Kemenpar Gali Potensi Ekowisata Banyuwangi

oleh -2,189 views
oleh

SUARAJATIM.CO.ID – Banyuwangi terkenal berkat panorama nya yang indah. Keindahan ini mampu menarik minat wisatawan mancanegara. Namun, pada kenyataannya, di lapangan ekowisata kurang berkembang. Karena, tersandung ego sektoral.

Menindak lanjuti hal itu, Kementerian Pariwisata siap mengakomodir stakeholder pariwisata yang terdiri dari Academician, Business, Community, Government, dan Media (ABCGM). Mereka akan diajak duduk bareng dan merumuskan teknis pengembangan ekowisata di Banyuwangi.

Demi tujuan itu, Kementerian Pariwisata akan menggelar Bimbingan Teknis Ekowisata Hutan (Pemandu Interpretasi) di Hotel Santika Hotel, Banyuwangi. Yaitu pada 28 hingga 30 Agustus 2018.

Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kemenpar Rizky Handayani mengatakan, ekowisata kini semakin ramai digeluti oleh seluruh lapisan masyarakat. Baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Perkembangan wisata petualangan juga diikuti oleh meningkatnya kebutuhan industri wisata petualangan baik bidang jasa wisata.

“Bimtek kali ini tujuannya sangat jelas, yaitu untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pemandu ekowisata dalam menyusun interpretasi. Serta meningkatkan kualitas pengalaman berwisata bagi wisatawan,” ujar Rizky Handayani di Jakarta, Selasa (7/8).

Kiki sapaan Akrab Rizky Handayani juga menambahkan, berbagai usaha untuk meningkatkan kualitas ekowisata di Indonesia terus dilakukan. Salah satu yang utama adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Lebih tepatnya pemandu ekowisata itu sendiri. Karena, merekalah ujung tombak dalam perjalanan wisata.

Narasumber yang dihadirkan juga kompenten dibidangnya. Yaitu Ary S Suhandi, Rifky Sungkar, Wiwien Tribuwani dari Yayasan Indecon , dan dari himpunan pramuwisata indonesia Agus Wiyono.

Kemenpar sendiri memiliki proyeksi target ekowisata di Indonesia. Yaitu sebesar 3.150.000 wisman pada 2019. 35 Persen diantaranya dihasilkan dari Geopark yang ada di Indonesia sebanyak 1.102.500 wisman. Lalu Ekowisata di Kawasan Hutan Konservasi sebesar 40 persen. Ketiga Ekowisata di Kawasan Hutan Non Konservasi sebanyak 25 persen ata sebesar 787.500 wisman.

Kelestarian alam tidak terlepas dari pantauan Menteri Pariwisata Arief Yahya. Ia berprinsip, tidak boleh merusak alam.

“Konservasi merupakan cara jitu untuk tetap melestarikan alam sekaligus membangun pariwisata, karena pariwisata adalah urusan pelestarian. Ada banyak contoh, konservasi yang membawa rezeki jangka panjang. Justru kalau dirusak, dengan cepat akan menjadi malapetaka yang tidak mudah menyelesaikannya,” katanya.

Bagi Menteri Arief, konservasi harus memberikan manfaat yang seimbang untuk keberlanjutan lingkungan, sosial budaya, dan nilai ekonomi masyarakat. Konservasi harus memiliki dua makna, cultural value dan financial value.

Konservasi, kata Arief, harus memberikan manfaat yang seimbang untuk keberlanjutan lingkungan, sosial budaya, dan nilai ekonomi masyarakat. “Bukan hanya konservasi di sumber daya alam, tapi juga karya-karya budaya di negeri ini,” katanya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *