Batik Port Numbay Didisplay di Festival Crossborder Skouw 2019

oleh -844 views
oleh

JAYAPURA – Mahakarya Papua berupa Batik Port Numbay dipajang di Festival Crossborder 2019. Ada sekitar 4 motif utama yang ditampilkan. Keberadaan Batik Port Numbay selalu menjadi daya tarik bagi wisatawan. Batik ini pun pernah dikenakan Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo saat berkunjung ke Papua. Memiliki popularitas tinggi, gemanya sampai ke Benua Eropa dan Amerika.

Kehadiran Batik Port Numbay menjadi warna terbaik Festival Crossborder 2019. Event ini digelar 9-11 Mei. Venuenya ada di PLBN Skouw, Jayapura, Papua. Kontennya paten, yaitu Ras Muhammad, Dave Solution, hingga Vanimo Natives Band asal Papua New Guinea. Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Muh. Ricky Fauziyani mengatakan, Batik Port Numbay sangat khas.

“Festival Crossborder Skouw 2019 kini lebih berwarna. Sebab, Batik Port Numbay ini sangat khas. Motif batik ini diadopsi dari kekayaan alam dan budaya masyarakatnya. Pengunjung bisa mendapatkan Batik Port Numbay di Festival Crossborder Skouw 2019. Silahkan kunjungi standnya secara langsung di sana,” ungkap Ricky, Rabu (24/4).

Batik Port Numbay memang menjadi representasi Bumi Papua secara utuh. Warna budaya hingga alam khas Papua dituangkan melalui batik tulis. Ada beragam motif yang dihasilkan. Namun, hanya 4 motif utama yang disajikan dalam Festival Crossborder Skouw 2019. Sebut saja motif Burung Cenderawasih, Noken, Tifa, hingga Buah Pinang.

“Motif yang ditawarkan Batik Port Numbay di Festival Crossborder Skouw sangat khas. Motif-moti itu sangat lekat dengan keseharian masyarakat Papua. Burung Cenderawasih bahkan jadi landmark Papua dengan pesonanya yang luar biasa indah. Kini semua aspek keindahan Papua dirangkum melalui batik dan bisa dinikmati pengunjung Festival Crossborder Skouw,” jelas Ricky.

Bumi Papua memang identik dengan Burung Cenderawasih. Rimbunnya belantara Papua jadi habitat nyaman bagi Burung Surga tersebut. Spesies burung ini banyak, dan terbagi dalam sedikitnya 14 genus. Sebut saja genus Paradisaea yang memiliki 7 spesies. Spesies genus ini seperti, Paradisaea Minor, Apoda, Raggiana, Decora, Rubra, Rudolphi, hingga Guilielmi.

“Motif cenderawasih menjadi representasi keindahan alam Papua. Secara riil, pemandangan di Papua itu sangat eksotis. Jadi saat berada di Festival Crossborder Skouw, wisatawan juga bisa mengekplorasi alam di sana yang menawan,” kata Ricky lagi.

Selain alam, warna budaya ditonjolkan Batik Port Numbay melalui motif Noken. Bagi masyarakat Papua, Noken jadi nafas dan urat nadi mereka. Oleh Unesco, Noken bahkan sudah ditetapkan sebagai warisan dunia pada 4 Desember 2012. Filosofi luar biasa dimiliki Noken, seperti kehidupan baik, perdamaian, dan kesuburan bagi masyarakat Papua.

Menariknya, Noken hanya boleh dirajut oleh wanita Papua saja. Noken pun jadi parameter kedewasaan seorang wanita di sana. Untuk menghasilkan Noken diperlukan beberapa bahan baku, seperti serat kayu Manduam dan Nawa hingga anggrek hutan. Bentuknya beragam, seperti Yatoo, Gapagoo, dan Mitutee. Ricky menambahkan, Noken menjadi sangat vital bagi masyarakat Papua.

“Batik dengan motif Noken tentu sangat unik. Noken ini juga identitas Papua. Sebuah karya luar biasa yang sarat nilai. Noken selalu melekat dalam keseharian masyarakat Papua, meski bentuk dan fungsinya berbeda. Noken dalam bentuk batik tentu menjadi koleksi dan cenderamata terbaik. Sekali lagi, produk ini bisa dimiliki dari stand khusus Festival Crossborder Skouw 2019,” tegas Ricky lagi.

Filosofi besar juga ditiupkan dari batik dengan motif Tifa. Alat musik ini selalu ada pada setiap perayaan upacara adat. Bentuknya khas menyerupai kendang dengan lubang ditengah kayu. Ada beberapa jenis Tifa, seperti Jekir, Dasar, Potong, Jekir Potong, dan Bas. Pun demikian dengan Buah Pinang. Buah Pinang menjadi bagian budaya menyirih masyarakat Papua.

Buah Pinang juga digunakan sebagai pewarna alami Batik Port Numbay. Proses pengerjaan dilakukan secara tradisional. Buah Pinang lalu ditumbuk dan direbus. Setelah masak, kain dengan motif batik lalu dimasukan. Dengan keunikannya tersebut, batik dengan pewarna alami Buah Pinang dibanderol cukup tinggi. Harganya untuk kain sekitar Rp850 Ribu, lalu menjadi Rp1 Juta bisa sudah berwujud busana.

“Secara umum, harga Batik Port Numbay sangat ramah. Keberadaan Batik Port Numbay menjadi daya tarik lain pariwisata di Papua. Dikombinasikan dengan pergerakan wisatawan yang positif, industrinya menghasilkan value menjanjikan bagi perekonomian masyarakat,” papar Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya.

Batik Port Numbay memang memberikan impact positif bagi perekonomian Papua. Sebab, pasar luas dimiliki Batik Port Numbay tersebut. Sebaran marketnya dari New Zealand, Inggris, Italia, dan Belanda. Batik ini juga sudah merambah pasar Amerika Serikat. “Kualitas dan motif eksotis Batik Port Numbay ini sudah terbukti. Penetrasi Batik Port Numbay sangat kuat di mancanegara,” tutup Menpar.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *