Geliat Wisata Air Terjun Jagir di Banyuwangi di Era Adaptasi Kebiasaan Baru

oleh -406 views
oleh

BANYUWANGI – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) bekerjasama dengan Garuda Indonesia menggelar famtrip dengan hastag #TerbangAman dan #DiIndonesiaAja. Kegiatan ini digagas dengan tema “Perjalanan Wisata Pengenalan Destinasi Prioritas Pasar Domestik/Nusantara”. Salah satu daerah yang dikunjungi adalah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, pada 27-30 November 2020. Bumi Blambangan sendiri memiliki banyak destinasi wisata yang tak kalah keren untuk dikunjungi. Sebagai wilayah zona hijau COVID-19, seluruh destinasi wisata di Banyuwangi telah menerapkan protokol kesehatan dengan disiplin ketat.

Salah satunya adalah Air Terjun Jagir yang terletak di Dusun Krajan, Kampung Anyar, Glagah. Butuh waktu sekitar 45 menit dengan jarak tempuh kurang lebih 40 kilometer untuk menjangkau Air Terjun Jagir dari Bandar Udara Internasional Banyuwangi. Berkunjung ke Air Terjun Jagir kekhawatiran kita pada masa pandemi ini seakan sirna. 

Betapa tidak, memasuki areal air terjun yang juga sering disebut sebagai tempat pemandian bidadari ini sejumlah pengumuman panduan protokol kesehatan telah dipasang oleh pengelola. Setiap pengunjung wajib melalui pemeriksaan suhu tubuh. Penjaga pun akan menyemprotkan hand sanitizer ke tangan setiap pengunjung. Tak hanya itu, setiap pengunjung juga diwajibkan menggunakan masker. Ketatnya penerapan protokol kesehatan sebagai bagian tak terpisahkan di era adaptasi kebiasaan baru atau new normal. Pengelola pun memberikan batas antrean di loket masuk untuk menghindari kerumunan. 

Air Terjun Jagir memanjakan kita dengan panorama alam yang indah berupa air terjun dengan pemandangan alam yang masih asri. Air Terjun Jagir memiliki keunikan, di mana dalam satu lokasi terdapat tiga air terjun. Masyarakat sekitar sering juga menyebutnya dengan istilah Air Terjun Three in One, Air Terjun Kembar, Air Terjun Bersaudara, sampai Air Terjun Bidadari karena airnya yang jernih. Air Terjun Jagir dikelola oleh Pokdarwis dan dibuka untuk umum pada 2015 silam. Dahulu, Air Terjun Jagir hanya merupakan tempat pemandian umum masyarakat saja. Tahun 2014 Air Terjun Jagir ditata menjadi destinasi wisata yang cukup memikat wisatawan.

Air yang mengalir dari Air Terjun Jagir ini berasal dari mata air yang terletak di atas air terjun langsung, yakni mata air sumber Pawon, yang diartikan dapur, tempat makanan dan minuman berasal. Air terjun memiliki aliran air yang menyebar, jadi dalam satu air terjun bisa terdapat tiga aliran air terjun sekaligus.

Pengunjung dapat menikmati pemandangan alam yang asri di Air Terjun Jagir, sambil menikmati segarnya air dari mata air secara langsung, atau berswafoto ria di sekitar lokasi air terjun yang memiliki bentang alam yang tak kalah indah untuk diabadikan. Fasilitas yang ada di Air Terjun Jagir ini cukup lengkap seperti tempat ganti pakaian dan toilet yang cukup representatif. 

Jauh sebelum tiba di Banyuwangi, suasana aman dan nyaman dirasakan mulai dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang juga menerapkan standar protokol kesehatan cukup ketat. Antrean pengguna jasa tertata baik dengan panduan jarak minimal 1,5 meter. Di counter Garuda Indonesia pun sama. Jarak aman diatur dengan baik. Pun halnya dengan kru maskapai yang menerapkan standar protokol kesehatan dengan penggunaan face shield dan sarung tangan. Di kelas ekonomi, meski dalam satu baris terdiri dari tiga kursi, namun Garuda Indonesia mengosongkan kursi tengah. Sirkulasi udara juga HEPA (High Efficiency Particulate Air) Filter. “HEPA (High Efficiency Particulate Air) Filter merupakan sistem penyaringan udara di kabin pesawat di mana teknologi ini dapat menyaring partikel terkecil di udara seperti virus, bakteri dan kontaminan lainnya hingga 99,97 persen. Kami juga rutin melakukan penyemprotan disinfektan pada pesawat kami,” kata Gita Indriyani Savitri perwakilan Garuda Indonesia, Jumat (27/11/2020).

Koordinator Pemasaran Area 2 Regional 1 Kemenparekraf/Baparekraf, Nailis Sa’adah menuturkan, event ini diselenggarakan dalam rangka edukasi dua pihak, yakni pelaku wisata dan masyarakat ketika mereka berada di destinasi wisata. “Goals famtrip ini untuk mengedukasi protokol kesehatan di tempat wisata yang kita kunjungi,” kata Nailis.

Menurutnya, bukan tak mungkin pembatasan kunjungan ke obyek wisata akan segera dicabut jika protokol kesehatan ini dijalankan secara baik dan disiplin. “Kegiatan ini juga dalam rangka promosi destinasi wisata kepada masyarakat bahwa destinasi itu telah menjalankan protokol kesehatan, sehingga masyarakat mendapat informasi yang jelas bahwa destinasi yang nantinya akan mereka tuju benar-benar telah menerapkan protokol keaehatan dengan baik,” tuturnya.

Menurut Nailis, jika pada masanya pandemi C0VID-19 berakhir, melalui sosialisasi ini masyarakat memiliki keyakinan bahwa destinasi wisata yang nantinya akan mereka kunjungi aman dan nyaman dari aspek kesehatan, utamanya paparan COVID-19. “Yang kami lakukan juga edukasi kepada masyarakat jika mereka datang ke destinasi wisata, maka obyek wisata tersebut telah menerapkan protokol kesehatan dengan baik. Tentu saja protokol kesehatan ini tujuannya untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19.

Salah satunya kita melakukan sertifikasi CHSE. Dan untuk setiap provinsi itu kami menyerahkan sertifikasi CHSE kepada hotel, restoran obyek wisata, MICE dan lainnya dengan maksud mereka telah memiliki label Indonesia Care yang artinya telah menerapkan CHSE dan 3M,” ungkap Nailis.
Nailis sendiri bertanggungjawab terhadap sertifikasi CHSE untuk hotel dan restoran di dua provinsi yakni NTT dan Jawa Tengah. “Kami telah melebihi target yang ditentukan. Selain hotel dan restoran, obyek wisata juga melakukan hal sama. Mengapa ini penting, karena ke depan orang akan mencari obyek wisata yang mengedepankan aspek kesehatan,” ujarnya. Direktur Pemasaran Pariwisata Regional 1, Kemenparekraf/Baparekrar, Vinsensius Jemadu menambahkan, famtrip ini sebagai upaya pemerntah mempersiapkan destinasi wisata untuk dapat dikunjungi kembali ketika pandemi berakhir. Menurutnya, pandemi mengubah perilaku dan kebutuhan wisatawab dalam melakukan perjalanan wisata.

“Pandemi ini mengubah kebutuhan wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata. Tak lagi sekadar aksesibilitas, atraksi dan amenitas, tetapi juga aspek keselamatan dan kesehatan menjadi perhatian utama wisatawan dalam menentukan obyek wisata yang akan dituju,” tutur dia.

Kegiatan ini ingin memastikan kebutuhan wisatawan dapat terpenuhi pada obyek-obyek wisata di Indonesia, khususnya di Kabupaten Banyuwangi. “Kami ingin memastikan jika protokol kesehatan telah berjalan dengan baik agar dapat tersampaikan kepada masyarakat,” ujar Vinsensius. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *