Arief Yahya: Pariwisata Ibarat Bola Salju yang Menggelinding Cepat

oleh -726 views
oleh

JAKARTA – Apa kabar Pak Arief Yahya? Sekarang aktif di mana? “Baik, terima kasih. Masih menikmati masa purna tugas, berkumpul bersama keluarga, dan piknik-piknik,” jawab menteri pariwisata periode 2014-2019 itu.

Dari aktivitas super padat, dan ekstra ordinary, lalu berhenti bekerja, apa tidak “shock”? “Orang Jawa itu punya sifat ikhlas yang sering disebut sumeleh, bersyukur dengan apa yang ada. Nikmat dan anugerah Allah SWT itu tak terhitung jumlahnya,” tutur Arief Yahya yang juga mantan Dirut PT Telkom itu.

Arief Yahya menyebut, kalau di Bandung, aktivitasnya trekking, jalan-jalan di kebun, sambil menikmati alam. Kalau sedang di Jakarta, bercengkerama dengan cucu dan anak-anaknya. “Menikmati kuliner, olahraga, dan aktivitas bersama keluarga,” jelas dia. Sebenarnya, momen ini, adalah pertama kali dalam sejarah hidup Arief Yahya, tidak mengerjakan target dan pekerjaan khusus. Sejak berkarier di Telkom, setiap hari overtime bekerja.

Bagaimana dengan kinerja Kemenparekraf yang baru? “Optimis! Saya yakin Mas Tama mampu dan sukses. Saya juga yakin seluruh insan pariwisata mendukungnya, kita harus support beliau agar mimpi kita bahwa pariwisata menjadi core economy negara ini semakin dekat!” jawabnya.

Arief Yahya berpesan pada semua pihak, agar tetap menjaga kondusivitas pariwisata. Biarkan para pejabat baru dengan kapal Kemenparekraf bekerja dan berkarya. Beri ruang yang leluasa untuk berekspresi, mengembangkan sektor pariwisata secara optimal.

Sejak dulu, Arief Yahya memang tidak ingin pariwisata itu gaduh dan penuh polemik pro kontra. Karena ekosistem di pariwisata dan ekonomi kreatif itu sangat sensitif dengan ketidakpastian. Mereka adalah industri yang harus menjaga hospitality, keramah tamahan, dan kesantunan. Negara pasar juga mudah bereaksi dengan travel advice, jika situasi tidak kondusif.

“Thailand benchmark yang bagus, mereka cepat recovery pasca krisis politik di negaranya. Kita juga harus banyak mengisi waktu untuk optimistik, belajar dari Negeri Gajah Putih, pesaing profesional kita di pariwisata, itu,” jelas Arief.

Mengapa kita butuh pesaing? “Itu pertanyaan bagus, agar kita terus memberikan service excellent, selalu melayani yang terbaik. Bahkan, kalau tidak ada pesaing pun, kita harus cari pesaing. Atau sparing partner, jadi terus berkompetisi dan mengejar juara,” jawab pria asli Banyuwangi yang hobi berkebun ini.

Bahkan sampai akhir masa kepemimpinan Arief Yahya, Oktober 2019, Indonesia masih masuk ranking 1 dari Top 20 Besar Dunia dari Readers Choice Awards 2019, yang dikeluarkan media Condé Nast Treveler, yang dipilih oleh para pembaca dan viewers nya dari seluruh dunia.

Indonesia nomor 1, disusul Thailand, Filipina no 8, dan Vietnam 10. Hanya 3 negara itu di ASEAN yang masuk top 20. Banyak orang yang menyangka awards itu tidak berarti apa-apa. Dalam ilmu branding, itu sangat diperlukan.

Setidaknya ada 3c. Pertama, Calibration, artinya Indonesia mengalahkan banyak negara itu, sudah melalui kriteria yang sama, global standart. Sudah dikalibrasi dengan acuan yang sama.

Kedua, Confidence! Percaya dirinya meningkat, karena Indonesia bisa mengalahkan banyak negara yang hebat di pariwisata. Indonesia paling banyak dibicarakan di online media.

Ketiga, Credibility! Kemenangan dan pengakuan oleh media internasional itu menjadi sangat penting. Diakui, bukan hanya oleh insan pariwisata di tanah air, tapi juga para travellers dunia. “Semoga akan terus menjaga branding Wonderful Indonesia di mata dunja.

Branding itu, tidak boleh berhenti, terus di create, agar abadi dan terus dibangun. Dia mencontohkan Nike, salah satu brand ternama di dunia, dia tidak pernah berhenti untuk menjadi yang terbaik. Juga persaingan antara Pepsi dan Coca Cola, nyaris tidak pernah selesai berkompetisi menjadi yang terbaik.

Brand Wonderful Indonesia sendiri semakin diperhitungkan dikancah internasional. Dari country branding, Wonderful Indonesia naik menjadi peringkat 47, yang sebelumnya tidak punya peringkat. Itu sudah mengalahkan Truly Asia Malaysia di urutan 96, dan Amazing Thailand di posisi 83.

Arief Yahya yakin, optimistis, pariwisata Indonesia akan bergulir semakin cepat, akan berkembang semakin pesat. “Ini seperti keniscayaan, pariwisata sudah menjadi penyumbang devisa terbesar kedua setelah CPO, ibarat bola salju, sudah menggeling kencang, dan akan terus membesar,” ungkap Arief Yahya.

Sementara Ketua Umum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Didien Junaedy berharap potensi yang ada di dalam diri Arief Yahya bisa dimaksimalkan.

“Melihat reputasi Pak Arief Yahya, komitmen beliau pada pekerjaan, serta sukses 5 tahun membawa pariwisata ke level dunia, sayang rasanya kalau potensi anak bangsa ini tidak diberdayakan. Apalagi, Arief Yahya handal dibanyak bidang. Khususnya di marketing, strategic management, dan digital,” papar Didien.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *