Ini Dia 3 Misi Menpar Arief Yahya di FITUR Madrid

oleh -1,651 views
oleh

SUARAJATIM.CO.ID, MADRID – Kali ini, ada 3 misi utama yang dibawa Menpar Arief Yahya bersama rombongan ke FITUR 2019 Madrid, Spanyol, 22-24 Januari 2019. Pameran industri pariwisata terbesar ketiga dunia, setelah ITB Berlin dan WTM London. Tentu, selain ordinary program yang selalu dilakukan di setiap travel mart, yakni membawa industri untuk sales mission, table talk, business matching di Pavilion Wonderful Indonesia.

Tiga misi utama Menpar Arief Yahya ke Madrid kali ini adalah mempresentasikan MPD – Mobile Positioning Data, STD-STO-STC Sustainable Tourism Program, dan Homestay-Desa Wisata.

Tiga misi itu sekaligus mengangkat pamor Indonesia dalam peta pengembangan pariwisata dunia. Persis seperti yang diharapkan Presiden Jokowi, agar pariwisata Indonesia terus melambung dan mendunia. “Pariwisata itu memiliki dampak ekonomi yang menetes sampai ke bawah,” kata Presiden Jokowi yang sudah viral di mana-mana.

Presiden Jokowi ingin mambawa Indonesia menuju SDGs – Sustainable Development Goals. Lalu apa misi yang dibawa Menpar Arief Yahya itu? Pertama, menduniakan MPD – Mobile Positioning Data, cara terbaru menghitung jumlah wisman dengan teknologi digital. “Jauh lebih akurat, lebih mudah, lebih murah, dan tidak ada campur tangan manusia,” sebut Menpar Arief Yahya.

Semua sudah mechine to mechine, secara otomatis dicapture data oleh alat dengan teknologi selular. Indonesia sudah menguji coba teknik baru ini sejak 2016, dan sudah diasistensi bersama UNWTO-United Nation World Tourism Organization. Lembaga dunia atau PBB-nya pariwisata yang memiliki 158 members negara di dunia. Juga 6 asosiasi internasional dan 500 anggota afiliasi yang terdiri dari swasta, lembaga pendidikan, asosiasi Pariwisata dan otoritas Pariwisata local.

Karena dikerjakan dengan teknologi, maka MPD bekerja 24 jam sehari, 7 hari seminggu, 30-31 hari sebulan, 12 bulan setahun non stop. Jauh lebih up to date, daripada survei atau bahkan sensus. “Saya juga sudah presentasikan MPD di ATF 2019, ASEAN Tourism Forum pekan lalu di Ha Long Bay City, Vietnam, 16-18 Januari 2019, dan banyak negara yang ingin menerapkan MPD,” jelas Arief Yahya, Menpar yang sangat digital itu.

Arief Yahya memang orang teknologi, mantan Dirut PT Telkom Indonesia yang saat itu mengembangkan digital. “Saya meyakini teknologi ini bisa diterapkan di seluruh dunia, dan UNWTO sudah mengakuinya. Kami sudah berkali-kali berdiskusi dan FGD dengan UNWTO, terutama yang expert di teknologi. Dan mereka merekomendasi sebagai cara baru dalam tourism statistics,” ungkap Menpar Arief.

Di FITUR 2019 ini, Menpar Arief Yahya akan membawa konsep ini kembali ke ministerial forum di level UNWTO.

Kedua, misi yang akan dibawa ke FITUR Madrid 2019 adalah soal komitmen Indonesia dalam mengembangkan konsep STD Sustainable Tourism Development, Sustainable Tourism Observatory (STO), dan menuju Sustainable Tourism Certification (STC). Selama tiga tahun terakhir, Kemenpar cukup getol membangun konsep pengembangan Pariwisata berkelanjutan itu.

Bahkan Menpar Arief Yahya membentuk Tim Percepatan Pariwisata Berkelanjutan sendiri yang diketuai Valerina Daniel. “Kami berkomitmen untuk mengembangkan STD, sejak 2016, melalui SK Menpar no 14/2016. Lalu membangun 5 model STO, yang menjadi bagian dari UNWTO. Indonesia merupkan Negara kedua se Asia Pasifik, setelah China yang membangun STO,” jelasnya.

Ke-5 STO yang masuk dalam network INSTO itu adalah: Pangandaran (bersama ITB Bandung), Sleman Jogjakarta (dengan UGM), Sasaot Lombok (dengan Universitas Mataram), Samosir (dengan Universitas Sumatera Utara), dan Sanur Bali (dengan Universitas Udayana).

Setelah 5 lokasi berjalan, kini dikembangkan 7 titik lagi, yang semua berada di kawasan yang sedang dikembangkan sebagai 10 Bali Baru, atau 10 Destinasi Prioritas. Diantaranya, Tanjung Lesung Banten (dengan Universitas Indonesia), Tanjung Kelayang Belitung (dengan IPB Bogor), Kepulauan Seribu Jakarta (dengan Universitas Pancasila), Bromo Tengger Semeru – BTS (dengan Unair Surabaya), Labuan Bajo Komodo (dengan Universitas Flores), Wakatobi Sultra (dengan Universitas Hasanuddin Makassar) dan Morotai Maluku Utara (dengan Universitas Khairun).

Tahap berikutnya, kata Menpar Arief Yahya, Kemenpar membentuk ISTC – Indonesia Sustainable Tourism Council, untuk menyusun guidelines dan program sertifikasi. Kemenpar menggandeng GSTC, membuat ToT – Training of Trainners, dan mengeluarkan sertifikat Pariwisata berkelanjutan.

Misi ketiga, lanjutnya, adalah program homestay-desa wisata. Ada 17.508 pulau di Indonesia, 75.000 desa, dan Kemenpar bersama Kemendes menargetkan 2000 desa wisata. Tahun 2018, baru 1.734 desa. Tahun 2019 ini mentargetkan 10.000 homestay di 10 destinasi prioritas. Selama 2017-2018, sudah menyentuh di 2.938 homestay. Diantaranya, mengubah menjadi homestay 2640 unit, merenovasi 203 unit, dan membangun baru 95 unit.

Pengembangan homestay dan desa wisata itu akan semakin memperkuat bahwa Pariwisata itu dampak ekonominya menetes sampai ke bawah. Persis yang visi Presiden Jokowi. Juga inline dengan konsep UNWTO dalam mendefinisikan sustainable tourism development. “Saya sering menggunakan istilah ECE – Environment, Community, dan Economic Value. Atau dengan bahasa yang lebih mudah 3P, Planet People Prosperity,” ungkap Arief Yahya.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *