Kampanye We Love Bali Tonjolkan Arsitektur Klasik Pura Beji Sangsit

oleh -401 views
oleh

BULELENG – Perjalanan Familiarization Trip (Famtrip) We Love Bali Kemenparekraf/Baparekraf melanjutkan eksplorasinya pada Senin (07/12/2020). Setelah menjelajah dan berswafoto di kawasan wisata eks Pelabuhan Buleleng, puluhan peserta program 1 diberi kesempatan lagi menikmati keunikan wisata religi serta budaya di Pura Beji Sangsit di Kabupaten Singaraja.

Bukan Beji di Kota Depok sebagai kota penyangga DKI Jakarta lho. Tapi ada Beji juga di Bali. Ya, Pura Beji Sangsit jadi satu dari sekian banyak pura unik yang bisa ditemukan di Pulau Dewata, Bali. Pura ini merupakan salah satu pura kuno dengan desain arsitektur klasik yang masih terjaga keasliannya hingga sekarang.

Konon, Pura Beji Sangsit merupakan sebuah pura yang dibangun dengan tujuan untuk menyembah Dewi Sri yang tak lain merupakan Dewi Kesuburan atau kemakmuran dalam kepercayaan umat Hindu. Masyarakat yang tinggal di sekitar pura biasa melangsungkan upacara permohonan keselamatan dan kesejahteraan kepada Ida Sang Hyang Widhi yang dianggap hadir dalam bentuk manifestasi Dewi Ayu Manik Galih, Dewi Sri, dan Dewi Braban di Pura Beji.

Pura ini, bagi masyarakat Bali, memang punya nilai penting sebagai bagian dari konsep religi yang mereka percayai. Bagi para wisatawan, pura ini juga menjadi destinasi wisata religi yang tak kalah unik. Apalagi, desain arsitektur yang dimiliki oleh Pura Beji memiliki keunikan dibandingkan dengan pura lain yang ada di Bali.

Keunikan pertama yang bakal Anda saksikan di pura ini adalah desain bangunan yang terlihat simetris. Bagian simetris dari pura itu bakal terlihat sangat cantik dalam jepretan sebuah kamera. Anda juga akan mendapati bahwa bangunan pura ini terbagi menjadi 3 bagian, yakni Nisata Mandala (luar), Madya Mandala (tengah), dan Utama Mandala (jeroan).

Pada bagian luar, Anda akan mendapati bale kulkul yang terlihat begitu menjulang. Sementara itu, di lokasi antara bagian luar dan tengah, Anda akan mendapati ukuran serta relief berseni tinggi. Selain itu, ada pula satu keunikan yang bisa dijumpai di sini, yakni keberadaan patung asing yang konon merupakan warga Belanda. Dua patung tersebut digambarkan tengah memegang rebab dan gitar yang terletak di jeroan pura.

Selain memiliki desain arsitektur unik, pura ini juga menawarkan suasana yang begitu rindang. Di sekeliling pura, terdapat pepohonan yang memberikan kesejukan tersendiri. Hal tersebut, membuat pura ini tak hanya menawarkan suasana unik, tapi juga nyaman bagi para pengunjung.
Dijelaskan oleh Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Event) Kemenparekraf/Baparekraf, Rizki Handayani, ukiran khas Buleleng menjadi ciri khas Pura Beji Sangit untuk menggiring wisatawan berkunjung ke kawasan wisata di utara Bali.

Ditambahkan Rizki, kampanye We Love Bali sekaligus memperkenalkan dan mengedukasi penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE yaitu cleanliness (kebersihan), health (kesehatan), safety (keamanan), dan environment friendly (ramah lingkungan),” imbuhnya.

We Love Bali menjadi bukti komitmen besar Kemenparekraf/Baparekraf. Menaikan lagi branding-nya, eksplorasi masif digulirkan melalui ‘We Love Bali’. 10 Program Famtrip yang telah dilaksanakan selama selama 2 bulan terakhir kini memasuki pengujung dan dilaksanakan pada 6-8 Desember 2020.
Program We Love Bali jadi penegas implementasi CHSE (Cleanlinnes, Health, Safety, dan Environment Sustainability). Kemasannya melalui Familiarization Trip (Famtrip) media nasional dengan zonasi 5 destinasi utama Pulau Dewata. Secara keseluruhan program ini telah melibatkan 409 pelaku industri pariwisata dan ekonomi kreatif, 8.421 tenaga kerja serta 4.800 peserta dari masyarakat umum yang berasal dari Provinsi Bali.

Dijelaskan pihak Kemenparekraf/Baparekraf bahwa implementasi penerapan CHSE melalui program ‘We Love Bali’ ini merupakan salah satu bentuk dukungan kepada para pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif termasuk hotel, usaha perjalanan wisata, usaha transportasi, pemandu wisata, restoran, daerah tujuan wisata, UMKM, dan lainnya.

Program ini melibatkan 13 Professional Conference Organizers (PCO) dan 26 Biro Perjalanan Wisata yang bernaung dibawah ASITA Bali (Association of Indonesian Travel Agents/ Asosiasi Perjalanan Wisata Indonesia), 30 guide yang bernaung dibawah HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia), sejumlah hotel dan restoran yang bernaung dibawah PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia), sejumlah perusahaan transportasi yang bernaung dibawah PAWIBA (Persatuan Angkutan Pariwisata Bali) dan daya tarik wisata yang bernaung dibawah PUTRI (Asosiasi Pengelola Obyek Wisata).

We Love Bali juga melibatkan sekitar 4.750 peserta untuk melakukan trip keliling Bali selama 3 hari 2 malam dan menginap secara bergiliran di kawasan-kawasan pariwisata yang ada di Bali.
Adapun syarat peserta antara lain hanya dapat mengikuti satu kali kegiatan, aktif sebagai pengguna media sosial minimal salah satu dari platform; Facebook, Instagram, Twitter, Youtube, ataupun Tiktok, memiliki kegemaran aktivitas diluar ruangan seperti berenang, snorkeling, trekking, hiking, bersepeda, dsb, serta memahami dan mampu menerapkan protokol kesehatan.
Peserta juga dituntut mempublikasikan aktivitas yang dilakukan selama mengikuti kegiatan dalam bentuk foto, video, ataupun artikel yang mengedepankan norma kesopanan dan menerapkan protokol kesehatan dan bersedia apabila digunakan oleh Kemenparekraf untuk materi promosi pariwisata.

Adapun peserta dibagi menjadi kelompok perjalanan (trip) dimana setiap kelompok terdiri dari 40 orang. Perjalanan dilakukan dengan menggunakan 2 kendaraan bus, masing-masing bus kapasitas 40 kursi hanya berisi maksimal 20 penumpang yang melalui 1 rute perjalanan. Destinasi wisata yang dikunjungi adalah destinasi wisata yang sudah populer maupun yang merupakan destinasi baru di seluruh penjuru Bali. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *