Festival BMW Berdampak Positif Buat Ekonomi Masyarakat

oleh -1,416 views
oleh

SUARAJATIM.CO.ID– Perhelatan super eksotis Festival Biak Munara Wampasi (FBMW) 2018 resmi ditutup, Sabtu (25/8) malam. Event ini bukan hanya meninggalkan kesan yang mendalam. Tetapi juga berdampak positif buat ekonomi masyarakat di Kabupaten Biak Numfor, Papua.

Dampak positif Festival Biak Munara Wampasi disampaikan Plt Bupati Biak Numfor Herry Ario Naap.

“Kami gembira karena FBMW 2018 digelar meriah. Ramai oleh kehadiran pengunjung. Pada akhirnya, penyelenggaraan FBMW bermuara kepada perekonomian masyarakat. Sejauh ini cukup positif,” tuturnya.

Strategi penyelenggara untuk menyebar kegiatan ini dibeberapa venue juga patut diacungi jempol. Karena, semua sisi Biak Numfor menjadi tereksplorasi oleh pengunjung. Dampaknya pun bisa dilihat. Secara khusus, FBMW kedatangan wisnus 80 orang dari Jakarta. Pada 2 hari pertama, event dikunjungi sekitar 10.000 orang. Jumlah ini meningkat jika dibandingkan tahun 2017. Tahun lalu, festival ini dikunjungi 8.000 wisnus dan 120 wisman.

“FBMW ini harus didorong. Penyelenggaraan tahun depan harus lebih besar dan meriah. Harapannya tentu semakin banyak menarik kunjungan wisatawan. Pariwisata di Biak Numfor ini harus maju. Agar tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat bagus,” terang Kepala Dinas Pariwisata Biak Numfor Turbey Onny Dangeubun.

FBMW 2018 pun terasa manis bagi para pebisnis. Manggangan Yuliance Susabra contohnya. Ia mengaku mendapatkan income Rp5 Juta dari tiga hari event. Mayoritas pengunjung membeli topi adat khas Biak yang dibanderol Rp100 Ribu. Ada juga tas kulit mandoam dengan dihargai Rp200 Ribu. Lalu, tas rajut dijual seharga Rp250 Ribu.

“Hasil penjualan selama event FBMW tahun ini bagus. Beberapa pengunjung bahkan datang ke kios di Desa Padwa Sup, Distrik Yendidori. Kami memiliki galeri di sana. Sebab, barang-barang ini juga dibuat sendiri. Anak-anak yang membuatnya, sambil memanfaatkan waktu luang,” terang Yuliance.

Selain itu, Galeri Manggangan juga rutin mengirimkan produknya ke Pulau Jawa. Transaksinya sekitar Rp8 Juta hingga Rp9 Juta dengan durasi sebulan sekali. Prodak yang diminati adalah tas rajut. Bila berminat bisa menghubungi 082248019870.

Serupa Yuliance, rapor positif dimiliki Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Biak Numfor yang memanfaatkan limbah dan produk daur ulang. Sepanjang event FBMW, stand DLH mendapatkan inkam lebih dari Rp1 Juta. Hasil penjualan pupuk cair dengan kisaran harga Rp5.000-Rp10.000 per botolnya.

Pupuk cair ini memakai bahan baku kotoran ternak lalu dicampur air beras, mol buah, yogurt, vetsin, dan kapur. Produk pupuk kompos dengan harga Rp15.000 juga laku terjual hingga 42 kantong seberat 0,5 Kg.

Pendapatan maksimal juga didapat dari penjualan tas dan lampu hias. Dibuat dari koran dan kantong plastik bekas, tas dibanderol dengan range Rp75 Ribu hingga Rp175 Ribu.

Staf DLH Biak Numfor Irene Kafiar mengatakan, input positif didapatkan dari FBMW. “FBMW memberi manfaat ekonomi bagus. Untuk tas, belum direkap. Yang jelas, prodak kami banyak yang cari. Silahkan hubungi 082248357298,” ujar Irene.

Festival BMW 2018 juga memajang karya Sanggar Seni Budaya Mandoira. Dengan homebase di Jalan Marau, Biak Timur, telepon 081240073122, sanggar ini memajang karya patung dan lukisan pasir dengan karvas kulit kayu mandoam. Untuk patung dibuat dari kayu besi, rupanya karwar. Patung khas Biak ini djual dengan harga Rp150 Ribu hingga Rp750 Ribu. Ada juga hiasan piring dan tifa.

Untuk lukisan pasir, harganya berkisar Rp2,5 Juta hingga Rp3,5 Juta. Motif lukisannya ada mansusu dan wairon. Motif mansusu memiliki karakter sama, sedangkan wairon itu bebas sesuai dengan selera. Karya ini banyak menarik minat wisman. Khususnya dari Norwegia, Amerika Serikat, Australia, Filipina, Tiongkok, Korea Selatan, dan Jepang. Wisatawan Jepang suka dengan lukisan bangau, lalu orang Korea suka karwar.

“Kami hanya melakukan promosi saja di sini. Biasanya pengunjung akan datang ke sanggar. Pilihan di sana lebih banyak. Sejauh ini cukup positif,” kata Ketua Sanggar Seni Budaya Mandoira Yosias Maryen.

Closing ceremony FBMW sendiri digelar meriah. Selain panggung hiburan, ada juga program Pesona Kuliner. Menariknya, pesta kuliner terbuka bagi masyarakat umum. Menunya khas Biak seperti keladi, beragam olahan ikan, hingga aneka sayuran. Pesta juga menyajikan sushi dengan bahan baku ikan tuna hasil tangkapan nelayan Biak. Sushi ini kreasi dari Executive Chef Cliff Alexander.

Kegembiraan di Biak ini turut membuat senang Menteri Pariwisata Arief Yahya. Menurutnya, Festival Biak Munara Wampasi luar biasa. Karena mampu menggerakkan ekonomi masyarakat.

“Kami gembira mendengar masyarakat bisa merasakan berbagai manfaat dari festival ini. Ke depannya, FBMW harus dikembangkan lebih besar dengan inovasi baru. Dengan kekuatan branding, diharapkan festival ini bisa menarik kunjungan wisman. Sebab, contentnya menarik karena dominasi culture. Ada Apen Beyeren, Snap Mor, Wor, juga Yospan,” tutup Menteri Pariwisata Arief Yahya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *