Mengeksplor Sejarah Kerajaan Lingga di Pulau Penyengat dalam Festival Bahari Kepri 2018

oleh -1,634 views
oleh

SUARAJATIM.CO.ID– Tanjung Pinang, Kepulauan Riau (Kepri) memiliki destinasi wisata yang super lengkap. Mulai wisata sejarah, alam, hingga budaya ada di sini. Salah satunya adalah destinasi sejarah di Pulau Penyengat. Beragam peninggalan Kerajaan Lingga terpapar jelas di pulau ini.

“Soal destinasi, Tanjung Pinang memang luar biasa. Sangat lengkap. Banyak yang bisa dieksplor di Tanjung Pinang. Momen Festival Bahari Kepri 2018 merupakan salah satu pembuka gerbang destinasi-destinasi yang ada di Tanjung Pinang,” ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya, Minggu (23/9).

Pulau Penyengat berada tak jauh dari pusat kota Tanjung Pinang. Untuk mencapainya, kita harus menyeberang menggunakan kapal pompong. Perjalanan pun tidak akan memakan waktu lama. Hanya sekitar 10 menit. Biayanya pun murah meriah. Hanya Rp10 ribu perorang.

Menjelajahi Pulau Penyengat lebih menyenangkan jika dilakukan dengan berjalan kaki. Atau, kalian bisa menggunakan bentor alias becak motor. Kendaraan ini bisa kamu sewa untuk mengelilingi pulau. Biayanya pun murah meriah. Hanya Rp 30 ribu per jam untuk dua orang penumpang. Bentor ini akan mengantarkan kamu mengelilingi destinasi-destinasi Pulau Penyengat sekaligus menjadi tour guide kamu.

Pulau Penyengat adalah pulau istimewa, tempat makam raja-raja Melayu. Makam Raja Hamidah sebagai istri dari Raja Mahmud Marhum paling ramai dikunjungi. Nah, Pulau Penyengat adalah merupakan mahar pernikahannya.

Di pulau ini asal usul Bahasa Melayu berada. Ada makam Raja Ali Haji, pencipta gurindam 12. sastrawan lama dari Melayu yang juga dimakamkan di sini.

“Bagi yang beragama Islam, sepertinya belum sah jika tidak melaksanakan Sholat di masjid ini. Arsitekturnya megah. Warna kuning dan hijau mencolok menjadikan masjid ini mudah dilihat dari kejauhan. Bahkan dari pusat kota Tanjung Pinang,” kata Menpar Arief yang membawa Kemenpar No 1 dan terpilih sebagai #TheBestMinitryOfTourism2018 se Asia Pacific di Bangkok.

Berdasarkan sejarah, pulau ini juga merupakan tempat pertahanan Raja Kecil melawan serangan Tengku Sulaiman dari Hulu Riau pada tahun 1719. Kemudian, sejumlah benteng pertahanan dibangun pada 1782-1784 untuk menghadapi perang melawan Belanda.

Bukti itu dikuatkan dengan adanya Gedung Mesiu di pulau ini. Selain itu, gedung ini pernah menjadi penjara di masa kerajaan. Konon, ada empat gedung serupa di Pulau Penyengat. Ada juga meriam-meriam kuno yang digunakan pada dulu kala. Meriam-meriam ini diletakkan di atas Bukit Kursi. Kini meriam-meriam tersebut tinggal tersisa empat buah saja.

Kadispar Provinsi Kepri, Buralimar mengatakan, sejatinya masih banyak potensi pariwisata lainnya di Tanjung Pinang. Ada Kampung Warni, pantai Trikora, Pulau Dompak, hingga Gurun Pasir Tanjung Pinang. Ada juga Vihara 1000 Patung yang sedang hitbsaat ini. Dan dengan FBK 2018 potensi-potensi itu dapat terangkat.

“Inilah yang ingin kita tonjolkan di FBK. Sebagai sebuah atraksi wisata kami harapkan FBK akan ikut mengangkat potensi-potensi itu. Seperti halnya Batam. Dimana atraksi-atraksinya mampu membuat pariwisata Batam berdetak. Ke depan, kami akan terus menggelar beragam atraksi-atraksi pariwisata lain di Tanjung Pinang. Sehingga pariwisata Tanjung Pinang juga ikut terangkat lagi,” ungkap Buralimar.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *