Apresiasi Kemenparekraf, Peserta We Love Bali Optimis Pariwisata Segera Bangkit

oleh -357 views
oleh

BALI – Program Familization Trip (Famtrip) We Love Bali yang digagas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) usai diselenggarakan 5-9 Desember 2020. Seluruh destinasi wisata di Bali terjamah. Promosi pun semakin kencang, utamanya terhadap protokol CHSE (Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainable).

Salah seorang peserta program 6 trip 11 We Love Bali, Ni Kadek Maharani Artha mengaku mendapatkan pengalaman berkesan dari keikutsertaannya pada program ini. “Sangat terkesan, senang dan bersyukur bisa dapat kesempatan membangkitkam kembali pariwiata Bali. Saya bisa merasakan langsung situasinya,” kata dia, Rabu (8/12/2020).

Bali, kata dia, adalah pulau yang mengandalkan pariwisata. Jika pariwisata tak bergeliat, maka perekonomian masyarakat pun hancur. Ia berharap melalui program We Love Bali pariwisata Bali dapat kembali bergeliat. “Harapan kepada pemerintah dan masyarakat semoga bisa membangkitkan pariwisata lebih baik lagi,” ujarnya.

Mahasiswa semester I Politeknik Pariwisata Bali itu mengucapkan terima kasih kepada Kemenparkraf/Baparekraf atas program We Love Bali. “Terima kasih kepada Kemenparekraf/Baparekraf, semoga pariwisata di bali kembali bangkit,” harapnya. Sedangkan destinasi wisata yang membuatnya terkesan adalah Bukit Cemara. “Pemandangnnya karena dan belum banyak yang tahu. Harapannya semoga bisa tambah terkenal ke mancanegara dan menjadi destinasi wisata baru,” ujarnya.

Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Event) Kemenparekraf/Baparekraf, Rizki Handayani menjelaskan, dipilihnya Bali bukan tanpa alasan. Sebagai pintu gerbang utama Indonesia yang telah memberikan kontribusi tertinggi terhadap pariwisata nasional, Pulau Bali mendapatkan pukulan telak akibat pandemi COVID-19. Bukan tanpa dasar, sebab pariwisata merupakan sektor yang paling pertama terdampak imbas pandemi COVID-19. Terbatasnya mobilitas masyarakat, ditutupnya penerbangan internasional serta ditutupnya tempat-tempat rekreasi dan hiburan memberikan dampak ekonomi sangat besar terhadap sektor pariwisata.

“Dalam upaya memperbaiki kondisi ekonomi yang terpuruk selama pandemi COVID-19 dan dalam rangka membangkitkan pariwisata Bali, Pemerintah Daerah Bali melalui Tim Percepatan Pemulihan Pariwisata Bali yang didukung dan dibiayai penuh oleh Kemenparekraf/Baparekraf menyelenggarakan program ‘We Love Bali’, di mana masyarakat lokal diundang dan dibiayai untuk berlibur dan menikmati daya tarik wisata Bali sekaligus diperkenalkan dan mendapatkan edukasi terkait penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE,” kata Rizki, Senin (7/12/2020).

Ia menerangkan, implementasi penerapan CHSE melalui program ‘We Love Bali’ ini merupakan salah satu bentuk dukungan kepada para pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif termasuk hotel, usaha perjalanan wisata, usaha transport, pemandu wisata, restoran, daerah tujuan wisata, UMKM dan lain sebagainya.

Program ini melibatkan 13 Professional Conference Organizers (PCO) dan 26 Biro Perjalanan Wisata yang bernaung di bawah ASITA Bali (Association of Indonesian Travel Agents/ Asosiasi Perjalanan Wisata Indonesia), 30 guide yang bernaung di bawah HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia), sejumlah hotel dan restoran yang bernaung di bawah PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia), sejumlah perusahaan transportasi yang bernaung di bawah PAWIBA (Persatuan Angkutan Pariwisata Bali) dan daya tarik wisata yang bernaung di bawah PUTRI (Asosiasi Pengelola Obyek Wisata).

“Program ini juga melibatkan sekitar 4.750 peserta untuk melakukan trip keliling Bali selama 3 hari 2 malam dan menginap secara bergiliran di kawasan-kawasan pariwisata yang ada di Bali. Seluruh biaya perjalanan seperti akomodasi, transportasi, atraksi wisata, makan dan minum selama mengikuti program ditanggung oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,” kata Rizki.

Para peserta, Rizki melanjutkan, direkrut oleh Tim Percepatan Pemulihan Pariwisata Provinsi Bali dengan menyebarkan undangan ke berbagai instansi baik pemerintah, swasta, perguruan tinggi dan sekolah tinggi. Adapun syarat menjadi peserta program ini adalah berusia antara 18-50 tahun dan hanya dapat mengikuti satu kali kegiatan, aktif sebagai pengguna media sosial minimal salah satu dari platform Facebook, Instagram, Twitter, Youtube, ataupun Tiktok, memiliki kegemaran aktivitas di luar ruangan seperti berenang, snorkeling, trekking, hiking, bersepeda dan lain sebagainya, memahami dan mampu menerapkan protokol kesehatan.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *