Bakar Tongkang Dongkrak Perekonomian Bagansiapiapi

oleh -1,891 views
oleh

SUARAJATIM.CO.ID– Ritual Bakar Tongkang, Sabtu (30/6), memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Bagansiapiapi, Riau. Selain itu, Bakar Tongkang juga mampu mendongkrak perekonomian.

Menteri Pariwisata Arief mengatakan, Bakar Tongkang adalah daya tarik wisata unggulan Provinsi Riau. Kehadirannya selalu ditunggu. Bahkan mampu mendatangkan puluhan ribu wisatawan setiap tahunnya.

“Bakar Tongkang sangat fenomenal. Sangat unik. Dengan beragam atraksi yang ditampilkan. Selain itu kehadirannya juga mampu meningkatkan perekonomian Kota Bagansiapiapi. Karena event tersebut selalu menyedot ribuan wisatawan untuk datang. Sangat luar biasa,” kata Menpar Arief Yahya, Jumat (29/6).

Ucapan Menpar tentu bukanlah isapan jempol belaka. Hal ini terlihat dari ramainya Kota Bagansiapiapi menjelang ritual Bakar Tongkang. Klenteng Ing Hok King yang menjadi klenteng sentral, terlihat semarak dibandingkan biasanya. Pengunjung terus mengalir menyambangi klenteng untuk berdoa sambil membawa hio. Tenda besar terpasang. Umbul-umbul dan lapak penjual perlengkapan berdoa berjejer rapi di kiri-kanan klenteng.

Beberapa penarik becak motor (bentor) menunggu penumpang di depan klenteng. Salah seorang di antaranya Ahsan. Penarik bentor ini mengaku sudah mendapatkan jasa tumpangan sebanyak tiga kali sejak pagi. “Sudah dapat tiga,” katanya semringah.

Menurutnya, kondisi ini berbeda dengan hari biasa. Sebab, untuk mendapatkan satu penumpang saja susah. Pendapatan yang diperoleh pun sedikit, hanya puluhan ribu saja. Berbeda begitu memasuki waktu Bakar Tongkang.

“Tidak payah mencari penumpang. Cukup duduk saja di becak nanti penumpang ada yang datang minta diantarkan,” imbuhnya.

Selain jumlah penumpang yang melonjak, tarif yang diterima pun relatif besar. Wisatawan luar biasanya tidak ambil pusing dengan ongkos bentor, asalkan diantar cepat. Bahkan ada yang memakai jasa bentor dengan sistem rental harian.

“Kalau hari lain kebanyakan kosong, terduduk saja awak di becak. Kalau dalam sepekan ini sedap, banyak tumpangan. Orang rumah pun senyum,” katanya.

Ahsan mengatakan, dalam sehari ia mengantongi ratusan ribu. Melonjaknya pendapatan ini juga diamini penarik bentor lainnya, Amir. Warga Kepenghuluan Bagan Jawa ini mengaku senang dengan keberadaan kegiatan Bakar Tongkang. Kegiatan ini berimbas langsung pada pendapatan yang diperolehnya setiap hari.

Jumlah penarik Bentor yang terhimpun di Ikatan Penarik Becak Bagansiapiapi (IPBB) saat ini lebih dari 400 orang, keberadaan event ini diyakini mendongkrak pendapatan seluruh penarik bentor yang ada.

Selain jasa angkutan ini, terdapat juga dengan cara sewa motor. Menurut penuturan salah seorang warga Bagansiapiapi, Indra setiap satu motor yang disewakan paling tidak Rp200 ribu dengan durasi sewa selama satu hari.

“Umumnya yang menyewa itu pengunjung dari luar yang ingin bebas pergi ke tempat saudaranya yang ada di Bagansiapiapi,” ungkapnya.

Lahan lain yang kecipratan berkah dari event Bakar Tongkang adalah bisnis perhotelan atau penginapan. Semua kamar penuh. Semua terisi untuk durasi maksimal satu pekan, beberapa hari menjelang dan pasca Bakar Tongkang.

“Dari 64 unit kamar, dipastikan penuh, kecuali nantinya ada yang batal datang,” ujar resepsionis Hotel Kesuma, Tiara.

Bagi yang batal menginap pun tidak masalah pasalnya pembayaran telah dilakukan. Hotel yang berdiri kurang dari lima tahun ini menjadi salah tempat yang menjadi sasaran bagi pengunjung.

Setiap tahun, terang Tiara, kamar yang tersedia dipastikan penuh. Hebatnya lagi, kesepakatan atas kamar dilakukan antara pemesan dengan pihak hotel telah tercapai jauh hari, sekitar tiga bulan lalu.

Biasanya, tutur perempuan berjilbab ini, pemesanan dilakukan minimal tiga bulan sebelumnya. Bahkan itu pun tak jarang ada yang terpaksa ditolak karena sudah penuh. Pihak hotel umumnya memberlakukan sistem paket atas setiap kamar yang di-booking. Paket dengan durasi minimal lima hari, sehingga satu nama pemesan membayar langsung untuk harga kamar sebanyak lima kali lipat.

“Pemesan berdatangan dari luar daerah yang umumnya merupakan warga Tionghoa seperti Jakarta, Pekanbaru, Bali dan lain-lain. Bahkan dari luar negeri,” ungkapnya.

Umumnya, lanjut Tiara, mereka adalah wisatawan. Mereka sama sekali tidak memiliki kerabat di Bagansiapiapi. Namun datang karena alasan untuk menyaksikan Bakar Tongkang dari dekat.

“Selain itu tidak sedikit pula wisatawan yang memiliki keluarga di Bagansiapiapi. Tetapi lebih memilih menggunakan hotel ketimbang menginap di tempat saudara,” imbuhnya.

Hal yang relatif sama terjadi di hotel yang belum genap setahun didirikan, Hotel Rasa Sayang. Hotel yang berada di lingkungan jalan Manggis, Bagansiapiapi ini full booking. Seluruh kamar dinyatakan terisi H-3. “Semuanya penuh, dengan sistem paket lima hari. Terhitung sejak tanggal 26 Juni kemarin,” ujar Elma, pegawai hotel.

Keadaan sama terjadi dengan sistem pemesanan yang dilakukan jauh-jauh hari. Menurutnya sudah dilakukan dua bulan lalu antara pihak pemesan dengan manajemen hotel. “Biasanya satu hari setelah Bakar Tongkang, wisatawan sudah check out lagi,” katanya.

Setidaknya terdapat 20-an hotel, penginapan di Bagansiapiapi. Dari sejumlah hotel yang didatangi, semuanya menyatakan kamar penuh. Kondisi sama juga terjadi di bidang lain seperti tempat makanan, warung kopi, pusat jajanan. Menjadi pemandangan yang wajar belakangan ini terdapat wisatawan lokal maupun internasional yang berdatangan di tempat tersebut.

Ketua Pelaksana Top 100 Calender of Event (CoE) Wonderful Indonesia Kementerian Pariwisata Esthy Reko Astuti juga mengamini hal tersebut.. Menurutnya Bakar Tongkang telah bertransformasi menjadi sebuah suguhan yang dapat menarik wisatawan untuk datang. Hal ini tentu berimbas langsung pada sektor perekonomian Kota Bagansiapiapi.

“Disinilah fungsi pariwisata. Pariwisata terbukti menjadi cara cepat mendongkrak perekonomian. Tahun lalu 52 ribu wisatawan yang datang ke Bakar Tongkang. Bayangkan berapa besar perputaran uang yang ada di Bagansiapiapi selama Bakar Tongkang berlangsung. Semoga besok puncak Bakar Tongkang berjalan sukses,” ungkap Esty yang juga Staf Ahli Menteri Bidang Multikultural Kemenpar itu. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *