Kemenpar Kembangkan Digital Ecosystem di FGD Millennials ke-3

oleh -1,891 views
oleh

SUARAJATIM.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Pariswisata (Kemenpar) serius menggarap kalangan millennials. Sebab, potensinya besar. Inbound wisatawan millennials mancanegara (wisman) ke Indonesia mencapai 50%.

Hal itu tertuang dalam Forum Group Discussion (FGD) Millennials ke-3 di Bali Room, Hotel Kempinski, Jakarta, Kamis (1/11). FGD kali ini mengambil tema “Membangun dan Mengembangkan Digital Ecosystem Sebagai Bisnis Model Millennials: Sharing Innovation”.

FGD dihadiri oleh seluruh Eselon 1 Teknis Kemenpar, Staf Khusus Bidang Komunikasi Don Kardono, Tenaga Ahli Bidang Manajemen Strategis Priyantono Rudito, dan Tenaga Ahli Nomadic Tourism Waizly Darwin.

Dalam kesempatan itu, Menpar Arief Yahya menyampaikan rangkuman kesimpulan dari FGD pertama oleh Rhenald Kasali dan FGD kedua oleh Hermawan Kertajaya. Pada FGD pertama, disampaikan jika berlibur merupakan manifesto dari Esteem Economy, tidak lagi Leisure Economy. Sementara FGD kedua membahas ciri-ciri millenials yang digital savvy, Advocator, Experience Oriented, dan Adventure Seeker.

“Millennials memiliki needs dan behaviour yang distinct. Khususnya karena mereka sangat bergantung pada teknologi dan sosial media. Segmentasi terbaik adalah tidak mensegmentasi,” jelas Menpar Arief Yahya.

Menurutnya, millennials adalah segmen yang penting karena size dan influencing powernya (Big and Loud). Sehingga, diperlukan pengembangan strategi marketing khusus.

“Strategi marketing khusus sebagai suatu inisiatif untuk mengkapitalisasi potensi masa depan industri pariwisata. Who wins the future, wins the game, dalam wujud Digital Platform,” tuturnya.

Untuk meraih kemenangan di bidang Millennials Tourist, Menpar Arief Yahya menerapkan dua strategi. Yakni Collaborative Strategy dan Creative Execution. Pasalnya, pasar dunia akan didominasi kelompok wisatawan generasi milenial. Rata-rata berusia muda antara 18-34 tahun atau lebih dikenal dengan generasi Y.

“Kaum generasi Y ini, mudah terlihat dengan kegemaran mereka berwisata, travelling, suka berpetualangan dibandingkan dengan generasi sebelumnya,” ungkapnya.

Sementara Deputi Pengembangan Industri dan Kelembagaan Pariwisata Kemenpar Rizki Handayani menambahkan, pelaku bisnis pariwisata perlu segera mengantisipasi. Karena terjadi perubahan model bisnis pariwisata di era digital atau Millennials Tourism.

“Karenanya pelaku bisnis pariwisata Indonesia perlu mengantisipasi dgn perubahan ini. Para Millennials Travellers ini memiliki kesenangan utk berpetualang atau travelling. Namun mereka lebih suka menggunakan jasa perjalanan wisata yg berbasis aplikasi, bukan lagi konvensional,” ujar Rizki.

Perubahan ini, lanjut Rizki, menjadi salah satu tantangan besar bagi pelaku bisnis pariwisata di Tanah Air. Mereka dituntut segera menyesuaikan model bisnis sesuai dengan tuntutan pasar.

“Jika tidak, jelas akan tertinggal apalagi saat ini era digital sehingga semua dilakukan secara digital yang butuh kecepatan, kelengkapan data dan informasi, praktis serta mudah,” tambah Rizki yang biasa disapa Kiki.

Kiki menjelaskan, wisatawan milenial akan terus tumbuh dan menjadi pasar utama. Diproyeksikan pada 2030, pasar pariwisata Asia mendominasi wisatawan millennial berusia 15 tahun hingga 34 tahun mencapai hingga 57%.

“Di China, kaum Millennial akan mencapai 333 juta orang, Filipina 42 juta wisatawan, Vietnam 26 juta anak muda, Thailand 19 juta dan Indonesia mencapai 82 juta generasi Millennial,” pungkas Kiki.

Acara FGD kali ini mengundang berbagai digital platform yang sudah ramai digunakan oleh millennials. Di antaranya Grab, Telkomsel, Traveloka, AiryRooms, GenPI,Traval, Travacello, Triptrus.

Tujuan utama dari pelaksanaan FGD kali ini adalah untuk berbagi ilmu, pengalaman, tantangan dan peluang, Digital destination nomadic, online tourism business atau digital channel, bentuk-bentuk wisata baru dan Strategi penerapan menggaet pangsa millennials.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *