Teruji Mengarungi Tantangan, Kader Partai Golkar itu Liat dan Tahan Banting

oleh -1,110 views
oleh

JAKARTA – Partai Golkar memiliki kader loyal dengan karakter liat dan tahan banting. Mereka sudah teruji mengarungi berbagai tantangan, termasuk dominasi dalam kontestasi Pilkada Serentak 2020. Para kader partai berlambang Pohon Beringin juga sukses menjaga kepercayaan publik. Elektabilitas partai dan Ketua Umum Airlangga Hartarto stabil di zona atas. Golkar juga terus jadi rujukan utama kaum milenial mengembangkan karir politiknya. Jangan lupakan pula sejarah besar partai ini dalam mewarnai perpolitikan nasional untuk rentang waktu panjang.

“Kader Partai Golkar memiliki keberanian luar biasa. Mereka itu bukan kader atau politisi manja. Partai Golkar juga terus membuka diri. Diibaratkan sebagai perusahaan publik, Partai Golkar banyak dihuni oleh kader-kader dan politisi yang sangat tangguh hingga cerdas. Mereka juga muda dengan visi luar biasa untuk memajukan Indonesia,” ungkap Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto.

Salah satu bukti soliditas internal Partai Golkar bisa dilihat melalui hasil dari Pilkada Serentak 2020. Partai berlambang Pohon Beringin pun menang 61,1% di Pilkada Serentak 2020. Kemenangan tersebut tersebar merata pada 162 daerah di tanah air. Semakin spesial, Partai Golkar banyak meloloskan milenial hingga 68% dari 60 tokoh. Rinciannya, 26 figur muda duduk sebagai bupati/walikota, lalu 15 nama lain menjadi wakil bupati/walikota.

Semakin kompetitif, dari 26 nama milenial tersebut ada 23 figur berstatus kader murni Partai Golkar. Angka itu menempati slot sekitar 22,52% dari total jagoan Partai Golkar di Pilkada Serentak 2020. Rata-rata semua kader milenial Partai Golkar yang bertarung di Pilkada Serentak 2020 memiliki usia 25-40 tahun. Airlangga menerangkan, elemen Partai Golkar terus mendukung cita-cita mulia Indonesia.

“Segenap kader dan pimpinan Partai Golkar terus memastikan cita-cita mulia Indonesia bisa terwujud. Indonesia memiliki tujuan menjadi negara maju pada 2045. Sejajar dengan negara maju lain dari sisi kesejahteraan, pendidikan, industri, teknologi, dan lainnya. Jadi, butuh satu generasi guna mewujudkan hal itu,” terang Airlangga yang juga Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.

Dengan performa tersebut, beragam apresiasi pun diberikan kepada Partai Golkar. Kepercayaan publik pun terus menguat dan menjadi favorit pilihan voters. Mengacu hasil survey IDM, Partai Golkar mendapatkan slot 16,1%, hanya terpaut 0,6% dari PDIP. PDIP pun mengantongi suara 16,7%. Ingin mengetahui respon publik, IDM menanyakan partai politik apa yang akan dipilih jika Pemilu digelar saat ini.

Kepercayaan publik semakin mengerucut seiring naiknya elektabilitas Airlangga sebagai Capres untuk Pemilu 2024. Mengacu hasil polling online RMOL pada Kamis (14/1), Airlangga memiliki elektabilitas 58,6%. Unggul lebar atas Prabowo Subianto (Ketua Umum Partai Gerindra), Megawati Soekarnoputri (Ketua Umum PDIP), hingga Agus H Yudhoyono (Ketua Umum Partai Demokrat). Hasil polling menempatkan Agus dengan slot 32,6%, Prabowo 6,2%, lalu Megawati memiliki kuota 2,7%.

Selain RMOL, Airlangga juga mencuat dalam polling Sudut Demokrasi Riset dan Analisis (SUDRA). SUDRA menyatakan Airlangga menjadi Ketum Parpol yang ideal sebagai presiden. Apalagi, Airlangga menjadi Ketum Parpol yang memiliki kursi di Parlemen. “Ada banyak kemajuan yang bisa diperoleh di masa mendatang. Presiden Joko Widodo sudah menyiapkan fondasi yang kuat. Untuk itu, para generasi muda harus lebih aktif mengambil peran,” papar Airlangga lagi.

Selain performa impresif saat ini, Partai Golkar juga memiliki background berupa sejarah yang sangat menginspirasi. Partai ini memiliki pengalaman panjang dalam mengawal demokrasi di Indonesia. Dan, demokrasi pun terus berjalan dan tumbuh subur hingga saat ini. Indonesia pun tumbuh sebagai negara kuat, toleran, tegas, dan adil dalam mengelola perbedaan. Aspirasi daerah, dinamika keagamaan, dan isu HAM terkelola dengan sangat bagus.

“Semua tentu menjadi kelebihan Indonesia yang harus dijaga dan dikembangkan. Semua tahu kalau Indonesia bergerak dari negara miskin di akhir 1960-an. Petanya lalu naik jadi negara berpenghasilan menengah pada dekade 1990-an. Kini kondisinya lebih baik. Apalagi, Golkar juga berperan penting di dalam mensejahterakan masyarakat dari waktu ke waktu,” tutup Airlangga.(***)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *