Kolaborasi dengan BISMA, Kemenparekraf Optimis Pengusaha Kreatif Saat Pandemi Covid-19

oleh -628 views
oleh

JAKARTA – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mendorong agar pelaku industri kreatif tetap berkarya meski di tengah pandemi Covid-19. Direktur Kajian Strategis Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kemenparekraf/Baparekraf, Wawan Rusiawan menyampaikan bahwa situasi saat ini merupakan tantangan tersendiri bagi para pelaku usaha.

Ia mengajak para pelaku usaha untuk tetap kreatif memanfaatkan peluang meski wabah Covid-19 belum usai. “Meskipun pandemi Covid-19, kita harus tetap optimistis,” tegas Wawan pada acara Bincang Inklusif Seputar MetadatA (BISMA) dengan tema ‘Pemasaran Digital Produk Kreatif Melalui Konten Visual dan Penulisan’ melalui aplikasi Zoom, Selasa (11/8/2020).

Wawan yakin para pelaku usaha di Indonesia akan mampu bertahan dari hantaman badai Covid-19. Menurutnya, salah satu peluang yang dapat dimaksimalkan di tengah pandemi Covid-19 adalah memanfaatkan pemasaran produk melalui platform digital.

Sebab, penjualan online pada masa pandemi Covid-19 memang menunjukkan grafik peningkatan yang cukup signifikan. “Bagi orang kreatif, meski di tengah pandemi Covid-19 tetap ada peluang. Ini yang harus terus dimanfaatkan. Kita jangan berkecil hati, harus terus optimistis,” katanya lagi.

Di sisi lain, Wawan menilai pentingnya data bagi para pelaku industri kreatif dalam memasarkan produknya. Hal itu pula yang akan menjadi fokus perhatian Kemenparekraf /Baparekraf dalam rangka mendukung pelaku industri kreatif untuk terus berkarya.

“Masalah kita hari ini adalah data. Untuk itu, Kemenparekraf akan terus memperbaiki dan memperbarui data, sehingga ketika ada program bisa diakses dengan cepat. Kami akan selalu mendukung para pelaku usaha kreatif. Kami percaya kita bisa melewati situasi ini,” ucapnya optimistis.

Photographer Herry Tjiang yang juga dihadirkan sebagai narasumber pada kesempatan itu menilai tampilan sebuah produk pada platform digital akan sangat menentukan apakah produk kita akan diminati atau tidak. “Bagi sebuah produk pemasaran, foto itu harus yang terbaik. Dia (foto) sebagai marketing sebuah, terutama jika produk yang kita jual adalah makanan,” papar dia.

Yang paling terpenting dari tampilan foto sebuah produk yang dijual secara online adalah harus merepresentasikan tiga hal yakni menarik, informatif dan mampu mendeskripsikan sebuah produk.

“Untuk mendapatkan kualitas foto yang baik yang bisa mendeskripsikan produk yang kita jual secara online tak perlu menggunakan peralatan fotografi yang mahal. Sekarang, dengan menggunakan smartphone kita itu sudah bisa menghasilkan karya yang sangat bagus,” jelasnya.

Pada kesempatan itu, Herry berbagi pengalaman kepada audiens mengenai teknik mengambil foto yang baik bagi sebuah produk dengan menggunakan kamera handphone. “Dengan alat-alat yang cukup simpel kita sudah bisa menghasilkan karya yang sangat bagus,” tutur dia.

Hal senada diungkapkan Founder/CEO Selected Comm, Ginza Reza. Ia tak menampik jika visual sebuah produk akan menggugah selera bagi seseorang untuk membeli. Namun, katanya, tak cukup sampai di situ. “Visual itu memang penting. Tapi yang paling penting adalah DNA produk itu sendiri. Ini yang membedakan produk kita dengan yang lain. Diferensiasi dan positioning. Lalu yang harus diingat, sebelum menjalankan bisnis alangkah baiknya cek ombak pasar,” ulas dia.

Jika hal tersebut telah ditentukan, maka hal selanjutnya adalah packaging. Pengemasan produk juga menjadi bagian dari sebuah branding produk yang bisa menentukan apakah seseorang akan membelinya atau justru mengabaikannya.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *