DIY Siapkan Pariwisata di Era New Normal dengan Gerakan BISA

oleh -567 views
oleh

YOGYAKARTA – Pandemi Covid-19 berdampak ke semua bidang, sektor yang paling terdampak adalah pariwisata. Guna membantu memulihkan sektor pariwisata, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menggelar Gerakan BISA (Bersih, Indah, Sehat, Aman). Acara digelar serentak di enam destinasi di wilayah Provinsi DIY Yogyakarta, 10-13 Oktober 2020

Gerakan BISA merupakan program padat karya yang mengikutsertakan pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif dalam meningkatkan kebersihan, keindahan, kesehatan, dan keamanan destinasi pariwisata.

Sehingga seluruh pemangku kepentingan yang terlibat di dalamnya siap memasuki masa adaptasi kebiasaan baru di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

Direktur Kelembagaan Kemenparekraf/Baparekraf Reza Fahlevi mengatakan perlu upaya ekstra untuk mengembalikan sektor tersebut dalam menghadapi era tatanan kehidupan baru dalam masa pandemi covid-19 ini

“Kondisi akibat pandemi covid ini membawa pengaruh yang luar biasa, dimana sebelumnya desa wisata Grogol ini sudah mampu memberikan pemasukan yang besar,sekitar 1 milyar rupiah per tahun, hari ini mengalami masa masa yang sangat sulit . Perlu dilakukan perubahan tatanan sosial,tatanan kehidupan kita yang memang harus menyesuaikan dengan kondisi saat ini,” kata Reza saat memberikan sambutan di Desa wisata Grogol Sleman

Pulihnya destinasi wisata ini akan bergantung pada penerapan protokol kesehatan. Daya tarik wisata yang akan diminati wisatawan adalah destinasi yang berstandar protokol kesehatan yang berbasis CHSE (Cleanliness, Helath, Safety dan Enviromental). “Diperlukan sertifikat yang menandakan pengakuan bagi suatu usaha yang telah memenuhi standar kesehatan, kebersihan, keselamatan dan kelestarian lingkungan (CHSE),” lanjut Reza.

Kemenparekraf saat ini tengah mempersiapkan platform daring untuk pendaftaran sertifikasi yang akan dibuka mulai Oktober 2020. Proses sertifikasi ini, lanjut Reza, akan diawali dengan pengisian formulir self assessment oleh pengelola hotel dan restoran sebagai bentuk penilaian awal atas penerapan protokol kesehatan pada usaha yang dikelolanya.

“Jadi setelah ketentuan tersebut sudah dipenuhi, pelaku usaha dapat men-declare-kan diri telah memenuhi semua protokol kesehatan. Nanti kemudian akan kami turunkan tim dari lembaga sertifikasi untuk mengaudit, dalam hal ini Lembaga Sertifikasi Usaha Pariwisata, dan itu semua gratis karena biaya ditanggung Kemenparekraf,” ujarnya.

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman, Sudarningsih, mengungkapkan bahwa sektor pariwisata memang sektor yang paling terdampak.”Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Sleman ini, 25% berasal dari sektor pariwisata,” ujar Sudarningsih

Sudarningsih menyambut baik rencana sertifikasi CHSE yang digagas Kemenparekraf untuk menerapkan standar protokol kesehatan di lingkungan usaha pariwisata dan destinasi pariwisata.

“Kita sambut baik upaya pemberian sertifikasi CHSE Kemenparekraf ini guna penerapan protokol kesehatan.Sebelumnya kita juga berusaha agar sektor pariwisata segera pulih, sebelumnya kita juga telah melakukan verifikasi usaha pariwisata, ada 163 yang mengajukan , sudah kita lakukan verifikasi 100 usaha pariwisata, bekerjasama dengan Dinas Kesehatan, Satpol PP dan bagian perekonomian,” ungkapnya

Memverifikasi objek wisata sangat diperlukan agar bisa beroperasi kembali dengan menerapkan protokol kesehatan dengan ketat. Jangan sampai objek wisata justru menjadi klaster baru Covid.

‘Kami berharap, hotel, restoran, dan objek wisata bisa dikunjungi lagi asal menerapkan protokol kesehatan ketat,’’ ujar Sudarningsih.

Desa wisata di Sleman, kata Sudarningsih,belum dibuka. Karena berlokasi di tengah masyarakat. ‘’Jangan sampai tamu yang menginap di desa wisata membawa virus dan menulari warga setempat. Jadi pelaku wisata harus bisa menyesuaikan dengan adaptasi kebiasaan baru (new normal) sektor pariwisata,’’ kata Sudarningsih.

Gerakan BISA kali ini dilaksanakan di 4 Kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dengan waktu dan target peserta berbeda antara lain, Kulon Progo obyek wisata Puncak Suroloyo, target peserta 100 orang, waktu pelaksanaan Sabtu-Minggu, tanggal 10-11 Oktober 2020. Lokasi wisata alam Goa Kiskendo, target peserta 100 orang, pelaksanaan Sabtu-Minggu, tanggal 17-18 Oktober 2020.

Sementara Kabupaten Sleman, lokasi Desa Wisata Grogol, target peserta 100 orang, pelaksanaan Sabtu-Minggu, tanggal 10-11 Oktober 2020. Kabupaten Bantul, lokasi Desa Wisata Sentren Opak, target 50 orang, pelaksanaan Sabtu-Minggu, tanggal 10-11 Oktober 2020. Lokasi Desa Kebon Empring, target 50 orang, pelaksanaan Senin-Selasa, tanggal 12-13 Oktober 2020.

Dan Kabupaten Gunungkidul, Lokasi di Obyek Wisata Goa Ngingrong dan Desa Wisata Jelok, target peserta masing-masing lokasi 100 orang, dengan waktu pelaksanaan bersamaan, hari Senin-Selasa, tanggal 12-13 Oktober 2020.

Acara sosialisasi tersebut diisi pula dengan Penandatangan Berita Acara Serah Terima (BAST) damn penyerahan Barang CHSE. Penyerahan dilakukan Direktur Kelembagaan Kemenparekraf/Baparekraf kepada Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *