Di FITUR 2019 Madrid, Menpar akan Bertemu UNWTO

oleh -1,241 views
oleh

SUARAJATIM.CO.ID, JAKARTA – Misi ganda diemban Menteri Pariwisata Arief Yahya di Spanyol. Selain menghadiri pameran Feria Internacional de Turismo (FITUR) Madrid 2019, 22-24 Januari, Menpar juga diagendakan bertemu Sekjen United Nation World Tourism Organization (UNWTO) Zurab Pololikashvili.

“Pertemuan dengan Sekjen UNWTO nanti menjadi momen yang luar biasa. Ada banyak hal yang bisa dibicarakan. Hal ini juga untuk menindaklanjuti pertemuan sebelumnya,” ungkap Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya, Senin (21/1).

Pertemuan terakhir Kemenpar dengan UNWTO dilakukan di WTM London, 6 November 2018 silam. Pada pertemuan kali ini, Kemenpar akan datang membawa update informasi 3 isu utama, yaitu Mobile Positioning Data (MPD), Sustainable Tourism, dan Homestay-Village Tourism.

Terkait dengan implementasi MPD, akselerasi cepat diterapkan. MPD sangat efektif. Sebab, bisa menghadirkan data akurat kunjungan wisman. Terutama di area crossborder. Untuk statistik pariwisata, konsep ini sudah diterapkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). MPD bekerja menurut pergerakan sinyal ponsel.

MPD telah dikembangkan bersama Positium. Mereka adalah korporasi asal Estonia yang bergerak dalam lini analisis data. Positium ini sangat handal memanfaatkan teknologi berbasis GKG di Eropa dan mendapat pengakuan dari Eurosat.

Menpar menambahkan, penerapan teknologi MPD telah memberikan informasi detail para wisman yang berkunjung.

“MPD adalah sistem yang kompleks. Teknologi luar biasa. Menggunakan MPD, profil wisman akan disajikan sangat lengkap. Ada informasi lama tinggal, frekuensi kunjungan, dan asal negara. Pertemuan dengan UNWTO akan menjadi kesempatan untuk sharing pengalaman kami terkait MPD dan GKG,” terangnya.

Teknologi MPD sudah disosialisasikan melalui workshop, Maret 2018 silam. Selain itu, Bilateral Meeting juga akan digunakan untuk memaparkan Sustainable Tourism. Formulasi ini diterjemahkan dalam 5 action. Ada Sustainable Tourism Destination (STD), Sustainable Tourism Observatory (STO), Sustainable Tourism Certification (STC), Events, dan Plan of 2019.

Untuk STD, Indonesia tetap berkomitmen mengembangkan destinasi dengan perinsip sustainable. Dan, aplikasinya sudah diatur melalui Keputusan Menteri Nomor 14/2016. Konsep ini telah menjadi pedoman pariwisata bersama STO. Pada 2019, STD difokuskan untuk 10 Destinasi Prioritas. Untuk STO, Indonesia menjadi negara Asia Pasifik ke-2 setelah Tiongkok yang menerapkannya.

Sudah ada 5 STO yang didirikan dari total 12 STO yang akan dibangun. Periode pertama terdiri dari Pangandaran, Sleman, Sesaot di Lombok, Samosir, dan Sanur.

Terkait STC, dibentuk dewan Indonesia Sustainable Tourism Council (ISTC). Implementasinya melalui beragam training of trainers. Ada juga Events, seperti Indonesia Sustainable Tourism Award (ISTA) dan Indonesia Sustainable Tourism Award (ISTP).

“Semua sudah diimplementasikan secara maksimal. Kini pariwisata Indonesia makin bagus baik teknis maupun non teknisnya. Untuk Plan of 2019 juga sudah sangat detail,” tegas Menpar lagi.

Bagaimana penerapan Homestay atau Desa Wisata? Indonesia menargetkan 2.000 desa wisata. Hingga 2018, sudah ada 1.734 desa wisata. Di dalam sistem desa wisata akan dibangun 10.000 homestay hingga 2019. Target utamanya adalah 10 Destinasi Prioritas. Pada rentang 2017-2018 telak terealisasi 2.938 homestay. Rinciannya, gedung konvensi 2.640 unit, renovasi 203 unit, dan gedung baru 95 unit.

“Homestay ini memiliki fungsi strategis. Sebab, bisa jadi media peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tidak kalah penting, kelestarian budaya dan tradisi terjaga. Konsep homestay selaras dengan UNWTO, khususnya terkait Sustainable Tourism,” tutup Menpar.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *