Hariyadi Sukamdani Sebut Infrastruktur dan Pariwisata Jadi Andalan Presiden Jokowi

oleh -1,153 views
oleh

JAKARTA – Dua kekuatan ini akan mengubah wajah Indonesia dan menjadi masa depan bangsa di era kreatif, yakni Infrastruktur dan Pariwisata. Setiap Presiden Jokowi menyelesaikan infrastruktur, di situlah simpul pariwisata hidup dan berkembang pesat. Lalu aktivitas ekonomi bergulir, dan impactnya menetes sampai ke bawah.
Beruntung Presiden Jokowi memiliki “arsitek pariwisata” yang handal, seperti Menpar Arief Yahya. Dia cepat menterjemahkan apa yang dimaui presiden dengan cepat dan cerdas. Pesona Indonesia dan Wonderful Indonesia saat ini terus menjadi bahan perbincangan, karena sukses membuat jutaan orang di tanah air semakin sadar sesadar-sadarnya, bahwa core economy bangsa ke depan adalah sector pariwisata.

Kali ini dicontohkan oleh Ketua Perhimpunan Hotel Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani. Pembangunan infrastruktur itu sangat penting untuk membuat pariwisata semakin maju. “Bukan hanya memudahkan aktivitas orang perorang, tetapi juga penting buat sektor industri pariwisata. Karena, perpindahan orang antar destinasi menjadi sangat mudah dan cepat,” papar Haryadi yang juga pemilik Sahid Group ini, Minggu (23/6).

Hariyadi mencontohkan di jalur laut Selat Sunda. Jarak tempuh antara Pelabuhan Merak Banten dan Bakauheni Lampung menjadi sangat dekat. Dulu, rute laut ini ditempuh dalam waktu 2,5 hingga 3 jam. Namun, ketika Dermaga Eksekutif di-bround breaking langsung oleh Presiden Joko Widodo, dan dibangun dengan sangat bagus, maka perjalanan menjadi hanya 45-60 menit saja.

Ada perubahan yang sangat signifikan. Orang menggunakan transportasi laut juga makin nyaman dan arus pergerakan orang semakin besar. Fasilitasnya seperti mal, inilah dermaga termegah di Indonesia. Kenyamanan penumpang nomor satu. Bahkan, untuk naik ke kapal penumpang, menggunakan garbarata yang umumnya terpasang di bandara.

“Selat Sunda ini sangat vital. Karena menjadi jalur distribusi dari Pulau Jawa ke Sumatera dan begitu sebaliknya. Namun akses ini dibuat sangat lancar oleh Presiden Jokowi. Saat mudik lalu, tingkat kemacetan pun berkurang jauh. Kenyamanan semakin tinggi,” katanya.

Tidak hanya sampai di situ, lanjut Hariyadi Sukamdani, kenyamanan akses juga dirasakan begitu turun dari kapal. Pelabuhan Bakauheni terhubung dengan Tol Lampung, jalur bebas hambatan pertama di Provinsi Lampung. “Ini kenyataan. Jawa dan Sumatera semakin nyambung dengan infrastruktur yang nyambung antara laut dan tol darat,” ungkapnya.

Dan yang lebih dahsyat, tol darat Lambung itu juga terkoneksi langsung dengan Bandara Radin Inten II. Jarak tempuhnya sangat ideal, hanya sekitar 50 menit hingga 1 jam. Kini sudah ada bus Trans Lampung yang melayani rute Bandara Radin Inten II – Pelabuhan Bakauheni. Rute yang tidak banyak ditemui di daerah lain.

Lalu, Bandara Radin Inten Lampung sendiri sudah bertransformasi di era Presiden Jokowi. Bandara ini sudah berubah menjadi international airport. “Kemudahan ini akan berdampak bagus buat daerah-daerah sekitar infrastruktur. Jalan Tol Sumatera saat ini sampai Lampung, tentu akan semakin dahyat ketika tembus hingga Sumatera Selatan,” katanya.

Rumus Menpar Arief Yahya dalam pengembangan destinasi selalu menggunakan 3A, yakni Atraksi, Akses, dan Amenitas. 3A inilah yang terus dikebut untuk menjadikan Banten dan Lampung sebagai destinasi yang kuat. Lampung juga semakin connect dengan Banten, ketika akses Merak-Bakauheni kuat terintegrasi dengan penyeberangan yang lancar. Gunung Krakatau, sebagai kekuatan atraksi wisata saat ini bahkan dimiliki oleh Banten maupun Lampung. Kedua provinsi memiliki event dengan menjadi nama Krakatau sebagai tittle-nya.

“Saat recovery program bencana Selat Sunda pun, kita selalu melibatkan dua provinsi sekaligus, Banten dan Lampung. Karena sama-sama terdampak, sama-sama menjadikan Krakatau sebagai ikon, sama-sama mengandalkan wisata bahari di Selat Sunda,” ungkap Arief Yahya.

Menpar Arief Yahya juga menjelaskan, infrastruktur dan pariwisata itu dua sisi yang saling mendukung dan melengkapi. Dia mencontohkan destinasi prioritas, Danau Toba Sumatera Utara. Ketika infrastruktur Bandara Silangit dibangun, kapasitas terminalnya diperbesar, runway diperpanjang dan diperlebar, apron untuk parker pesawat diperlebar, sehingga akses melalui udara ke Danau Toba semakin terbuka lebar.

Lalu, lanjut Menpar Arief Yahya yang mantan dirut PT Telkom ini, jalur tol dari Kuala Namu-Tebing Tinggi juga sudah dibangun.

Menyusul, Tebing Tinggi – Pematang Siantar, dan pelebaran akses dari Pematang Siantar – Parapat. Rencananya, inner ring road, outer ring road juga akan dikembangkan di Danau Vulkanik terbesar dan terdalam di dunia itu.

Meskipun belum 100%, progress membangun infrastruktur itu, tetapi pertumbuhan di Danau Toba sudah signifikan. “Delapan Kabupaten di sekeliling Danau Toba bertumbuh PAD-nya, hingga 80%, sejak disentuh Pariwisata dan dibangun infrastruktur,” jelas Arief Yahya yang lulusan ITB Bandung, Surrey University UK, dan Doktor di Unpad Bandung itu.

Cerita yang sama juga terjadi di Belitung, Prov Babel. Sejak Tanjung Kelayang ditetapkan sebagai Destinasi Prioritas atau 10 Bali Baru, lalu dibangun bandaranya, dinaikkan statusnya menjadi international airport, infrastruktur perhubungan jadi makin kuat, maka Belitung tumbuh signifikan. “Menurut Pak Bupati Belitung, pertumbuhan PAD-nya, lebih dari 300% dari sebelumnya,” jelas Arief Yahya.

Kisah yang sama juga terjadi di Labuan Bajo, NTT. Tempat destinasi prioritas atau 10 Bali Baru yang ikonnya komodo itu. Industri di sana juga bertumbuh pesat, sampai-sampai PAD yang tahun 2017 hanya Rp 70M, naik hampir 100% di tahun 2018 tembus Rp 135M. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *