Galeri Branding Bimtek dan Sosialisasi CHSE, Solo Pamer Seni Budaya Eksotisnya

oleh -415 views
oleh

SOLO – Multifungsi dimiliki program Bimbingan Teknis (Bimtek) dan Sosialisasi CHSE (Cleanlinnes, Health, Safety, Environment Sustainability) edisi Solo dengan menjadi media branding destinasi. Sebab, Solo memamerkan kekuatan eksotis warna seni budayanya. Medianya melalui Tari Merak yang disajikan oleh Sanggar Permata Budaya.

Bimtek dan Sosialisasi CHSE edisi Solo digulirkan Sabtu (14/11). Venue-nya berada di Swiss-belHotel, Solo, Jawa Tengah. Pesertanya berjumlah 100 orang. Background-nya adalah para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif. Selain tiupan inspirasi dari narasumber, suasana menjadi semakin hangat dengan sajian Tari Merak yang dibawakan oleh 3 orang penari putri.

“Solo kaya atraksi yang bisa dinikmati wisatawan di masa New Normal. Wisatawan tidak perlu cemas karena semua aman dan sehat. Jaminannya tentu implementasi CHSE dengan beragam standardisasinya. Sejak awal protokol kesehatan juga dijalankan ketat. Tim khusus juga sudah dibentuk sejak awak untuk menangani ini semua,” ungkap Sekretaris Dinas Pariwisata Kota Surakarta Budi Sartono.

Menawarkan warna eksotis khas Jawa, Tari Merak jadi daya tarik tersendiri. Bukan hanya gerak gemulai para penarinya, Tari Merak memiliki banyak inspirasi. Sesuai namanya, Tari Merak diadopsi dari gerak Burung Merak. Gerakannya menjadi gambaran bagaimana Burung Merak jantan menarik perhatian dari Burung Merak betinanya. Ciri khasnya dengan membuka dan memamerkan ekornya yang indah hingga berbentuk kipas.

“Upaya pemulihan pariwisata harus terus dilakukan. Kami tentu mendukung program CHSE karena multifungsi dengan impact positif luas. Potensi yang dimiliki Solo memang luar biasa dengan latar yang menginspirasi. Semua stakeholder harus bersatu untuk mengoptimalkan potensi yang ada,” ujar Kasi Pengembangan Usaha Pariwisata Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata provinsi Jawa Tengah Cahyo Danu Sukmono.

Dalam penerapannya, gerakan Tari Merak didominasi oleh suasana gembira. Keindahan Burung Merak lalu digambarkan dengan selendang panjang yang terikat di pinggang. Begitu dibentangkan, maka akan muncul bintik-bintik ornamen khas Burung Merak yang menyerupai mata. Representasinya pun makin lengkap dengan mahkota para penarinya yang berbentuk kepala Burung Merak.

“Solo menjadi destinasi utama yang harus dikunjungi sepanjang masa New Normal. Semuanya bagus. Atraksi, amenitas, dan aksesibilitas Solo tentu luar biasa. Semuanya mengacu pada CHSE dan protokol kesehatan. Dengan kekuatan seni budaya, Solo menawarkan beragam experience mengesankan,” terang Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Hari Santosa Sungkari.

Memakai Tari Merak sebagai salah satu daya tarik Bimtek dan Sosialisasi CHSE, inspirasi kuat semakin terasa. Suasana hangat dan gembira dipancarkan melalui kostum tari yang dikenakannya. Tari Merak ini memang terkenal dengan kostumnya yang warna-warni dan asesorisnya yang unik. Untuk Bimtek dan Sosialisasi CHSE, kostum Tari Merak didominasi warna hijau dan emas.

Warna hijau dikuatkan pada selendangnya. Pesannya, tentu menjadi representasi Burung Merak Hijau atau Pavo Muticus. Memiliki bulu berwarna hijau keemasan, burung merak ini pun memiliki mahkota di kepalanya. Sebaran habitatnya ada di Pulau Jawa (Indonesia) hingga Indocina dan Tiongkok. Direktur Pengembangan Destinasi Regional I Oni Yulfian menjelaskan, pariwisata Solo akan pulih cepat.

“Solo memang destinasi yang luar biasa. Kombinasi atraksi dan program CHSE akan membuat industri pariwisata Solo pulih lebih cepat. Sebab, wisatawan memiliki kepastian khususnya terkait kesehatan dan keamanannya. Untuk itu, kami dorong terus pemulihan industri pariwisata melalui CHSE,” jelas Oni.

Kembali mengacu sajian Tari Merak di Bimtek dan Sosialisasi CHE edisi Solo, beragam pesan semakin lengkap. Secara umum, Tari Merak menjadi persembahan untuk para tamu penting. Mengikuti alur perkembangan masyarakat, Tari Merak juga menjadi pengantar pengantin menuju pelaminan. Lebih spesial, Tari Merak juga menjadi media branding dan komunikasi Indonesia di pentas internasional.

“Kami terus merekomendasikan Solo sebagai salah satu destinasi yang wajib kunjungi di masa transisi New Normal ini. Segala aspek sangat mendukung. Lebih penting lagi, masyarakat Solo sangat santun dan hangat menyambut wisatawan New Normal. Mereka juga menerapkan prinsip protokol kesehatan secara ketat, termasuk CHSE,” papar Koordinator Area I Pengembangan Destinasi Regional I Wijonarko.

Selain Tari Merak, destinasi Solo juga sangat kaya seni budaya otentik. Sebut saja, ada Sekaten Surakarta, Gebeg Maulud, Kirab Pusaka Keraton Kasunanan Surakarta, dan Grebeg Sudiro. Ada juga Sadranan, Tari Bedhaya Ketawang, dan Solo Batik Carnival. Khusus Bedhaya Ketawang, tarian ini sangat sakral dan disajikan sekali dalam 1 tahun. Tari tersebut menjadi penghormatan kepada raja penerus dinasti Mataram.

“Solo selalu menawarkan experience terbaik. Inspirasinya tentu menjadi pengetahuan yang luar biasa. Dan, semuanya disajikan dalam konsep terbaik karena mengacu pada regulasi CHSE. Pokoknya wisatawan akan dijamin semuanya dengan pelayanan prima para pelaku industri pariwisatanya. Untuk itu, kami ucapkan terima kasih kepada wisatawan yang sudah berkunjung ke Solo,” tutup Sub Koordinator Area I A Pengembangan Destinasi Regional I Andhy Marpaung.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *