Barong Ider Bumi Bikin Heboh Banyuwangi

oleh -1,477 views
oleh

BANYUWANGI – Tak ada kamus sepi wisatawan bagi Banyuwangi. Lebaran sekalipun, atraksinya tetap dalam posisi on. Kamis (6/6), ada Barong Ider Bumi yang menyapa wisatawan. Gelarannya heboh. Sangat ramai. Desa Kemiren yang menjadi lokasi acara langsung dipadati ribuan wisatawan.

“Kira-kira pengunjungnya 10.000-an orang. Kiri kanan jalan full lautan manusia sampai kira-kira tiga kilometer,” tutur Kadispar Banyuwangi MY Bramuda, Kamis (6/6).

Lantas apa sih daya tarik Barong Ider Bumi? Mengapa juga ribuan wisatawan sampai mau berjubel-jubel sampai 3 km?

“Yang pertama, Barong yang satu ini sangat unik. Tidak sama dengan Barong Bali. Ini bukan seni drama tari yang mengisahkan pertempuran Barong melawan Rangda. Barong yang satu ini ada embel-embel Ider Bumi di belakangnya. Adanya hanya di Banyuwangi,” terang Bram, sapaan akrab Bramuda.

“Yang kedua, ada unsur budaya Osing yang kuat. Arahnya upacara bersih desa untuk tolak bala. Penggeraknya masyarakat suku osing Acaranya rutin digelar setiap tahun,” timpal Kepala Bidang Pemasaran Area I Kementerian Pariwisata Wawan Gunawan.

Dalam ritual Barong Ider Bumi tersebut, barong diarak keliling desa. Arak-arakannya diiringi nyanyian macapat (tembang Jawa, Red) yang berisi doa dan pemujaan terhadap Tuhan.

Tradisinya sangat kaya makna. Dari namanya saja, sudah terkandung banyak cerita.

Ider berarti berkeliling kemana-mana. Sementara bumi artinya jagat atau tempat berpijak. Dari arti kedua kata tersebut dapat dimengerti bahwa Ider Bumi dimaksudkan sebagai kegiatan mengeliling tempat berpijak atau bumi. Jadi, sesuai dengan namanya, inti dari ritual Barong Ider Bumi adalah mengarak barong memutari desa.

Nuansanya? Sangat tradisional. Sebelum Barong diarak keliling desa, para sesepuh memainkan angklung di balai desa. Setelah itu, orang-orang mulai berbaris mengarak barong. Tokoh adat dan Bupati Banyuwangi juga ikutan action. Mereka diberi amanat melakukan Sembur Utik-utik. Menebar uang logam, beras kuning, dan bunga. Ini adalah simbol tolak bala.

Kelar arak-arakan, warga dan wisatawan makan bersama dengan hidangan pecel pitik khas Banyuwangi. Semua masyarakat kumpul jadi satu. Dari mulai masyarakat biasa, wisatawan domestik, mancanegara, sampai pejabat, diajak ikutan makan bersama.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang hadir di tengah acara langsung sumringah. Di sela-sela acara, bupati berkacamata itu memberikan apresiasi terhadap festival tersebut.

“Banyuwangi boleh maju. Boleh berkembang. Boleh punya bandara internasional. Tapi budayanya jangan sampai terringgal,” kata Bupati Anas.

Asdep Pengembangan Pemasaran I Regional II Kemenpar Adella Raung juga ikut mengamini. Menurutnya, ada banyak keseruan dan pengelaman baru yang bisa dijumpai. “Ini keren sekali. Wisatawan masyarakat lokal, wisatawan domestik, dan wisatawan mancanegara kumpul jadi satu Agendanya banyak yang bagus,” terang Adella.

Deputi Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani juga seirama. Dia tak meragukan kreasi seniman Banyuwangi yang sarat dengan nilai-nilai budaya. “Saya percaya kawan-kawan Banyuwangi itu jagoannya. Lautan kreatif ada di sana. Modal creative value nya sudah di tangan,” ujarnya.

Menpar Arief Yahya yang sedang menanti kelahiran cucunya ikut mengapresiasi. Kebetulan, Banyuwangi konsisten melestarikan tradisi lokalnya. Salah satunya tradisi Barong Ider Bumi dari Desa Kemiren.

“Budaya menjadi salah satu alasan wisatawan mau liburan ke suatu daerah. Ini punya nilai ekonomis. Semakin dilestarikan, akan makin mensejahterakan,” ungkap Arief Yahya, Menteri Pariwisata RI. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *