial, tanggap teknologi digital, tanggap alsintan dan mempunyai lahan,” kata Kepala BPPSDMP Momon Rusmono.

Secara terpisah Kabid Penyelenggaraan Pelatihan, Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang, Ramadani Saputra, mengatakan pelatihan alsintan terhadap santri merupakan pertama kalinya. “Ini merupakan sarana untuk melahirkan santri tani milenial yang digaungkan pemerintah tahun ini,” kata Ramadani Saputra.

Para santri diberikan pemahaman mengenai pemanfaatan teknologi dalam pertanian, selain pertanian santri juga diberikan materi budi daya hewan ternak.

Melalui pelatihan ini para santri diberikan materi pengenalan, perawatan, serta pengoperasian alat mesin pertanian.

Ramadani Saputra berharap setelah latihan ini para santri bisa menerapkan teknik pertanian modern, salah satunya dengan mengoptimalkan teknologi. “Sehingga usaha tani yang dijalankan santri tani milenial ke depan lebih optimal, efektif, efisien,” katanya.

Setelah melakukan pelatihan kepada puluhan santri tani milenial di Tasikmalaya, Kementan dan BBPP akan melakukan sejumlah pelatihan di beberapa kota/kabupaten lain di Jabar dalam waktu dekat ini.

“Untuk menciptakan petani milenial ini setalah dari Tasikmalaya, kemungkinan ke Cianjur, Bogor, dan Cirebon, mungkin Februari,” ucap Ramadani Saputra.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *