Isu Strategis Geopark Ciletuh Palabuhanratu Mulai Dibenahi Tata Kelolanya

oleh -544 views
oleh

JAKARTA – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) mendorong stakeholder pariwisata di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat untuk mengidentifikasi isu-isu strategis pengembangan tata kelola destinasi pariwisata di Geopark Ciletuh Palabuhanratu sebagai upaya percepatan pengembangan destinasi wisata daerah.

Direktur Kelembagaan Kemenparekraf/Baparekraf dalam pernyataanya di Jakarta, Rabu (11/11/2020) Reza Fahlevi menjelaskan, Kemenparekraf telah memfasilitasi para stakeholder pariwisata di Sukabumi pada 4-5 November 2020 lalu melalui kegiatan “Rapat Koordinasi Penguatan Tata Kelola Kelembagaan Geopark Ciletuh Kabupaten Sukabumi” untuk mengidentifikasi isu-isu mulai dari pembangunan infrastruktur hingga tata kelola destinasi pariwisata yang berkelanjutan berbasiskan proses mulai dari perencanaan sampai operasional dan pemantauan.

“Isu-isu yang diidentifikasi oleh stakeholder mulai dari amenitas, produk, pemasaran, regulasi, lembaga, hingga souvenir. Kemenparekraf ingin mendukung, salah satu bentuk dukungan tersebut dimulai melalui identifikasi. Rencana apa yang dapat kita kerjakan bersama-sama, selain ada identifikasi, asesmen dilanjutkan hingga perencanaan secara partisipatif. Hal tersebut akan dilakukan secara berkala, agar keseluruhan geosites tercakup keterlibatan dan keuntungan sosial bagi masyarakat yang lebih luas” ujarnya.

Saat kegiatan Rapat Koordinasi Penguatan Tata Kelola Kelembagaan Geopark Ciletuh Kabupaten Sukabumi juga mengundang dan dihadiri Perwakilan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat, Perwakilan Bappeda Kabupaten Sukabumi, Perwakilan Dinas Pariwisata Kabupaten Sukabumi, Ketua Harian Badan Pengelola CPUGGp, JISTRA Sukabumi dan beberapa praktisi seperti Prof.Dr.Yuwana Mardjuka, Benjamin Abdurahman, Robby Ardiwidjaja, Torang Nasution, serta Koordinator Kelembagaan Regional II Kemenparekraf Hendry Noviardi.

Selain itu ada juga perwakilan dari Ikatan Homestay Ciletuh, PAPSI, Ketua Pokdarwis Kab. Sukabumi, Ketua HPI Kab. Sukabumi, Ketua ASITA, Ketua TP3TP, Kepala BBKSDA, Kepala Balai TNGHS, Ketua Balawista Kab. Sukabumi, Geopark Ranger Curug Cimarinjung, Geopark Ranger Curug Sodong, Geopark Ranger Pantai Palangpang, Geopark Ranger Konservasi Penyu, Geopark Ranger Puncak Darma, Geopark Ranger Geyser Cisolok, Geopark Ranger Surade, Geopark Ranger Cimaja, Geopark Ranger Pulau Kunti, Ketua Pokdarwis Desa Wisata Hanjeli.

Reza Fahlevi menjelaskan geopark nasional Ciletuh Palabuhanratu dianugerahi predikat Unesco Global Geopark (UGGp) pada 17 April 2017 dan akan berakhir pada 17 April 2022. Untuk itu perlu peran serta berbagai pihak untuk sama-sama memanfaatkan nama Ciletuh yang sudah mendunia dengan memanfaatkannya sebaik mungkin dan mempertahankanya melalui proses revalidasi yang akan dilakukan pada awal tahun 2021.

“Proses revalidasi sebagai upaya untuk mengevaluasi apakah warisan geologi ini dipelihara dan dilestarikan. Dari sisi promosi, wisatawan sudah tahu namun bagaimana kawasan ini agar dapat memberikan manfaat pariwisata yang lebih besar bagi masyarakat. Melihat potensinya tidak jauh dari Jakarta, apa yang akan dinikmati, atraksi apa yang dapat dinikmati untuk menuju UGGp merupakan proses panjang namun sekarang bagaimana kita mengisinya,” kata Reza.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sukabumi Usman Jaelani menjelaskan, Geopark Ciletuh ini paling dekat dengan Ibukota sehingga pemerintah pusat dapat mendukung pengembangan pariwisata di kawasan Ciletuh Palabuhanratu Unesco Global Geopark (CPUGGp) Kabupaten Sukabumi.

“Geopark Ciletuh bukan miliki Kabupaten Sukabumi lagi, namun telah menjadi milik UNESCO sehingga diperlukan revalidasi 4 tahun sekali. Oleh karena itu dinas pariwisata selalu mendorong legislatif di pemerintah pusat dan daerah untuk memperjuangkan kawasan ini menjadi KSPN (Kawasan Strategis Pariwisata Nasional) sehingga pemda Sukabumi tidak mengalami kesulitan dalam penganggarannya,” ujarnya.

Sementara itu, Torang Nasution menjelaskan Geopark Ciletuh dapat mengembangkan perekonomian secara berkelanjutan melalui kegiatan Geowisata ini, bukan hanya edukasi geologi, pengetahuan mengenai konservasi juga akan tertanam seiring dengan berjalannya konsep wisata ini. Pengembangan kawasan Geopark Ciletuh harus menjadi prioritas karena memiliki potensi pariwisata yang luar biasa. Di kawasan seluas 37 ribu kilometer persegi, berbagai potensi daya tarik wisata bisa dikembangkan seperti air terjun, puncak gunung, dan pantai.

“Selain kembangkan potensi wisata yang ada, Geopark Ciletuh pun akan dibenahi dari sisi fasilitas seperti perbaikan jaringan sinyal internet. Jadi, nantinya jika sudah dibenahi dengan baik, wisatawan yang berkunjung akan merasa nyaman. Serta dibuatnya masterplan yang didalamnya terdapat _travel pattern_ dan unsur _story telling_ yang kuat,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *