Kemenparekraf Bangkitkan Pariwisata Majalengka Melalui Bimtek, Menjaganya dengan Gerakan BISA

oleh -728 views
oleh

MAJALENGKA – Di era adaptasi kebiasaan baru, salah satu hal yang terus dipacu pertumbuhannya adalah sektor pariwisata. Salah satu wilayah yang menjadi perhatian adalah sejumlah destinasi wisata di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Untuk membangkitkan kembali industri pariwisata di Majalengka, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) menginisiasi Bimbingan Teknis (Bimtek) fotografi dan Gerakan Bersih, Indah, Sehat dan Aman (BISA). Kegiatan tersebut dipusatkan di dua lokasi yakni destinasi wisata Gunung Kuning dan Desa Wisata Argamukti.

Analis Kebijakan Ahli Madya, Koordinator Edukasi III Direktorst Pengembangan Sumber Daya Manusia Ekonomi Kreatif, Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf/Baparekraf, Toar Ramses E Mangaribi menjelaskan, melalui kegiatan Bimtek forografi diharapkan mampu mengangkat destinasi wisata di kancah nasional, bahkan internasional.

“Ada banyak budaya lokal yang kuat, cerita kerajaan atau sejarah, itu bisa dibranding melalui film dokumenter atau lainnya yang saat sedang tren. Dibuatkan ceritanya, story telling-nya bisa melalui video stau fotografi. Harapannya itu bisa mengangkat Majalengka menjadi destinasi terbaik di Indonesia,” harap Toar saat memberikan sambutan pada acara Bimtek fotografi dan Gerakan BISA di obyek wisata Gunung Kuning, Senin (7/9/2020).

Sementara Gerakan BISA, Toar melanjutkan, merupakan pengejawantahan arahan menteri agar destinasi wisata tetap memperhatikan protokol kesehatan dengan disiplin memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan. “Itu yang bisa menghambat penularan Covid-19. Kita memiliki dana untuk sektor pariwisata. Tujuannya untuk menstimulus para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif. Harapan Pak Menteri, dana yang ada bisa langsung diserap masyarakat, karena kita tahu Covid-19 ini masih berlangsung,” ulasnya.

Bupati Majalengka, Karna Sobahi menuturkan, Bimtek fotografi ini dapat menopang promosi destinasi wisata di Kabupaten Majalengka. Dari pengalaman yang didapatnya, karya forografi obyek wisata Majalengka yang tersebar di media sosial mampu memantik minat wisatawan untuk datang berkunjung.

“Pesona obyek wisata Majalengka yang bertebaran lengkap dengan informasi yang memadai membuat orang penasaran ingin datang ke Majalengka. Dari situ kami disadarkan akan potensi wisata yang kami miliki. Kami segera meresponnya. Foto-foto berikut informasinya kami sebar sehingga obyek wisata Majalengka menjadi perhatian nasional dan internasional,” terangnya.

Menurutnya, kegiatan yang digagas oleh Kemenparekraf/Baparekraf amat membantu wilayahnya dalam mempromosikan obyek wisata yang dimilikinya. “Karena potensi ini luar biasa. Sehebat apapun sebuah benda yang kita miliki tidak akan berarti apa-apa manakala kita tidak memiliki suatu sistem marketable-nya, sistem pemasaran kepada masyarakat dan dunia luar. Punya obyek wisata bagus tapi tidak ada yang datang apa artinya. Tidak memiliki dampak ekonomi dan pemberdayaan masyarakat. Sebuah obyek harus berdampak sistemik kepada semua hal seperti ekonomi, sosial, budaya, seni dan lainnya,” katanya.

Oleh karenanya, dalam situasi pandemi Covid-19, Karna menilai kemitraan dan sinergi lintas stakeholder merupakan hal yang perlu dilakukan agar dapat bertahan pada situasi ini. “Pariwisata ini menjadi komoditas yang luar biasa bagi peningkatan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Dampak Covid-19 menerpa di berbagai level dan terbesar ternyata kepada sektor pariwisata,” ujarnya. Untuk menyikapi hal tersebut, Karna mengaku instansi di bawah kendalinya telah menyalurkan dana senilai Rp450 juta untuk penanggulangan Covid-19 di Kabupaten Majalengka. Dana tersebut dialokasikan untuk pencegahan penularan Covid-19 di obyek-obyek wisata di Kabupaten Majalengka.

“Tujuannya agar obyek wisata tidak menjadi cluster penularan Covid-19. Dana itu kami belikan masker 30 ribu pcs, wastsfel portabel 30 unit, thermogun 30 unit, sprayer 30 unit, disinfektan 720 liter, bilik disinfektan 18 unit, hand sanitizer 72 liter, sarung tangan 2.500 pcs, baju hazmad 36 buah. Semuanya diberikan ke pengelola obyek wisata untuk menjaga agar tak menjadi cluster baru,” harapnya.

“Yang diperkuat adalah protokol kesehatannya. Potensi wisata kita luar biasa. Maka perlu pendekatan sistem agar tata kelola obyek wisata di Majalengka dikelola dengan baik, manajemennya bagus, agar obyek wisata kita miliki daya tawar. Ini penting. Juga kebersihannya, keindahannya, kulinernya, cinderamatanya, pelayanannya, spot wisatanya harus disiapkan dengan baik,” demikian Karna.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *