Maksimalkan Border Area, Kemenpar Gelar FGD Co-Branding Cross Border

oleh -926 views
oleh

JAKARTA – Pariwisata di border area terus dipoles Kementerian Pariwisata. Berbagai langkah strategis terus dilakukan untuk menjadikan pariwisata di border area kian bersinar. Salah satunya lewat focus on group discussion (FGD) Co-Branding Cross Border. Program ini akan digelar di Sanggau,Kalimantan Barat (Kalbar),15 April 2019.

“Program Co-Branding Cross Border merupakan salah satu dari berbagai strategi untuk memaksimalkan masuknya wisatawan mancanegara (wisman) dari border area khususnya di Kalimatan. Langkah ini sekaligus mendukung berbagai program yang telah dan akan terus kami laksanakan di kawasan perbatasan tersebut,” ujar Asdep Pengembangan Pemasaran I Regional II Kemenpar Adella Raung, Sabtu (13/4).

Menurut Adella, pada FGD kali ini akan membahas 2 metode Co-branding yang akan dilakukan. Yang pertama adalah Co-Branding bus DAMRI dengan membungkus beberapa rute utama bus DAMRI dengan branding Wonderful Indonesia.

Metode ini dianggap potensial untuk mempengaruhi pasar. Karena dengan cara ini diyakini akan semakin mendekatkan target wisman dengan berbagai destinasi dan program di perbatasan. Apalagi rute yang dipilih adalah rute strategis. Yang pertama ada rute Pontianak –Kuching via Entikong. Serta rute Singkawang – Kuching via Aruk.

“Dengan promosi mobile akan menjangkau lebih banyak audience karena branding yang dilakukan akan terus bergerak. Selain itu juga mudah ditangkap audiens tanpa mengganggu aktivitas,” terang Adella.

Program yang kedua adalah Co-branding di Weekend Market Cross Border. Dalam hal ini Kemenpar akan melakukan promosi bersama pasar PLBN di Aruk, Badau, serta Entikong. Hal ini pun sangat potensial menjangkau target. Pasalnya pasar-pasar diperbatasan sudah sustainable. Selain itu program ini dapat menjaring pangsa pasar secara masif. Jumlahnya dapat mencapai 7.000 wisman setiap minggunya.

“Bukan itu saja, program ini pun terbilang murah meriah. Apalagi lokasinya memanfaatkan pasar PLBN yang sudah ada. Selain itu program ini menjadi pusat pemberdayaan masyarakat setempat. Dimana masyarakat dapat memanfaatkan pasar ini untuk berjualan menambah income mereka,” kata Adella.

Boleh dibilang, optimalisasi pasar wisman dikawasan perbatasan Malaysia oleh Kemenpar sangat realistis. Dengan target 2,9 juta wisman tentunya tidak akan tercapai jika hanya mengandalkan masuknya wisman Malaysia via jalur udara.

Dengan total 2.915 penerbangan dari Malasia ke Indonesia di tahun 2019, efektif nya hanya dapat mencakup 1.871.744 wisatawan. Yang artinya kita masih kurang 1.028.256 wisman. Ini bisa kita optimalkan lewat border area. Karena Cross Border Tourism adalah cara berwisata yang dekat, murah, dan mudah,” papar Adella.

Benchmark-nya ada di Eropa yang sukses memoles border tourismnya. Jumlah wisman di Prancis setiap tahun mencapai 80 juta wisman, atau Spanyol yang mencapai 85 juta wisman. Begitu juga dengan negara-negara kecil di Eropa yang memiliki jumlah wisatawan mencapai 10 juta karena ditopang oleh border tourism yang baik.

Bagi Menteri Pariwisata Arief Yahya, border tourism merupakan “Senjata Pamungkas” Kemenpar untuk merebut target 20 juta wisman di tahun 2019 ini. Jika pada 2018 pariwisata perbatasan menyumbang 18 persen dari total kunjungan wisman, maka tahun ini ditargetkan naik menjadi 20 persen atau sekitar 3,4 juta dari total 20 juta target wisman.

“Tourism itu mirip bisnis transportasi dan telekomunikasi. Membutuhkan kedekatan atau proximity, baik kedekatan budaya (culture), maupun kedekatan jarak. Di Eropa ini berhasil dijalankan. Kita pun bisa. Apalagi didukung oleh PLBN yang cukup banyak sepanjang perbatasan kita,” terang Menpar.

Menteri asal Banyuwangi itunjuga menambahkan, program Co-branding ini sekaligus mendukung program yang selama ini dilakukan. Seperti program Crossborder Event. Sebuah program yang menciptakan kantung-kantung destinasi baru yang digerakkan melalui event.

“Yang pasti kita akan maksimalkan setiap kesempatan untuk mendulang wisman di perbatasan. Saya berkeyakinan bahwa hanya dengan cara yang tidak biasa, kita bisa mendapatkan hasil yang luar biasa! Dan cara yang tidak biasa itu adalah memaksimalkan border tourism,” terang Menpar Arief Yahya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *