Di Gorontalo, Kemenpar Sampaikan Strategi Pengembangan Pemasaran Pariwisata

oleh -864 views
oleh

JAKARTA – Sektor pariwisata telah menjelma menjadi leading sector di Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari strategi pengembangan pemasaran yang diterapkan. Dalam Seminar Pariwisata Nasional di Gorontalo, 21 September, strategi itu dipaparkan Asdep Strategi dan Komunikasi Pemasaran I Kementerian Pariwisata Haryanto.

Menurutnya, strategi tersebut terbagi dalam Marketing, Promotion Strategy, Media, serta Promotion Time. Menurutnya, strategi ini dijalankan dengan sangat baik di Kementerian Pariwisata.

“Semua strategi berjalan dengan sangat baik di Kementerian Pariwisata. Apalagi, dari strategi itu kita juga siapkan rumusnya masing-masing. Hal ini membuat kerja kita semakin terarah. Tapi hasil yang didapat sangat maksimal,” papar Haryanto.

Dalam Marketing Strategi, strategi yang diterapkan adalah Destination, Origin, dan Timeline. Rumus ini dikenal dengan DOT. Dalam strategi ini, destinasi dibagi menjadi Grater Bali yang menyumbang 40% wisatawan mancanegara ke Indonesia. Setelah Bali ada Greater Jakarta (30%), dan Greater Batam (20%).

“Sementara untuk Origin, negara yang menjadi tujuan marketing kita adalah China, negara-negara Eropa, Singapura, Malaysia, dan Australia. Negara-negara ini adalah penyumbang wisman terbesar ke Indonesia. Dan mereka menjadi pasar utama dalam promosi,” paparnya.

Sedangkan Time, adalah waktu yang tepat untuk memasarkan dan mempromosikan pariwisata Indonesia di pasar mancanegara.

Untuk Promosi, rumus yang digunakan adalah Branding, Advertising, dan Selling. Branding dilakukan secara lokal, nasional, global atau internasional. Event internasional yang pernah dibranding antara lain Kejuaraan Sepakbola Euro dan World Cup, dan banyak event lainnya.

“Untuk Advertising, kita memanfaatkan sejumlah media luar ruang di mancanegara untuk mempromosikan destinasi ataupun event di Tanah Air. Kita juga menggunakan berbagai event besar untuk Selling. Seperti ITB Berlin, dan lainnya,” tutur Haryanto lagi.

Yang tidak kalah penting adalah rumus POSE yang diterapkan dalam Media Strategi. POSE ada Paid Media atau promosi pada media-media besar.

“Pada Owned Media, kita memanfaatkan media online yang kita miliki. Seperti Pesona.Travel, dan lainnya. Kita juga memaksimalkan destinasi dan event lewat Social Media. Dalam ini terbukti sangat tepat. Karena banyak event yang viral. Peran Endorser juga penting untuk mengangkat destinasi kita,” tuturnya.

Terpisah, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata Rizki Handayani menambahkan, hal yang tidak kalah penting adalah menjalin kemitraan dalam kerjasama co-branding.

“Ini strategi untuk terus memperkenalkan brand pariwisata Indonesia, Wonderful Indonesia. Dan terbukti brand ini semakin dikenal secara luas. Lewat kerjasama ini, mitra co-branding memajang logo dan destinasi wisata Tanah Air. Dan ini mampu memperkenalkan dan meningkatkan kunjungan wisatawan ke destinasi,”paparnya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menambahkan, strategi pemasaran sanat penting. Menurutnya, untuk bisa memenangkan persaingan global, pariwisata Indonesia harus memiliki standar global.

“Dan yang tidak kalah penting, SDM-nya juga harus berstandar global. Karena, pariwisata terus berkembang. Sekarang sudah mengarah ke industri 4.0. Semua sudah go digital. Kita tidak boleh tertinggal. Karena pemenang sudah bukan lagi ditentukan dari yang besar mengalahkan yang kecil. Tetapi yang cepat mengalahkan yang lambat,” paparnya.

Untuk itu, Menpar meminta pariwisata Indonesia merespons perubahan dan perkembangan pariwisata dunia. Karena tren pariwisata dunia sudah mengarah ke digital.(***)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *