Alsintan Jadi Solusi Makin Langkanya Buruh Tani

oleh -1,036 views
oleh

SUARAJATIM.CO.ID, CIREBON – Bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan) dari pemerintah diperkirakan mampu menekan biaya operasional petani sekitar 35 persen hingga 48 persen. Ini berarti bantuan tersebut mampu membantu aktivitas petani dalam memperlancar usahanya. Alsintan juga menjadi solusi terkait makin langka dan mahalnya biaya buruh tani.

Direktur Jenderal Prasaranan dan Sarana Pertanian (PSP), Kementerian Pertanian (Kementan), Sarwo Edhy mengatakan, alsintan semakin berpengaruh pada kesejahteraan petani.

“Alsintan mampu menekan biaya operasional 35 hingga 48 persen dalam produksi petani. Dulu, petani bisa membajak sawahnya satu ha selama berhari-hari, tapi kini cukup 2 hingga 3 jam saja,” ujar Sarwo Edhy, Senin (8/4).

Dengan perkembangan positif tersebut, Sarwo Edhy berharap, bantuan alsintan pada 2019 semakin banyak dan semakin menyejahterakan petani.

Sebagai contoh, dengan combine harvester, panen bisa secara otomatis dalam sekali jalan. Alat tersebut dilengkapi penebas, perontok, yang kemudian keluar dalam bentuk gabah. Petani bisa langsung memasukkan gabah ke dalam karung, sehingga waktu bisa terpangkas dengan efisien.

“Di beberapa tempat, luasan panen mencapai 3 ha dan bisa dilakukan dalam waktu 3 jam saja, asalkan cuaca bagus dan tanah tidak lembek,” ujarnya.

Petani Desa Mundu, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat (Jabar) sudah memanfaatkan alat dan mesin pertanian (alsintan) kurun 2-3 tahun terakhir. Petani pun merasakan manfaat langsung dari aneka alsintan, salah satunya menjadi solusi mahalnya ongkos buruh tani di Kecamatan Mundu, Cirebon.

“Penggunaan alsintan sangat membantu petani mulai olah tanah hingga panen. Kami bisa olah tanah, tanam dan panen lebih cepat sehingga lebih efektif dan efisien,” papar Ketua Kelompok Tani  Cikendal Makmur Desa Mundu, Kec.Mundu, Cirebon,  Maman Suherman.

Menurut Maman, petani di Desa Mundu sangat terbantu dengan tersedianya alsintan dari UPJA. Sebab untuk mendapatkan buruh tani di sini sangat sulit dan ongkosnya mahal.

“Nah, dengan adanya alsintan justru memudahkan petani olah tanah, tanam maupun panen. Sewa alsintannya juga sangat terjangkau,” papar Maman.

Bapak empat anak ini juga mengakui, setelah menggunakan alsintan kurun 2-3 tahun terakhir, usaha taninya lebih bagus. Misalnya saja, produktivitas padi yang ditanam sebanyak 5-6 ton/ha gabah kering panen (GKP). Sedangkan harganya Rp 3.700-Rp 3.800/kg.

“Kalau gabah kering giling (GKG) Rp 4.500/kg. Semua gabah dari petani di sini umumnya dijual melalui koperasi,” ujarnya.

Menurut Maman, petani Mundu bisa tanam padi 2 kali/tahun, yakni pada Januari-Maret.

“Memang sawahnya sebagian besar sudah irigasi. Namun di musim kemarau (April-Juli) petani di sini lebih suka tanam palawija seperti jagung. Setelah musim penghujan petani tanam padi lagi,” kata Maman.

Menurut Maman, di Desa Mundu masih banyak tengkulak yang membeli padi atau jagung dengan cara ijon. Sehingga, padi atau jagung dijual petani dengan harga murah.” Karena itu kami minta pemerintah atau Bulog turun tangan mengatasi masalah ini, ” ujar Maman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *