Jadi Puseur Budaya Sunda, Sumedang Gelar Ngadu Bako untuk Kembangkan Pariwisata

oleh -696 views
oleh

SUMEDANG – Pengembangan sektor pariwisata menjadi salah satu fokus pembangunan di Sumedang. Untuk memantapkan hal itu, digelar Ngadu Bako 2020, di Palataran Gedung Dinas Parbudpora Kabupaten Sumedang, 22 Februari 2020. Acara ini mengundang unsur pentahelix, termasuk di dalamnya para pelaku kesenian dan pariwisata.

Ngadu Bako 2020 mengambil tema Optimalisasi Sumedang Puseur Budaya Sunda dan Pengembangan Destinasi Pariwisata untuk Kesejahteraan Masyarakat Sumedang. Acara digelar dengan tujuan meningkatkan serta mengingatkan kembali bahwa Sumedang merupakan Pusat Kebudayaan Sunda. Hal ini perlu dilestarikan, sekaligus sebagai implementasi pariwisata berkelanjutan.

Tampil sebagai pembicara, Direktur Pengembangan Destinasi Regional II, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Wawan Gunawan. Beliau mengangkat tema Menciptakan Destinasi Pariwisata Baru yang Berbasis Masyarakat Lokal, Budaya, dan Ekonomi Kreatif.

“Tema ini dipilih karena pariwisata tidak akan berjalan tanpa adanya masyarakat lokal. Tinggal bagaimana jiwa kreatif masyarakat untuk mengolah pariwisata, agar dapat menjadi sarana peningkatan ekonomi masyarakat,” tutur Wawan yang juga sebagai Ki Dalang Wawan Ajen dengan bendera kebesarannya Wayang Ajen.

Dijelaskannya, hal ini sejalan dengan analisa Presiden RI, bahwa Indonesia memiliki beberapa kelebihan terkait pariwisata. Seperti Daya Saing Harga, Prioritas Kebijakan, Daya Tarik Alam dan Budaya, Keterbukaan dan Kunjungan Bisnis.

Oleh karena itu, Wawan berharap pengembangan destinasi pariwisata harus melibatkan masyarakat sekitar.

“Masyarakat harus berperan aktif dan berkontribusi dalam pengembangan dan peningkatan SDM. Sehingga tidak hanya menjadi penonton, namun turun merasakan dampak peningkatan ekonomi karena geliat pariwisata,” tuturnya.

Dalam hal Budaya, Wawan menilai Sumedang tak perlu diragukan. Sebab, Sumedang memiliki potensi Budaya yang amat luar biasa hingga mendapat julukan ‘Puseur Budaya Sunda’.

Beberapa kebudayaan khas Sumedang yang mendunia dan menjadi daya tarik, diantaranya Kuda Renggong, Tari Umbul, Upacara Seren Taun, hingga makanan khas Sumedang yaitu Tahu dapat dijadikan daya tarik yang sangat menjual hingga ada Festival Tahu Sumedang. Event ini yang juga mendapat dukungan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Selain Wawan, kegiatan ini menghadirkan Narasumber Kepala Disporapar Sumedang Kang Hari Tri Santosa AP. Ia yang berbicara terkait arah kebijakan Pemda Sumedang menuju Kota/Kabupaten Pariwisata dan SPBS untuk kemajuan Masyarakat Sumedang. Dilanjutkan nara sumber Wakil Ketua DPRD Sumedang Ir. Edi Askari, yang membahas pemanfaatan hasil karya budaya Sumedang yang merujuk pada SPBS atau Sumedang Puseur Budaya Sunda, Acara Ngadu Bako kali ini ditutup dengan makan nasi Liwet.

Dari kegiatan ini, ada beberapa rekomendasi untuk mengembangkan destinasi pariwisata Kabupaten Sumedang yaitu, peningkatan 3A.

“Sumedang membutuhkan Atraksi yang unik dan khas sehingga menjadi icon. Begitu juga Amenitas yang harus didukung dengan pengadaan jaringan telekomunikasi yang baik, pengelolaan sampah dan limbah di destinasi wisata, destinasi wisata berbasis mitigasi bencana. Yang tidak kalah penting adalah Aksesibilitas seperti percepatan pembangunan Tol Cisumdawu yang meningkatkan konektivitas,” ulasnya.

Selain itu, Sumedang juga harus meningkatkan promosi wisata dan pelaksanaan event bertaraf internasional; peningkatan kualitas SDM Masyarakat; sinergitas pentahelix; dan penerapan pariwisata berbasis ekonomi kreatif dan berkelanjutan di Sumedang.

Acara Ngadu Bako 2020 turut dihadiri Sekda Sumedang Herman Suryatman yang memberikan paparan terkait keberadaan dan kebijakan pengembangan pariwisata Sumedang. Acara semakin meriah dengan penampilan seni dari berbagai sanggar di Sumedang yang diantaranya adalah penampilan Mojang Jajaka (Moka) sebanyak 4 pasang.

Yang tidak kalah memukau adalah atraksi Kesenian upacara Pamapag, seni reak kreasi dari Desa Kaduwulung Kec Situraja, Kesenian Rajah dan Tarawangsa oleh Pupun dan Krisna Supriatna dan Ki Petir Sakiah Hendro, Kesenian Tutunggulan dari Desa Kaduwulung Kec Situraja, Wayang golek Ki Dalang Adi Sumanjaya Gunaya, dari Desa Haurngombong Kecamatan Pamulihan Sumedang, diiringi kacapi oleh Kang Lili dari Desa Ciptasari Sumedang.

Tari Topeng kontemporer oleh Kang Deden dkk, Teater lentera Absurd, juga ada Pameran Ekonomi Kreatif yang diisi oleh Desa Margamukti Kec. Sumedang Utara dan Desa kaduwulung serta Bumdes Citali Kec. Pamulihan

“Pariwisata Sumedang akan maju dengan kekuatan budaya. Namun tetap menperhatikan pengemasan produk wisata tersebut dan didukung dengan dukungan CEO sejalan dengan pentahelix, termasuk masyarakat lokal memiliki visi untuk memajukan pariwisata. Penggerakan masyarakat lokal menjadi masyarakat yang sadar pariwisata juga berarti menggerakan ekonomi kreatif masyarakat,” kata Wawan.(****)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *