Kemenpar Resmi Luncurkan Homepod di Labuan Bajo

oleh -873 views
oleh

LABUAN BAJO – Nomadic amenities homepod resmi dirilis Kementerian Pariwisata di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Launching dilakukan Jumat (20/9) oleh Asdep Pengembangan Destinasi Regional III, Harwan Ekon Cahyo didampingi oleh Kadisparbud Manggarai Barat dan Direktur Destinasi BOPLF. Homepod tersebut dipasang di Desa Wisata Liang Ndara.

Lantas, bagaimana tanggapan Menteri Pariwisata Arief Yahya? Menurut Menpar, homepod akan menjadi solusi sementara sebagai solusi untuk selamanya. Khususnya untuk memperkuat sektor amenitas Labuan Bajo.

“Saya sering mengatakan, kunci kesuksesan pengembangan destinasi wisata adalah 3A, atraksi, aksesibilitas, dan amenitas. Namun, melengkapi tiga komponen ini bukanlah pekerjaan yang gampang,” papar Menpar Arief Yahya.

Menurutnya, ketiga hal itu sangat terkait. Ia mencontohkan, untuk mengembangkan amenitas kita harus menunggu aksesibilitas. Namun, setelah aksesibilitas seperti bandara dan jalan terbangun, masih butuh waktu 4-5 tahun untuk membangun amenitas berupa hotel berbintang.

“Sebagai solusi tercepat, adalah membangun amenitas yang sifatnya bisa dipindah-pindah atau nomadic. Bentuknya bermacam-macam. Akomodasi ada karavan yang sifatnya mobile, ada juga glam camp (glamour camp), semacam tempat camping tapi dengan fasilitas akomodasi kelas bintang. Pilihan lainnya adalah homepod yang dipasang di Labuan Bajo,” jelasnya.

Karena bentuknya yang unik, homepod sering disebut sebagai rumah telur. Amenitas ini sifatnya portable. homepod bisa dipindah dalam kurun waktu enam bulan sampai satu tahun. Hal ini mungkinkan karena homepod adalah bangunan semi-fixed. Beratnya sekitar 2 ton dan bisa dibongkar pasang.

“Kalau tiga jenis nomadic accommodation di atas bisa portable, maka saat membangun kita tidak perlu berfikir dan tak perlu begitu banyak pertimbangan. Berbeda halnya jika kita membangun hotel yang permanen. Jika karavan atau homepod dinilai tidak cocok di destinasi, dengan mudah kita bisa memindahkannya,” ulasnya.

Dengan inovasi akomodasi nomadic ini, sejak 2018 Kemenpar serius mengembangkan nomadic tourism. Karena, konsep nomadic tourism sangat cocok dikembangkan di daerah-daerah yang belum tersedia akomodasi.

“Yang harus diingat, kita punya 17.000 pulau, 75.000 desa, dan ratusan destinasi indah. Kalau harus membangun hotel konvensional, perlu waktu yang sangat lama. Homestay pun menurut saya masih kurang cepat. Maka, saya umumkan bahwa saya akan memberikan insentif bagi orang yang masuk ke nomadic tourism,” paparnya

Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata Dadang Rizki Ratman menambahkan, homepod memperkaya amenitas di Labuan Bajo.

“Sekarang wisatawan tidak perlu lagi ragu untuk datang ke Labuan Bajo. Karena, pilihan amenitasnya semakin banyak dan lengkap. Khususnya, setelah kita menghadirkan homepod. Sebagai destinasi, Labuan Bajo akan semakin nyaman,” paparnya.

Asdep Pengembangan Destinasi Regional III Kemenpar Harwan Ekon Cahyo menambahkan, homepod yang dibangun terdiri dari dua lantai. Amenitas ini akan terasa nyaman lantaran dilengkapi fasilitas Televisi, AC, Pemanas, dan lain sebagainya.

“Desa wisata Liang Ndara adalah percontohan di Labuan Bajo. Percontohan untuk mengembangkan konsep Nomadic Tourism. Dan di sana, wisatawan juga bisa mendapatkan atraksi nature dan culture,” tutur Harwan.

Tidak hanya itu, Harwan juga memberikan acungan jempol kepada Kadisparbud Manggarai Barat, Augustinus Rinus. Sebab, beliau selalu merespon program pusat dengan sangat baik.

“Kadisparbud Augustinus Rinus selalu memperlihatkan dukungan dalam program yang diluncurkan pemerintah pusat. Hal itu membuktikan jika ia sangat serius mengembangkan pariwisata Manggarai Barat,” tambahnya.

Sementara Direktur Destinasi Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Herybertus GL Nabit mengatakan, tambahan amenitas memang sangat dibutuhkan di Labuan Bajo. Sebab, kunjungan wisatawan semakin meningkat.

“Jumlah kunjungan wisman ke Labuan Bajo tahun 2018 sebesar 91.330 dan wisatawan nusantara 71.132. Sementara untuk tahun 2019, kawasan ini diproyeksikan bisa menghadirkan 500.000 wisman, dan 1.000.000 wisnus. Dengan jumlah yang terus naik itu, kita juga membutuhkan amenitas. Hal ini untuk mengantisipasi lonjakan wisatawan. Khususnya saat musim liburan,” paparnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *