Jogja Internasional Travel Mart Kembali Digelar, Yogyakarta Siap Dikunjungi Wisatawan

oleh -377 views
oleh

YOGYAKARTA – Jogja Internasional Travel Mart kembali dihelat. Event tahunan ini akan diselenggarakan pada 10 November 2020. Lounching event ini telah dilakukan pada acara gathering yang mengambil tempat di Hotel Harper Yogyakarta. Kepala Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Singgih Raharjo menjelaskan, ada belasan buyer dan puluhan seller yang diundang pada event tersebut. “Kali ini kami mengundang 19 buyer dan 30 seller dari Yogyakarta. Ad 20 atau 30 negara juga kita undang. Walaupun batasan bepergian belum dibuka, tapi kita mencoba memberitahu apa saja produk-produk kita yang akan ditawarkan kepada mereka,” kata Singgih di sela acara, Sabtu (7/11/2020).

Digelar di tengah pandemi, Singgih menyadari Jogja Internasional Travel Mart minim transaksi. Bagi Singgih, dalam situasi ini ia hendak mencoba memberikan gambaran bagi para pelaku usaha di dalam dan luar negeri mengenai kesiapan destinasi dan usaha pariwisata Yogyakarta setelah pandemi usai. “Ini adalah event tahunan yang pada tahun ini kita lakukan secara virtual dengan development system sendiri. Yang ingin kita bangun adalah experience para seller dan buyer itu seperti virtual secara offline,” tuturnya.

Nantinya, para seller akan dibuatkan booth masing-masing. Venue acara juga didesain memiliki ballroom. Para buyer juga bisa mengunjungi booth-booth milik seller meskipun dilakukan secara virtual. “Mereka juga bisa mengambil brosur di booth para seller. Yang kita bangun sebetulnya adalah digital experience-nya. Tidak hanya sekedar tukar-menukar informasi, tapi bagaimana kita membuat sebuah format travel mart yang baru,” ujar Singgih.

Ia melanjutkan, program yang dirancang oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) sejauh ini amat mendukung program pemulihan ekonomi sektor pariwisata di Yogyakarta. “Program Kemenparekraf ini menjadi pendorong buat kami pada saat pemulihan destinasi. Kami di daerah memiliki program itu, kemudian Kemenparekraf dengan program BISA (Bersih, Indah, Sehat dan Aman) mengakselerasi apa yang kita lakukan di daerah,” papar Singgih.

Pun halnya dengan verifikasi. Ketika pihaknya memastikan suatu destinasi betul-betul memiliki SOP dan SDM yang andal, Kemenparekraf dengan program sertifikasi CHSE-nya dianggap amat tepat dalam membangun kerja bersama menyiapkan panduan dan pedoman wisata saat pandemi, baik kepada pengelola maupun wisatawan. “Dengan sertifikasi itu suatu destinasi wisata sudah dapat label nasional bahkan internasional. Ini tentu menambah kepercayaan diri kami. Ditambah pengelola wisata menjalankan protokol kesehatan dengan disiplin, itu menumbuhkan kepercayaan wisatawan untuk datang ke Yogyakarta,” urai Singgih.

Dengan berbagai persiapan yang dilakukan, ia optimistis industri pariwisata di Indonesia, khususnya Yogyakarta akan segera pulih. Hal itu pula yang mendorongnya melaksanakan Jogja Internasional Travel Mart sebagai ruang sosialisasi produk dan menumbuhkan kepercayaan wisatawan untuk datang berkunjung.

Direktur Pemasaran Regional I Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf/Baparekraf, Vinsensius Jemadu menuturkan, selama ini Yogyakarta selalu terlintas dalam benak wisatawan untuk menjadi destinasi berlibur. Yogyakarta selalu menarik minat wisatawan dalam dan luar negeri untuk berkunjung. Namun, pandemi COVID-19 menjadi ganjalan bagi hal itu. Diakuinya, pandemi COVID-19 memberikan dampak yang luar biasa pada sektor pariwisata. “Tidak hanya pada tingkat nasional dan regional, bahkan down hingga tingkat global. Sejak Mei lalu, Kemenparekraf menyiapkan beberapa skema agar pelaku pariwisata tak semakin terpuruk,” ulas dia.

Salah satunya adalah dengan mendayagunakan ribuan kamar-kamar hotel di beberapa daerah obyek wisata untuk tenaga kesehatan. Hal itu dilakukan sebagai bentuk kontribusi pemerintah yang hadir di tengah-tengah situasi sulit akibat pandemi tersebut. Skema lainnya adalah memberikan sertifikasi gratis memenuhi standar kesehatan kepada hotel, restoran, destinasi dan obyek wisata. “Jumlahnya ada delapan ribu pelaku usaha di 34 provinsi yang akan diberikan sertifikasi gratis,” tuturnya.

Tak sampai di situ, skema stimulus paket diskon wisata juga telah disiapkan. Rencananya program tersebut akan diluncurkan awal tahun depan. “Kami lakukan kerja sama dengan Traveloka. Saat ini masih tahap soft selling, karena telah terbukti Netizen sangat vokal dan keras terhadap kebijakan mengajak berlibur di masa pandemi. Padahal, pariwisata itu DNA-nya adalah wisata. saat wisata berhenti, semua pasti sektor yang lain berhenti,” tutur Vinsensius Jemadu. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *