Di Keerom, @Wadomu Art Ajak Wisatawan Go Green

oleh -871 views
oleh

KEEROM – Kampanye go green terdengar di Festival Crossborder Keerom 2019. Penggeraknya adalah @Wadomu Art. Berbagai limbah dan sampah didaur ulang menjadi karya kreatif oleh @Wadomu Art. Selain artistik, karya inovatif rumah industri asal Entrop, Jayapura, Papua, memiliki nilai ekonomi sangat tinggi.

Festival Crossborder Keerom 2019 telah selesai digelar 3-5 Mei 2019. Di ajang itu, @Wadomu Art menempati booth 23. @Wadomu Art terlihat menonjol. Ada beragam souvenir yang didisplay di sana. Sebagian besar dibuat dari daur ulang limbah pinang dan kelapa. Teknik pembuatannya secara tradisional dengan tingkat kerumitan tinggi.

Booth @Wadomu Art juga dilengkapi taman kecil lengkap dengan bunganya. Wajar bila galeri ini terpilih jadi Booth Terbaik Festival Crossborder Keerom 2019. Apalagi di booth, pengunjung juga bisa melihat dan belajar pembuatan souvenirnya.

Owner @Wadomu Art Beny Rumbiat mengatakan, produk kreatifnya ramah lingkungan.

“Semua produk kreatif kami sangat ramah lingkungan. Sebab, bahan bakunya diambil dari limbah yang ada di sekitar rumah. Semuanya kami kumpulkan. Dengan sedikit sentuhan, limbah-limbah ini diubah menjadi souvenir. Produknya mencirikan keunikan dan kekhasan budaya Papua,” kata Beny, kemarin.

Ada banyak karya kreatif yang didisplay oleh @Wadomu Art di Festival Crossborder Keerom 2019. Dari yang terlihat sederhana hingga rumit. Dikembangkan dari limbah pinang, karya artistik berupa bunga pun dihasilkan. Caranya, kulit pinang dibusukan lalu diputar balik. Berikutnya dicuci bersih memakai sabun baru diberi pemutih biar terlihat cerah. Tahap akhir diberi pewarnaan dan dirangkai.

Dengan sedikit treatment, karya ini dibanderol Rp40 Ribu per tangkainya. Setiap tangkai hanya terdiri dari 4-5 buah bunga daur ulang limbah pinang. Nilai ini berlipat-lipat dari penjualan buah pinang pada umumnya. Dalam setumpuk buah pinang segar dengan isi lebih dari 5 hanya dihargai Rp10 Ribu. Dan, @Wadomu Art sudah membagikan ilmunya di wilayah Yoka, Jayapura, melalui pelatihan khusus.

“Value sebuah benda akan berubah naik bila sudah mendapatkan treatment, diantaranya seni. Apa yang ditampilkan oleh @Wadomu Art bisa menjadi rujukan. Selain manfaat ekonomi, di situ juga ada misi lingkungan yang mulia. Bila limbah dimanfaatkan ulang, otomatis beban lingkungan berkurang,” terang Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Muh. Ricky Fauziyani.

Selain pinang, @Wadomu Art juga memanfaatkan sampah kelapa. Dikembangkan dari kelapa hibrida, limbah ini diolah menjadi souvenir unik. Bentuknya menyerupai wajah lengkap dengan mata, hidung, mulut, dan asesoris etnis di kepalanya. Produk souvenir limbah kelapa dihargai minimal Rp50 Ribu per pax. Lebih lanjut, mereka juga mengembangkan penjepit rambut dari sisa pipa pvc.

Bentuknya unik dengan motif Burung Cenderawasih. Motifnya diberi warna cerah dan dikombinasikan dengan tusuk berhias sirkam bambu.

Menariknya rantai tusuk dan sirkan bambu tidak disambun. Tapi, memakai bambu utuh. Memanfaatkan bahan alam, ada juga penjepit rambut dengan hiasan buah pinang dan sirih. Varian ini dilengkapi sirkam bambu.

Teknik ini juga digunakan dalam souvenir Sisir Rantai-Motif Patung. Karya tersebut dibuat dari bahan baku utama bambu dan limbah kelapa hibrida. Bambu yang digunakan jenis Cina atau Petung dengan karakter tebal. Menariknya, rantai bambu juga dibuat tanpa sambungan. Teknik rumitnya pun membuat karya Sisir Rantai-Motif Patung dihargai Rp300 Ribu per pax.

“Karya kreatif dari @Wadomu Art sangat layak menjadi cenderamata terbaik. Semuanya itu dikerjakan secara tradisional dengan teknik tinggi. Membuat rantai dengan bambu tanpa sambungan tentu tidaklah mudah. Inilah keunikannya,” ungkap Ricky lagi.

Selain produk tersebut, @Wadomu Art juga menyediakan gantungan kunci pinang atau sirih. Harga dari item tersebut Rp20 Ribu hingga Rp25 Ribu. Meneruskan tradisi Papua, mereka juga menawarkan Noken. Varian Noken terdiri dari rajutan dan anyaman. Keduanya dikembangkan dari kulit pohon melinjo. Bagi Noken rajutan, maka yang diambil seratnya. Kulit akan dipotong tipis untuk membuat Noken anyaman.

“Souvenir yang ditampilkan di Festival Crossborder Keerom 2019 sangat lengkap. Semuanya menjadi representasi kekayaan budaya Papua. Jenisnya sangat banyak, termasuk lukisan dari kulit kayu. Noken memang khas Papua. Karya @Wadomu Art juga bisa diakses dari Festival Crossborder Skouw 2019 karena galeri mereka ada di Jayapura,” papar Kabid Area IV Pemasaran I Regional III Syukurni.

Menegaskan misi lingkungan, mereka menawarkan kerajinan Mahkota Papua bermotif Cenderawasih. Namun, Burung Cenderawasih dikembangkan secara imitasi. Memakai kain kaca asal Bali dengan bulu imitasi, Mahkota Papua ini tidak kalah dari aslinya. Bahkan, warnanya lebih cerah dengan mata burung terbuka. Identik dengan aslinya, karya ini tetap dibanderol tinggi hingga Rp3 Juta.

Dengan beragam karya unik dan kreatif, produk @Wadomu Art menyebar di beberapa daerah. Pasarnya di Jakarta, Yogyakarta, dan Semarang. Produknya bahkan diminati wiatawan asal Italia dan Australia. Bila berminat silahkan datang ke galeri @Wadomu Art di Pasar Rakyat, Entrop, Jayapura Selatan. Bisa juga secara online melalui Instagram wadomu_art dan nomor 082198930558.

“Craft asal Papua memang sangat beragam dan unik. Dikembangkan dari limbah, @Wadomu Art sangat menginspirasi. Mereka juga mau membagikan pengetahuannya. Sembari memilih cenderamata, kita pun bisa belajar teknik pembuatan dan pengolahan bahan bakunya. Semoga ada banyak value yang didapat wisatawan bila berkunjung ke sana,” tutup Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *