CHSE Jadi Panduan Agar Industri MICE di Semarang Terus Bangkit di Tengah Pandemi

oleh -555 views
oleh

SEMARANG – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) menggelar berbagai program agar industri pariwisata yang sempat terdampak Covid-19 bergeliat lagi.

Seperi diketahui, pandemi Covid-19 memukul industri pariwisata. Selain destinasi wisata sepi dikunjungi wisatawan, kegiatan Meeting, Incentive, Convention, Exhibition (MICE) praktis tak ada. Pada era adaptasi kebiasaan baru, sebagai pedoman bagi asosiasi dan stakeholder yang bergerak di bidang industri MICE, Kemenparekraf/Baparekraf memberikan pedoman penyelenggaraan MICE yakni Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability atau CHSE.

Koordinator Bidang Promosi dan Pendukungan MICE Direktorat Wisata Pertemuan, Insentif, Konvensi dan Pameran, Titik Wahyuni menuturkan, untuk kembali membangkitkan industri pariwisata di bidang MICE, pihaknya melakukan sejumlah sosialisasi CHSE sebagai panduan bagi berbagai pihak untuk kembali dapat menggelar kegiatan MICE.

“Kegiatan sosialisasi CHSE sebagai pedoman bagi penyelenggaraan kegiatan MICE kami selenggarakan di berbagai daerah, salah satunya seperti hari ini yang dilaksanakan di Semarang,” kata Titik Wahyuni pada kegiatan ‘Sosialisasi dan Simulasi Panduan CHSE Penyelenggaraan Kegiatan MICE’ di Hotel & Convention Patra Semarang, Kamis (8/10/2020).

Acara itu diikuti oleh puluhan peserta yang terdiri dari asosiasi yang bergerak di bidang MICE, ASITA, PHRI, awak media dan stakeholder terkait lainnya. Peserta yang hadir ada yang melalui online maupun off line. Selain sosialisasi panduan penyelenggaraan MICE, juga diagendakan simulasi panduan kegiatan incentive travel yang diselenggarakan pada Jumat (9/10/2020) di Lawang Sewu, Sam Poo Kong, Masjid Agung Jawa Tengah, Kota Lama Semarang, Old City 3D Trick Art Museum dan Avalokitesvawa & Simpang Lima.

Titik Wahyuni berharap sektor MICE bisa kembali pulih dengan ditetapkannya panduan dalam penyelenggaraannya. Dengan begitu, asosiasi dan berbagai pihak yang memiliki kepentingan dalam penyelenggaraan MICE memiliki pedoman agar pelaksanaannya tak terhambat laju pandemi Covid-19. “Kami berharap kegiatan ini dapat menjadi motivasi dan komitmen para pelaku wisata dalam menyambut pariwisata new normal dengan kesiapan destinasi wisata menerapkan protokol kesehatan pada destinasi wisata seperti mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak,” harap Titik Wahyuni.

Ia melanjutkan, kegiatan ini selaras dengan arahan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif terkait penerapan protokol CHSE (Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability) di berbagai destinasi. “Sehingga menjadi salah satu upaya yang dilakukan Kemenparekraf/Baparekraf untuk membangkitkan kembali potensi pariwisata di Semarang ini,” tutur dia. Titik Wahyuni optimis panduan ini ini mampu menekan laju penularan Covid-19.

“Roda ekonomi kita harus terus berjalan. Semua aman aman sepanjang diterapkan dengan disiplin dan sungguh-sungguh, protokol kesehatan di kawasan ini dan sejalan dengan Sapta Pesona yang dicanangkan pemerintah untuk mendukung pariwisata yang berkelanjutan,” jelas dia. Kegiatan ini, Titik Wahyuni melanjutkan, dapat menjadi implementasi penerapan protokol kesehatan di destinasi wisata dan sekaligus berupaya untuk terus meningkatkan kualitasnya. Untuk itu, ia berharap agar pedoman penyelenggaraan MICE ini benar-benar diimplementasikan dengan baik agar menumbuhkan kepercayaan masyarakat bahwa protokol kesehatan telah berjalan dengan “Dan targetnya adalah dapat menumbuhkan produktivitas masyarakat namun aman dari Covid-19,”ujar Titik.

Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Jawa Tengah, Sinoeng N Rachmadi menambahkan, paradigma era new normal mencerminkan harapan baru bagi pelaku industri pariwisata dan ekonomi kreatif, khususnya di bidang MICE. Ia berharap tutorial pedoman penyelenggaraan MICE ini dipadupadankan dengan kreativitas anak-anak muda dalam sektor digitalisasi audio visual. “Indonesia maju itu awal dari dunia maya. Orang-orang yang bergelut di dunia pariwisata ini adalah mereka yang giat di dunia maya. Audio visual dapat bermanfaat bagi calon pengunjung. Maka dalam konteks itu saya promosi sektor pariwisata juga dilakukan secara audio visual di sosial media, dikemas secara menarik agar wisatawan dapat tertarik untuk berkunjung,” harapnya.

Di sisi lain, pelaku pariwisata dan wisatawan harus diperkuat dengan memberikan fasilitas berupa pelayanan kesehatan, masker dan jaminan rasa aman, nyaman dan sehat ketika berada di destinasi wisata. Di saat yang sama, ia berharap meski di tengah pandemi ini tak mematikan kreativitas dalam berkarya, khususnya dalam membuat merchandise atau oleh-oleh bagi wisatawan. Sebaliknya, masa pandemi ini memiliki dua keuntungan yakni souvenir terjual, sekaligus mengampanyekan protokol kesehatan. “Misalnya masker sebagai souvenir. Itu kan bisa dibuat kreatif dan keren oleh para pelaku pariwisata di suatu destinasi. Seperti acara yang digelar Kemenparekraf ini, selain berpegang teguh dengan protokoler juga ada produk UMKM yang dijadikan buah tangan atau oleh-oleh,” saran Sinoeng.

Pariwisata, Sinoeng melanjutkan, ditujukan kepada para pihak yang memiliki kecintaan. Untuk menguatkan rasa kecintaan terhadap destinasi wisata, Sinoeng menilai rumus 3J tak boleh diabaikan. “3J itu adalah Jaga Komunikasi, Jaga Kesehatan Imunitasnya dan Jaga Perasaan. Saya tidak bosan menyampaikan hal ini supaya kita memberikan pondasi yang kuat untuk bangkit. Jangan pernah anti berkolaborasi dan bersinergi,” ingat Sinoeng.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *