Kembangkan Wisata Pertanian Organik Sistim Agroponik, GENPPARI-GETAHPALU Desain Konsep Sawah di Atas Awan

oleh -1,567 views
oleh

BANDUNG – Konsep destinasi pariwisata baru coba dihadirkan Gerakan Nasional Pecinta Pariwisata Indonesia (GENPPARI).

Dengan menggandeng Komunitas Gerakan Ketahanan Pangan Keluarga (GETAHPALU) Nusantara, GENPPARI mengembangkan Wisata Argoponik yang akan menjadi cikal bakal destinasi kekinian berupa sawah di atas awan.

Konsep ini mendapatkan dukungan dari Asdep Pengembangan Destinasi Regional II Kemenparekraf Wawan Gunawan.

“Sebuah langkah yang luar biasa. Karena ada kreativitas di dalamnya, merupakan sebuah terobosan, disertai ide-ide kreatif seperti ini sangat dibutuhkan, khususnya untuk mendukung pengembangan destinasi kekinian yang bersifat milenial sehingga diyakini akan mendongkrak minat dan kunjungan wisatawan dalam dan luar negeri.

“Destinasi Wisata Agroponik akan turut menambah jenis dan ragam objek wisata. Sehingga wisatawan juga memiliki banyak pilihan objek wisata untuk dikunjungi”.

Disamping itu, destinasi Wisata Agroponik yang memiliki fitur kekinian, keren dan unik dengan sentuhan teknologi akan menjadi wahana edukasi pertanian modern yang tepat untuk menumbuhkan minat generasi milenial sebagai regenerasi dari para petani konvensional yang dalam beberapa generasi ke depan akan lenyap” tutur Wawan.

Sedangkan Ketua Umum GENPPARI Dede Farhan Aulawi menjelaskan, untuk mengoptimalkan hasil panen, Pertanian Organik Sistim Agroponik tidak terkait dengan tingkat kesuburan tanah, sehingga sistim pertanian ini sangat cocok di terapkan di daerah yang tandus dan gersang atau bahkan di daerah pantai sekalipun.

Agroponik berbeda dengan Hidroponik. Agroponik alamiah dan ekosistim kehidupan tanaman sangat bergantung pada keseimbangan alam, sehingga terbebas dari pestisida/non kimia dan akan menghasilkan beras yang sehat.

Sementara Hidroponik, tanaman tumbuh dan berkembang disebabkan asupan nutrisi nya berasal dari hasil rekayasa manusia atau tidak alami/kimia.

Menurutnya, Pertanian Sistim Agroponik lebih menitik beratkan kepada tanaman padi, karena beras merupakan makanan pokok, sementara sayuran daun dan sayuran buah sifatnya menjadi tanaman pendamping.

“Pertanian Organik Sistim Agroponik, yaitu pertanian yang sehat dan ramah lingkungan yang dikondisikan secara alamiah dengan mengkombinasikan keseimbangan alam atas prinsip simbiosis mutualis antara tanaman padi dan ikan dengan memanfaatkan kinerja mikroba yang mengubah kotoran ikan menjadi pupuk bagi tanaman,” jelasnya.

Sebagai imbalannya, tanaman memberi oksigen, air yang bersih, serta plankton yang dibutuhkan oleh ikan dan begitu seterusnya secara sirkulasi, sehingga tercipta sebuah ekosistem alam yang seimbang.

Ditambahkannya, semua proses ini bekerja secara alamiah tanpa terkontaminasi oleh rekayasa manusia.

“Jadi konsep ini bisa didesain untuk turut mewujudkan model wisata kaum milenial, karena memangkas 9 kegiatan yang biasanya harus dilakukan pada sawah konvensional, seperti pengolahan lahan/men-cangkul, penyemaian, pindah tanam, penyiangan, pengairan, pemupukan dan lain lain. Sehingga model bercocok tanam yang tidak harus panas panasan atau harus masuk ke dalam lumpur serta kotor-kotoran akan mampu menumbuhkan minat kaum muda untuk menjadi petani milenial.

Lebih jauh, dengan kontruksi tertentu dan dipoles sentuhan teknologi, maka kolaborasi antara GENPPARI dan Komunitas GETAHPALU siap guna mewujudkan hamparan sawah di atas awan,” terang Dede.

Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Dadamg Rizki Ratman, juga memberikan dukungannya. Menurut Dadang, konsep yang dijalankan ini memiliki nilai yang sangat positif buat masyarakat.

“Wisata Agroponik dapat membantu meningkatkan ketahanan pangan nasional, serta mewujudkan kedaulatan pangan, dan juga langkah antisipatif jika terjadi krisis pangan global. Membangun ketahanan pangan tidak kalah pentingnya dengan membangun ketahanan negara yang lainnya, seperti ketahanan energi, ketahahan mental ideologi, dan sebagainya. Apalagi konsumsi beras masyarakat Indonesia sangat tinggi,” jelasnya.

Pertanian Sistim Agroponik tidak tergantung musim (kemarau atau hujan). Sehingga tidak mengenal istilah gagal panen akibat kekeringan atau kebanjiran. Di samping itu, konsep inipun tidak meninggalkan kearifan lokal dari para petani konvensional yaitu dengan menanam bunga ferugisia tanaman pengalih hama.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *