Konektivitas Jadi Kunci Promosi Pariwisata Sulsel

oleh -1,743 views
oleh

SUARAJATIM.CO.ID– Sulawesi Selatan mempunyai potensi yang sangat besar. Namun masih harus digali. Konektivitas masih menjadi masalah. Terutama direct flight. Menyikapi hal itu, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) terus mendorong stakeholder pariwisata yang ada di daerah untuk sama-sama membangun konektivitas. Baik dari maupun menuju Sulsel.

“Akses menjadi maha penting dan mendesak. Sehebat apapun berpromosi, tanpa disiapkan akses menuju Indonesia, hanya akan menjadi bottlenecking,” ujar Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Kementerian Pariwisata, Dadang Rizki Ratman, didampingi Asisten Deputi Pengembangan Infrastruktur dan Ekosistem Pariwisata Kementerian Pariwisata, Indra Ni Tua, Selasa (28/8).

Menyikapi hal itu konektivitas udara pun dikuatkan. Akses sendiri menyangkut 3A. Yaitu Airlines, Airports dan Authority. Dalam hal ini, melibatkan Air Navigation dan Kemenhub. Namun, Kemenpar tak segan mempertemukan para unsur 3A dalam forum group discussion “Konektivitas Transportasi Sulawesi Selatan”. Pertemuan berlangsung 2018 di Hotel Novotel Grand Shayla, Makassar, 23-24 Agustus 2018.

“75% wisman masuk ke Indonesia melalui jembatan udara, sisanya via penyeberangan dan crossborder. Saya harus pastikan aksesnya cukup, karena dengan target 17 juta masih ada kekurangan 1,1 juta seats capacity,” ujar Asisten Deputi Pengembangan Infrastruktur dan Ekosistem Pariwisata Kementerian Pariwisata, Indra Ni Tua.

Indra menjelaskan, jumlah kedatangan wisman Sulawesi Selatan dalam 3 tahun terakhir meningkat. Khususnya yang menggunakan non direct flight ke Ujung Pandang. Dijelaskannya, akses udara sangat instrumental dalam meningkatkan kunjungan wisman. Dari serangkaian upaya yang di lakukan dengan key stakeholder pariwisata dapat di ketahui traffic penumpang maupun kargo dari atau ke Ujung Pandang masih dapat ditingkatkan.

“Key stakeholder pariwisata Sulawesi Selatan siap mendukung semua rute internasional dari atau ke Makassar. Termasuk skema dukungan yang di sediakan, baik oleh pemda, airlines, Angkasa Pura dan Kemenpar,” ujarnya.

FGD sendiri dihadiri berbagai unsur. Dari Airlines ada Air Asia, Wings Air, Lion Ai, Batik Air, Nam Air, Sriwijaya Air, Citilink Indonesia, Garuda Indonesia. Dari Authority ada dari Dit. Angkutan Udara, Kemenhub PT. Pelindo IV dan Airport ada dari PT Angkasa Pura I. Sementara mewakili Industri ada Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI). Hadir pula Syafruddin Rahim, Kabid promosi Disparprov Sulsel, Direktur Angkutan Udara Kementerian Perhubungan Falatehan Hasudungan, Vice President Airport Operation PT. Angkasa Pura I Haruman Sulaksono dan GM Terminal Peti Kemas Makassar (PT. Pelindo 4) Yosef Benny Rohy.

Sedangkan Vice President Airport Operation PT. Angkasa Pura I Haruman Sulaksono mengatakan, pergerakan pesawat di Bandara Sultan Hasanuddin pada 2017 mencapai 113.915 pesawat. AP I memprediksikan bakal bertambah 15.948 pesawat menjadi 129.863 pesawat pada 2018. Untuk itu, pihaknya telah menjalankan sejumlah program guna mendukung maksimalisasi pengelolaan dan pelayanan bandara.

“Adapun pengembangan bandara yang telah dijalankan antara lain perluasan dua apron, atau tempat parkir pesawat, dan perluasan terminal lama seluas 48 ribu meter persegi. Sejalan dengan itu, kita juga memprediksi penambahan jumlah penupang sekitar 10 persen,” kata Haruman Sulaksono.

Pada 2017 realisasi penumpang bandara yang terletak di Mandai, Maros itu, mencapai 12.294.226 orang. Jumlah ini diprediksi akan bertambah 1,22 juta orang menjadi 13.523.648 orang.

Pemerintah telah mendorong agar inti ekonomi Indonesia ke depan adalah menyediakan jasa pelayanan pariwisata. Kementerian Pariwisata mendorong program besar untuk mendatangkan turis mamcanegara ke Indonesia dalam Foreign Tourist Arrival (FTA).

Terkait konetivitas, Menpar Arief Yahya punya pengalaman untung mendorongnya. Bagaimana caranya? Maskapai bisa mengoptimalkan pasar utama. Mengacu data Kemenpar, ada lima pasar yang bisa diekplorasi lagi oleh maskapai.

Ada pasar Tiongkok, Eropa, Australia, Singapura, juga India. Pada 2017, jumlah wisatawan Tiongkok 1,91 juta atau tumbuh 42,22%. Eropa ada 1,74 juta wisman, lalu tumbuh 14,12%. Australia (1,10 juta), Singapura (1,31 juta), dan India (434,19 ribu).

“Tiongkok sudah jadi pasar utama. Untuk Eropa dijadikan satu karena identik. Meski nomor dua, tapi pasar Eropa menjadi penyumbang devisa terbesar. India juga sangat unik. Pertumbuhannya besar 29%. Kondisi ini harus lebih dioptimalkan lagi. Malaysia, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jepang tetap menjadi market penting,” terang Menpar.

Selain pasar potensial, maskapai harus jeli dan terbuka melihat moment saat low season. Mengusung konsep sharing economy, low season bisa disikapi dengan discount. Besarannya adalah 30%-40%. Dan, penurunan harga ini berlaku menyeluruh. Berlaku untuk maskapai, akomodasi, bahkan destinasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *